Renungan Harian
-
Sesungguhnya Allah itu baik terhadap orang yang tulus hatinya, terhadap mereka yang bersih hatinya. (Mzm. 73:1)
Pak Aming hidup di sebuah desa. Dia memiliki sebuah kebun kecil dan rumah sederhana. Jika waktu panen tiba, dia selalu membagikan hasil kebunnya kepada para tetangganya yang membutuhkan. Kadang dia juga membantu berbagai pekerjaan di rumah orang-orang tua di sekitarnya. Meskipun hidup dalam keterbatasan, Pak Aming tidak pernah mengeluh dengan keadaannya. Karena hatinya yang bersih, dia dapat berbagi kebaikan dengan tulus kepada orang-orang di sekitarnya.
Dalam alam pemikiran orang Ibrani, hati bukan hanya dipahami sebagai pusat emosi, tetapi juga sebagai pusat pikiran dan keinginan. Memiliki “hati yang bersih” berarti taat dan setia kepada Allah. Pemazmur bertanya-tanya, mengapa orang fasik kelihatannya mujur dan tetap sehat sedangkan orang yang setia pada Allah malah menderita. Namun dalam pergumulannya itu pemazmur tetap setia beribadah kepada Allah. Akhirnya ia mengerti apa yang akan terjadi pada orang fasik. Pilihannya untuk tulus dan bersih hati selama ini ternyata adalah pilihan yang tepat dan diberkati Allah.
Sama seperti menyapu ruangan perlu dilakukan setiap hari, membersihkan hati pun demikian. Firman Allah sudah teruji sepanjang zaman sebagai “sapu” yang membersihkan hati orang beriman. Kuasa Roh Kudus menolong kita untuk menjaga ketulusan dan kasih dalam kesetiaan pada kehendak Allah. Walaupun kelihatannya menggiurkan, pilihan menjadi orang fasik tidak akan mendatangkan kedamaian sejati bagi hidup. [Pdt. Essy Eisen]
REFLEKSI:
Apakah aku tetap taat dan setia kepada Allah dengan tulus hati?Ayat Pendukung: Ams. 14:1-9; Mzm. 73:1-20; Mat. 17:14-21
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Khotbah Minggu
-
Minggu, 8 September 2024
PERJUANGAN ANTI DISKRIMINASI
Markus 7:24-37; Yakobus 2:1-17; Mazmur 146; Yesaya 35:4-7
Diskriminasi biasanya muncul karena adanya keterbatasan atau adanya pembatasan. Seringkali keduanya muncul bersamaan dan saling berkelindan*. Karena adanya keterbatasan, maka dibuat pembatasan. Harus ada prioritas dan apa boleh buat, harus ada pembatasan.
Itulah arti ungkapan Yesus, Ketika Ia seolah ‘menolak’ permohonan seorang Perempuan Siro-Fenisia. Waktu pelayanan Yesus memang terbatas (3 tahun) dan Ia memang diprioritaskan untuk melayani bangsa Israel terlebih dahulu. Nanti ada waktunya ketika Injil tersebar ke seluruh dunia, tetapi dalam tahap persiapan, apa boleh buat, pembatasan mesti dibuat.
Yesus menyebut perempuan Siro-Fenisia itu ‘anjing’ bukan dalam arti merendahkan, tetapi menggambarkan relasi antara sebuah keluarga dengan anjing peliharaannya, yang kadang justru menjadi pusat perhatian dan ungkapan kasih sayang seluruh keluarga. Meskipun begitu, apa boleh buat, kadang pembatasan tetap harus dibuat, ketika kepada kita diperhadapkan adanya keterbatasan.
Dalam perikop Markus, Yesus justru ingin menekankan, bahwa kasih anugerah Allah jauh melampaui segala keterbatasan dan pembatasan! Dialog Yesus dengan perempuan Siro-Fenisia, justru mengungkapkan, bahwa ‘anjing’ pun makan remah-remah dari meja tuannya. Dengan kata lain kasih dan anugerah Allah jatuh juga kepada mereka sebagai bangsa asing, meskipun betul, Yesus pertama-tama diutus kepada umat Israel.
Kadang dalam hidup keseharian, kitapun berhadapan dengan ‘perjuangan’ antara keterbatasan dan diskriminasi. Dalam hidup ini, tidak ada sumber daya yang tak terbatas, karena itu apa boleh buat, pembatasan harus dibuat. Namun kasih dan anugerah Allah sejatinya sungguh tak terbatas. Karena itu kadang kitapun harus berani ‘keluar batas’ demi kasih-Nya. Inilah perjuangan yang selalu ada pada siapapun yang ingin membawa kasih dan anugerah-Nya. Kebersandaran pada Allah dan mohon hikmat-Nya harus terus kita doakan agar kasih dan anugerah-Nya boleh sampai kepada yang membutuhkan.
Dalam surat Yakobus, diskriminasi muncul karena adanya ‘suka dan tidak suka, adanya favoritisme’. Nah, kalau hal ini, sumbernya bukan pada keterbatasan, tetapi kemanusiawian kita. Karena itu kita juga harus mewaspadai kemanusiawian kita yang memang senang membedakan berdasarkan ‘suka dan tidak suka atau favoritisme’ Kadang ada budaya tertentu yang bisa mengarahkan kemanusiawian kita untuk memilih. Kitapun harus berjuang melawan kemanusiawian kita dan mohon hikmat-Nya, agar kita bisa selalu menjadi pembawa kasih dan anugerah-Nya yang sungguh tak terbatas! (RDJ)
*berkelindan: erat menjadi satu
Antar Kita
-
WEP adalah singkatan dari Weekend Pasangan Suami Istri, suatu program belajar bersama selama 3 hari 2 malam untuk pasangan suami istri baik yang baru menikah atau sudah beberapa waktu menjalani pernikahan. Fokus pembelajaran adalah mengenai bagaimana meningkatkan kualitas berkomunikasi...
-
GKI ORCHESTRA: Kidung Pengharapan
Selasa, 12 Maret 2024Sekilas tentang GKI Orchestra GKI Orchestra merupakan ruang bagi remaja-pemuda dari seluruh GKI untuk memberikan talenta dan kerinduannya dalam melayani Tuhan melalui bidang musik. Terbentuk pada tahun 2017 silam, mereka menamai dirinya sebagai “GKI Orchestra” pada pelayanan perdananya di... -
Mata Air Kasih-Nya
Rabu, 21 Juni 2023Yesus adalah Raja, ya benar, tetapi Ia berbeda dari raja yang lain. Sebuah Kerajaan, memiliki bendera, apapun modelnya, bahkan sesederhana selembar kain. Bendera ini membangkitkan kesetiaan emosional dan mendorong mereka yang tergabung di dalamnya untuk melakukan sesuatu. Bendera itu,...