persekutuan

Persekutuan Kasih

Belum ada komentar 535 Views

Suatu saat sebelum Yesus ditangkap, Dia mendoakan kesatuan orang-orang yang percaya kepada-Nya sepanjang zaman. Dia meminta agar kita boleh merasakan kesatuan yang sama seperti yang dimiliki-Nya dengan Bapa. Dia meminta agar Bapa menganugerahkan kita keintiman yang sedalam itu satu dengan yang lain, sehingga kita boleh mengalami hubungan yang kudus, intim dan penuh kasih dengan Allah dan sesama, seperti yang selama ini dialami oleh Bapa, Anak dan Roh Kudus di sepanjang kekekalan (Yoh. 17:1-26). Tentu saja kita bukan berubah menjadi Allah, melainkan menjadi satu dengan Allah dan umat Kristen lainnya. Siapa pun yang sudah lama menjadi Kristen tahu bahwa kesatuan seperti itu tidak terjadi begitu saja. Dosa telah menjungkirbalikkan hukum yang pertama dan yang utama, yaitu mengasihi Allah dan sesama manusia, sehingga manusia tidak lagi berpusat kepada Allah dan sesama manusia, tetapi kepada dirinya sendiri. Dengan kata lain, dosa telah menghancurkan hubungan kita dengan Allah dan sesama, sehingga kita tidak mampu mengasihi seperti yang Allah kehendaki.

Kisah orang Samaria yang baik hati dalam Alkitab memberikan gambaran jelas bagaimana seriusnya manusia memandang manusia lain. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan berarti memandang tinggi kemanusiaan melampaui berbagai macam pembatasan, seperti perbedaan suku, ras dan agama. Kepekaan terhadap penderitaan manusia pun harus melampaui semua itu. Manusia seharusnya senantiasa ringan tangan membantu sesama yang tengah membutuhkan pertolongan dalam kesusahan, penderitaan, dan kemalangan, tanpa perlu melihat siapa mereka. Semua manusia sama derajatnya, sama nilainya. Di hadapan Allah, tidak ada lagi hamba atau orang merdeka, laki-laki atau perempuan. Hal itu berarti bahwa segala bentuk diskriminasi berdasarkan bangsa, warna kulit, ras, gender, agama, kelompok dan sebagainya seharusnya tidak ada dalam kehidupan sehari-hari. Namun kenyataannya, pembedaan perlakuan itu masih terjadi, bahkan di sekitar lingkungan kita.

Di banyak gereja sekarang ini, kelompok-kelompok kecil (persekutuan wilayah) telah menjadi komponen yang sangat penting dalam membangun kesatuan dengan sesama orang Kristen. Umat saling mendukung dalam banyak hal, mendoakan teman yang sakit atau yang dirundung kesusahan, saling mengasihi, dan sebagainya. Aktif hidup berkomunitas dalam kelompok kecil merupakan pola alkitabiah. Di Perjanjian Lama, Musa membagi umat Israel dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi agar dapat diselesaikan dengan cepat (Kel. 18:21). Di Perjanjian Baru, jemaat mula-mula berkumpul dalam kelompok kecil di rumah-rumah, dan mereka disukai semua orang (Kis. 2:46).

Yesus menyatakan bahwa kasih dan kesatuan seperti ini akan berdampak luar biasa terhadap penginjilan. Ketika orang-orang yang belum percaya di sekitar kita melihat orang Kristen mempunyai hubungan penuh kasih yang melampaui apa yang ditawarkan oleh dunia, mereka ingin memilikinya juga. Awalnya mungkin mereka hanya menginginkan persahabatan yang penuh kasih, tapi ketika mereka masuk dalam persekutuan umat Kristen yang peduli dan mau menerima mereka apa adanya, maka mereka akan menyadari bahwa kasih kita satu sama lain mengalir dari kesatuan kasih kita dengan Yesus Kristus. Dan Yesuslah satu-satunya yang dapat memulihkan hubungan yang sudah retak dan hancur. Ketika seseorang yang belum percaya melihat sumber kesatuan itu, perkataan Yesus pun kembali nyata dalam kehidupannya, “Agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku, dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku” (Yoh.17:23).

Agar penginjilan kita efektif, kita harus menyatukan kembali apa yang sempat memisahkan kita, seperti teknik penginjilan, doktrin, tata cara ibadah, sakramen, dan banyak faktor lainnya. Bukan hanya memberitakan Injil secara lisan dari atas mimbar, melainkan juga menunjukkan dampak Injil yang ajaib dalam menciptakan persekutuan Kristen yang penuh kasih. Persekutuan inilah yang dirindukan oleh kita dan juga oleh mereka yang belum percaya.

Saat Anda berupaya mengasihi sesama seperti diri sendiri bersama dengan orang-orang Kristen lainnya yang peduli, maka masyarakat di sekitar Anda akan menerima manfaat, baik secara materi maupun rohani. Mereka akan melihat bahwa para pengikut Kristus tidak saja saling mengasihi, tapi juga mengasihi orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Di sepanjang sejarah, banyak orang membuka diri untuk mendengar Injil setelah melihat kasih Kristus terwujud lewat tubuh-Nya, yaitu gereja.

Inilah yang Yesus katakan, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan banyak orang supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga” (Mat. 5:16). Kasih harus menjadi karakter yang khas dari kekristenan kita. Kasih sedemikian penting, sehingga kita sama sekali tidak berguna tanpa kasih. Kasih tidak mencari keuntungan bagi diri sendiri.

Jhonny Gunawan

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Bible Talks
  • Pelayanan yang Panjang
    Kisah Para Rasul 19:1-41
    Kisah Para Rasul merupakan buku kedua yang dituliskan oleh Lukas kepada Teofilus, dengan tujuan mencatat apa yang dilakukan oleh...
  • KASIH PERSAHABATAN
    Kasih adalah salah satu tema terpenling di da/am kekristenan. Di dalam 1 Korinlus 13:13, Paulus menegaskan bahwa dari seluruh...
  • WHAT WENT WRONG?
    Yosua 7-8
    Seandainya Anda mengalami kegagalan, akankah Anda berdiam diri dan bertanya, “Apa yang salah?” Setelah kemenangan di Yerikho dengan sangat...
  • Menghidupkan Semangat Dan Hati
    Yesaya 57:15
    Seseorang gadis berusia 18 tahun dan berpenampilan menarik berjalan masuk ke dalam ruang konseling. Dia sering menjuarai berbagai kompetisi...