Renungan Harian
-
“Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.” (Yoh. 17:23)
Pernahkah Anda mengulang-ulang kata-kata Anda ketika berdoa? Mengapa Anda melakukannya? Biasanya, seseorang mengulang kata atau frasa tertentu karena bermaksud menekankan kata-kata tersebut. Artinya, ada sebuah kesungguhan lebih dari kata-kata yang terulang dalam doa.
Pengulangan kata-kata juga terjadi dalam doa Yesus yang kita baca dalam teks Alkitab hari ini. Yesus berkali-kali menekankan keinginan-Nya, “Supaya mereka menjadi satu,” dan bahkan pada ayat 23 Ia mengungkapkan, “Supaya mereka sempurna menjadi satu.” Hal ini menunjukkan bahwa Kristus begitu sungguh-sungguh menginginkan para murid-Nya agar menjadi satu, seperti Bapa dan diri-Nya adalah satu. Dengan begitu, dunia akan tahu bahwa mereka adalah murid-murid Kristus yang diutus sendiri oleh Bapa.
Melihat Kristus begitu bersungguh-sungguh menginginkan kita agar menjadi satu dalam doa-Nya, bukankah sudah selayaknya kita mengusahakan hal itu? Dalam persekutuan kita dengan orang percaya yang lain, perbedaan pendapat atau cara melayani mungkin tidak dapat kita hindarkan. Keberagaman memang tidak harus dihapuskan juga dari kehidupan kita, bukan? Jadi, bersediakah kita untuk tetap menjadi satu, bahkan dengan saudara seiman kita yang memiliki cara pandang dan cara melayani yang berbeda dengan kita? Sebab hanya dengan demikian, kita melakukan apa yang diharapkan Kristus dalam doa-Nya. [Pdt. Agetta Putri Awijaya]
REFLEKSI:
Kristus begitu menginginkan kita untuk menjadi satu, seperti Diri-Nya dan Bapa adalah satu.Ayat Pendukung: Kis. 16:16-34; Mzm. 97; Why. 22:12-14, 16-17, 20-21; Yoh. 17:20-26
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Khotbah Minggu
-
Sakit kepala bukanlah sebuah penyakit. Sakit kepala adalah sebuah gejala yang timbul dari penyakit sesungguhnya. Demikian juga dengan pertikaian, kerusuhan, kejahatan dan segala keburukan yang ada di dunia ini. Semua itu adalah gejala dari sesuatu yang lebih mendasar, yaitu mengejar “persahabatan dengan dunia” (ay. 4).
Apakah dunia seburuk itu? Tidak juga. Dunia bersifat netral dan hanya menyediakan apa yang ia punya.
Namun ketika kita bersahabat dengan dunia, alias terobsesi atau menghidupi nafsu untuk terus mengejar yang ditawarkan dunia (ay. 1-3), kita sesungguhnya menyerahkan diri pada sesuatu yang semu dan menghancurkan. Penulis kitab Yakobus menyadari betul hal itu dan mau para pembacanya menyadarinya juga sehingga bisa menghindarinya. Ketimbang mengejar nafsu dunia yang kesenangannya semu dan sementara, merendahkan diri di hadapan Allah dan mendekat pada-Nya lah yang justru membawa kita ditinggikan dan menemukan makna hidup sejati (ay. 8-10). Persahabatan dengan Allahlah yang menyembuhkan sakitnya dunia.Selama kita masih hidup, itu berarti kita tetap tinggal dalam ancaman terseret hanyut dalam kecintaan terhadap dunia. Maka dengan demikian bersahabat dengan Allah di tengah dunia ini menjadi tantangan bagi kita semua. Kita semua ditantang untuk melihat persahabatan sejati yang Allah tawarkan, persahabatan yang tidak semu melainkan penuh cinta dan ketulusan yang menenangkan. Kita semua diajak untuk terus berkaca agar jangan sampai terpeleset dalam kecintaan dan persahabatan dengan dunia, baik dalam motivasi kita bekerja, melayani di gereja, maupun dalam hidup berelasi dengan sesama. Kita semua ditantang untuk bersahabat dengan Allah di dunia. Maukah kita melakukannya?
KTM
Antar Kita
-
Pesatnya kemajuan teknologi internet dan begitu derasnya arus informasi yang tak terbendung lagi mengakibatkan banyak media konvensional cetak seperti koran, tabloid, majalah dan lainnya terkena imbasnya. Mengalami penurunan peminat pembaca bahkan mulai ditinggalkan. Sebagian media komersial lainnya yang berusaha...
-
Merangkai Injil di PULAU RUPAT
Kamis, 14 April 2022I. Misi Yang Berkelanjutan Sudah sejak lama berbagai denominasi gereja hadir dan melakukan misi di Pulau Rupat. Selain melayani masyarakat perantau yang sudah Kristen, juga berusaha menjangkau masyarakat setempat, khususnya suku Akit dan peranakan Tionghoa (blasteran Akit dan Tionghoa).... -
BEYOND
Senin, 14 Maret 2022“Wah, bener-bener Beyond banget emang nih!” Demikian kalimat yang bisa dikatakan menjadi canda, tetapi juga kenyataan sehari hari dalam kepanitiaan Natal 2021, bahkan sejak pertama kali dibentuk, sebelum tema “Beyond” itu sendiri diputuskan untuk dipakai. Betapa tidak, rapat perdana...
Artikel
