PERJANJIAN LAMA 01. KEJADIAN 02. KELUARAN 03. IMAMAT 04. BILANGAN 05. ULANGAN 06. YOSUA 07. HAKIM-HAKIM 08. RUT 09. 1 SAMUEL 10. 2 SAMUEL 11. 1 RAJA-RAJA 12. 2 RAJA-RAJA 13. 1 TAWARIKH 14. 2 TAWARIKH 15. EZRA 16. NEHEMIA 17. ESTER 18. AYUB 19. MAZMUR 20. AMSAL 21. PENGKHOTBAH 22. KIDUNG AGUNG 23. YESAYA 24. YEREMIA 25. RATAPAN 26. YEHEZKIEL 27. DANIEL. 28. HOSEA 29. YOEL 30. AMOS 31. OBAJA 32. YUNUS 33. MIKHA 34. NAHUM 35. HABAKUK 36. ZEFANYA 37. HAGAI 38. ZAKHARIA 39. MALEAKHI |
DEUTERO-KANONIKA 01. TOBIT 225-175 sM 02. YUDIT 225-175 sM 03. TAMBAHAN ESTER c2 sM 04. KEBIJAKSANAAN 100 sM 05. SIRACH, 180 sM 06. BARUCH, 70M 07. TAMBAHAN SURATYEREMIA 08. TAMBAHAN DANIEL Nyanyian Tiga Anak Suci Riwayat Susana Patung Dewa Baal dan Naga 09. 1 MAKABE c2 sM 10. 2 MAKABE c2 sM |
PERJANJIAN BARU 01. MATIUS 02. MARKUS 03. LUKAS 04. YOHANES 05. KISAH PARA RASUL 06. SURAT ROMA 07. SURAT 1 KORINTUS 08. SURAT 2 KORINTUS 09. SURAT GALATIA 10. SURAT EFESUS 11. SURAT FILIPI 12. SURAT KOLOSE 13. SURAT 1 TESALONIKA 14. SURAT 2 TESALONIKA 15. SURAT 1 TIMOTIUS 16. SURAT 2 TIMOTIUS 17. SURAT TITUS 18. SURAT FILEMON 19. SURAT IBRANI 20. SURAT YAKOBUS 21. SURAT 1 PETRUS 22. SURAT 2 PETRUS 23. SURAT 1 YOHANES 24. SURAT 2 YOHANES 25. SURAT 3 YOHANES 26. SURAT YUDAS 27. WAHYU KEPADA YOHANES |
Susunan isi Alkitab semacam ini ditetapkan oleh Konsili Trente (1545- 1547) setelah beberapa Konsili Gereja di wilayah lain menetapkan Susunan Buku bagi Kitab Suci masing-masing (mis. Gereja Ortodoks Yunani, Rusia dan Koptik Mesir)—yang menambahan Esdras, Doa Manasye, Mazmur 151 dan 3-4 Makabe. Kitab-kitab ini menjadi bagian dari Septuaginta (LXX), terjemahan PL dalam bahasa Yunani, tetapi tidak mendapat tempat di Deuterokanonika. Meski tidak termasuk kanonik, kitab-kitab ini tetap dihargai sebagai tulisan tulisan yang berguna untuk membangun iman.
Penentuan jumlah kitab yang disebut kanonik tetap mempertimbangkan penggunaan Kanon Palestina (PL 39), kitab terutama, karena alasan lebih bisa berdiskusi dengan kelompok Yahudi [yang secara resmi sudah menentukan Kanon Yamnia 100M (Kanon Ibrani—Teks Masoret) ketimbang LXX (meski sebagian diterjemahkan dari bahasa Ibrani)]. Meski demikian, untuk menghargai tradisi, maka dipilih teks tertentu yang kemudian dikenal sebagai Deuterokanonik. Istilah DEUTEROKANONIKA sendiri digunakan pertama kali oleh Sixtus dari Siena, seorang Yahudi Katolik Fransiscan/Dominikan, pada sebuah bukunya. Dia membagi bermacam macam tulisan alkitabiah dalam tiga tingkatan. (Sanjaya, V Indra, Pr. Menelusuri Tulisan-tulisan Deuterokanonika, Jakarta, 2015, PT Kanisius – Yayasan Lembaga
dalam Alkitab Bahasa Indonesia Biblika Indonesia, p. 16-17. Buku ini menjadi acuan utama untuk seluruh tulisan ini)
1. Tulisan-tulisan Kanonik pada tatanan pertama, yang disebutnya Protokanonika.
2. Tulisan-tulisan Kanonik pada tatanan kedua, yang disebutnya Deuterokanonika.
3. Tulisan-tulisan Apokrif yang terbagi dua, yakni:
1. tulisan yang pengarangnya pasti, dan
2. tulisan yang wibawanya tidak pasti mis. 2-3 Ezra; 3-4 Makabe.
Konteks Historis Deuterokanonika
Kitab-kitab Deuterokanonika secara tersirat mengisahkan situasi dan kondisi sekitar abad kedua sebelum Masehi, ketika proses Helenisasi dimulai oleh Aleksander Agung dan diteruskan oleh para penerusnya, meski para penerus ini terpecah menjadi dua: Ptolemeus dari Mesir, dan Seleukid dari Siria. Israel sendiri sesudah dihancurkan oleh Babil, tidak pernah menjadi negara yang merdeka lagi. Tidak ada pemimpin politik, yang ada hanya pemimpin agama. Karena terjadi persaingan di antara elite agama Yahudi, maka para pemimpin ini juga ‘berutang’ kekuasaan kepada para penjajah, entah Ptolemeus atau Seleukid. Dalam arus Proses Helenisasi, budaya Yunani selengkapnya dimasyarakatkan secara masif dan di seluruh bidang kehidupan (flsafat—cara pikir, bahasa, produk budaya seperti kesenian, gaya hidup). Ada raja-raja dari dua dinasti penerus Aleksander Agung yang toleran dan memberikan konsesi kepada orang Yahudi untuk tetap menjalankan kewajiban agama dan adat istiadat— tentu sepanjang tidak mengganggu proses Helenisasi dan … membayar upeti kepada raja yang berkuasa. Namun konteks sejarah Deuterokanonika berkisar pada masa Raja Antiokhus IV Epifanes berkuasa (sama dengan kitab Daniel) pada tahun 175-167 sM. Raja muda ini menambah ambisi para penguasa dengan menyatakan bahwa dia adalah “penampakan dari Zeus” (epihania). Dengan tindakan keras dia memaksa seluruh penduduk, termasuk orang Yahudi, untuk meninggalkan agama, budaya, dan nilai-nilai hidup mereka sendiri serta menggantinya dengan budaya Yunani, malahan memaksakan kultus individu terhadap dirinya (bikin patung sebesar aslinya, lalu ditempatkan di tempat-tempat strategis dan orang yang melewatinya mesti menghormat—termasuk di Bait Allah Yerusalem). Dia mencemarkan tempat suci orang Yahudi dengan menyembelih babi di sana sebagai korban dll. Hal ini tercermin dalam kisah Sadrakh, Mesakh, dan Abednego dengan tanur yang dipanaskan tujuh kali lipat, serta Daniel dengan kisah gua singanya.
Kisah-kisah dalam Deuterokanonika adalah gambaran heroisme dari umat yang hanya setia menyembah Yahwe saja (meski hidup dalam lingkungan Yunani) dan bertahan untuk setia, malahan nanti berani melawan raja yang dianggap menghina ibadah kepada Yahwe (kisah Yudas Makabeus atau secara tersirat dalam kitab Yudit). Dalam penganiayaan berat dan ancaman kehilangan nyawa, mereka berani menghadapi bahaya serta percaya pada perlindungan dan pemeliharaan Tuhan atas hidup mereka (kitab Tobit dan Barukh). Untuk menghadapi budaya dan cara pikir Helenistis, umat Allah tetap mengajarkan kebijaksanaan yang berdasar pada Taurat Tuhan (Kebijaksanaan Salomo dan Sirakh). Kisah keberhasilan pemberontakan Yudas Makabeus yang merebut kembali Bait Suci dan penyuciannya kembali, diperingati pada Hari Raya Hanukah setiap Bulan Desember.
Setelah pemberontakan yang sukses dipimpin oleh Yudas Makabeus, kekuasaan politik para pemimpin agama Yahudi makin melemah. Para imam besar harus silih berganti memilih payung politik mereka: Kadang-kadang keras terhadap penjajah, dan kadang-kadang kompromistis, tetapi pertimbangan kekuasaan dan keuntungan material tetap diutamakan. Pada zaman Perjanjian Baru, nanti kita melihat ada kelompok elit agama Yahudi, kaum Saduki, yang pro-Helenisasi dan menjadi bagian dari Mahkamah Agama Yahudi, Sanhedrin, dan menjadi rival utama dari kaum Farisi.
Apa yang dikisahkan Kitab-kitab Deuterokanonika?
Kitab Tobit
Berkisah tentang seorang bernama Tobit yang tertimpa kemalangan, tetapi anaknya yang bernama Tobias kemudian menikah dengan Sara. Lalu seluruh keluarga itu berbahagia kembali. Tuhan memang melindungi orang yang saleh yang setia kepada bait Allah tetapi juga menjalankan segala kebajikan orang beriman kepada Yahwe. Lewat kisah romantik dinyatakan kesetiaan Tuhan yang memelihara umat-Nya, meski melewati masa sulit. Dalam kitab Tobit, peranan doa sangat menonjol digambarkan melalui kesetiaan berdoa dari tokoh-tokoh yang muncul.
Kitab Yudit
Berkisah tentang seorang perempuan Israel di negeri Kanaan. Ia berhasil menyelamatkan umat Israel dan kota Yerusalem dari serangan musuh yang dahsyat. Yudit menandaskan bahwa umat kecil yang tidak berdaya tetapi setia kepada Tuhan, dapat bertahan, dan bahkan dapat memusnahkan kuasa jahat yang mengancam. Kitab ini terutama hendak menggambarkan siapa penguasa yang sebenarnya, Allah Israel atau raja-raja dunia yang ingin diakui sebagai Tuhan.
Kitab 1 Makabe
Kisah tentang perang kemerdekaan umat Israel melawan penjajah. Tokoh utamanya adalah Yudas yang bergelar Makabe. Mereka mendapatkan kemerdekaan politik dan agama. Umat percaya bahwa hanya dengan iman dan kepercayaan, mereka mendapat kekuatan sehingga berhasil mengalahkan musuh.
Kitab 2 Makabe
Kisah tentang perang kemerdekaan yang sama. Kisah ini lebih pendek, karena hanya berkisah tentang Yudas Makabe saja.
Kitab Kebijaksanaan Salomo
Wejangan dan renungan tentang berbagai masalah, khususnya soal kematian orang baik dan nasibnya di alam baka nanti. Juga ada renungan tentang sejarah umat Israel yang dipimpin oleh Hikmat Allah
Kitab Sirakh
Sekumpulan wejangan, renungan, petuah dan pepatah Yesus bin Sirakh.
Kitab Barukh
Kisah semangat orang-orang Yahudi di perantauan menjelang zaman Perjanjian Baru. Pada kitab ini ditambahkan sebuah tulisan lain, yaitu surat dari Nabi Yeremia.
Bagaimana Kita Memandang
- Secara objektif, persoalan tulisan-tulisan, baik Deuterokanika maupun yang tersisa dari Apokrifa sebagai tulisan-tulisan yang punya kewibawaan iman, adalah masalah intern agama Yahudi yang tetap terbelah sampai sekarang. Hal ini bukan masalah bagi umat PB.
- Dari tulisan-tulisan Deuterokanonika, kita mendapatkan gambaran tentang umat Allah pada Masa Intertestamentum (antara Maleakhi dan Yohanes Pembaptis). Dengan begitu ada “kisah-kisah historis” yang menyambungkan PL dan PB. Gambaran tentang Allah yang tetap setia memelihara umat PL dinyatakan di sana dengan segala pergumulannya.
- Harus diakui bahwa di dalam Deuterokanonika tidak ada nilai-nilai iman yang benar-benar baru, sehingga kita bisa menghargainya setara dengan PL yang kita terima sekarang (yang berdasar Teks Masoret) meski dalam tampilan Septuaginta, yang beberapa kitabnya dipilih menjadi Deuterokanonika.
- Bahkan kalangan Roma Katolik sendiri pun masih kurang memberikan perhatian pada penggunaan Deuterokanonika dalam kehidupan umat, meski sudah menjadi dokumen resmi gereja sejak Konsili Trente 1545- 1563.•
|Pdt. Em. Samuel Santoso
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.