GKI ORCHESTRA: Kidung Pengharapan

Belum ada komentar 27 Views


Sekilas tentang GKI Orchestra

GKI Orchestra merupakan ruang bagi remaja-pemuda dari seluruh GKI untuk memberikan talenta dan kerinduannya dalam melayani Tuhan melalui bidang musik. Terbentuk pada tahun 2017 silam, mereka menamai dirinya sebagai “GKI Orchestra” pada pelayanan perdananya di GKI Kebayoran Baru pada tanggal 17 Agustus 2018. GKI Orchestra tumbuh melalui keterlibatan sejumlah aktivis, pelayan, serta pengurus komisi musik dari beberapa GKI yang memiliki panggilan serupa.

Dalam dua tahun pertama, GKI Orchestra telah melayani di Ibadah Minggu pada 7 (tujuh) jemaat GKI, termasuk di GKI Pondok Indah pada 24 November 2019. GKI Orchestra terus berkembang sehingga makin banyak talenta yang tersalurkan sebagai pemandu pujian, pemain musik, penulis aransemen, maupun pengaba di dalamnya. Di tengah keterbatasan dalam masa COVID-19, GKI Orchestra diberi kesempatan oleh Allah untuk terus melayani dalam bentuk virtual orchestra dalam ibadah online serta melalui kanal YouTube resminya.

Perjalanan yang cukup panjang hingga saat ini, GKI Orchestra telah menjadi rumah bagi 125 orang anggota dari 29 jemaat GKI dan telah melayani 15 panggilan pelayanan di GKI wilayah Jakarta dan Tangerang. GKI Orchestra juga melayani dalam beberapa kesaksian pujian dan pelayanan virtual. Diisi oleh sebagian besar kaum muda, GKI Orchestra terus mengembangkan diri untuk memperkenalkan dan menghidupkan kembali himne gerejawi dengan warna musik yang “segar” di tengah tren lagu pujian kontemporer. Melalui kerinduannya untuk menjadi mitra Allah dalam memberdayakan pelayanan musik gereja, GKI Orchestra berharap dapat melibatkan lebih banyak musisi muda GKI serta memperluas jangkauan pelayanan hingga ke luar wilayah Jabodetabek.

“Konser Kidung Pengharapan”

Awal November lalu, tepatnya 3 November 2023, GKI Orchestra melahirkan bayi baru yang indah. Ia diberi nama “Konser Kidung Pengharapan”. Konser ini digelar di GKI Pondok Indah dan dihadiri oleh 715 penonton dari berbagai kalangan, baik dari jemaat GKI maupun umum. Konser perdana ini merupakan bentuk ucapan syukur GKI Orchestra atas penyertaan Allah selama 5 tahun pelayanannya. Bagi Julian, salah satu pencetus konser Kidung Pengharapan, menyatukan 27 gereja dengan segala kesibukannya bukanlah hal yang mudah. Perencanaan yang disusun dari setahun lalu, dengan latihan yang diselenggarakan di beberapa tempat akhirnya bisa terselenggara dengan indah.

Semangat inti GKI Orchestra dituangkan dalam konser ini dengan menyajikan nyanyian gerejawi dalam gaya, interpretasi, dan nuansa yang segar dan berbeda. GKI Orchestra mengajak penonton mengapresiasi himne dari sudut pandang yang baru. Konser ini juga memperlihatkan pemusik gereja dari berbagai kalangan usia. Tidak hanya itu, konser ini juga menggambarkan bagaimana ruang dan kesempatan untuk memuji Allah sejatinya bersifat inklusif, terbuka bagi semua orang. Variasi ini juga dicerminkan dari lagu yang diaransemen oleh beberapa arranger yang memiliki latar belakang musik, budaya, dan jemaat yang berbeda. Tidak seperti konser pada umumnya, konser Kidung Pengharapan mengalami pergantian pengaba (conductor) berdasarkan lagu yang dibawakan, menunjukkan bahwa dalam GKI Orchestra sendiri terdapat berbagai interpretasi lagu yang unik, namun menjadi kekayaan musik yang saling melengkapi.

Konser Kidung Pengharapan membawakan 14 (empat belas) lagu yang dibagi ke dalam dua babak. Konser diawali dengan kata dan doa pembuka oleh Pdt. Riani Josaphine Suhardja dari GKI Pondok Indah. Dalam kata pembuka, Pdt. Riani menyampaikan bahwa musik dapat menjadi media bagi manusia untuk bertemu dengan Allah. Setelah doa pembuka, empat orang penyanyi membawakan nyanyian (chant) yang terinspirasi dari nyanyian yang dibawakan oleh gereja di Eropa Barat pada Abad Pertengahan serta komunitas Taize. Nyanyian tersebut mengantar penonton kepada musik pengantar (overture) yang memberikan gambaran rangkuman musik selama konser ini.

Pada babak pertama, terdapat 5 (lima) lagu yang dibawakan setelah musik pengantar. Lagu pertama, Seluruh Umat Tuhan oleh-Nya Dikenal, membawakan sebuah himne dengan interpretasi yang melodis. Setelah narasi, Yesus Menginginkan Daku dibawakan dengan irama waltz, sebuah tarian yang menjadi cara untuk bersinar bagi Yesus dengan gembira. Musik pada lagu ketiga, medley dari dua lagu ‘Ku Suka Menuturkan dan ‘Ku Ingin Berperangai menggambarkan kontras dari realita manusia yang senang menceritakan kasih Tuhan Yesus namun gagal meneladani-Nya dalam kehidupan keseharian. Sebuah tarian yang halus mengiringi lagu Sungguh Lembut Tuhan Yesus Memanggil dengan nada yang dramatis, terasa menyentuh hati seperti Tuhan Yesus memanggil anak-anak-Nya. Babak pertama ditutup oleh lagu ‘Ku Ingin Berbahagia berkolaborasi dengan Albert Fakdawer yang memainkan gitar, di mana orkestra dikolaborasikan dengan musik kontemporer yang segar dan sesuai dengan semangat lagu tersebut.

Babak kedua dimulai dengan lagu Perubahan Besar, yang dibawakan bersama dengan GKI Orchestra Junior (GKIO Junior). GKIO Junior ini berisikan anak-anak yang masih kecil, namun bersedia memberikan talenta dan hatinya untuk memuji Tuhan melalui musik. Setelah intermezzo yang menyenangkan, lagu Melayani, Melayani Lebih Sungguh dibawakan dengan mengajak penonton yang hadir ikut bernyanyi bersama. Lagu People Need The Lord dibawakan dengan kembali berkolaborasi dengan Albert Fakdawer dengan interpretasi solo yang melodis. Pesan lagu tersebut disampaikan kembali melalui lagu Until All Are Fed dengan orkestrasi yang megah. Lagu berikutnya, Let There Be Peace on Earth, terinspirasi dari Nocturne in E-flat major, Op. 9, No. 2 karya Frederic Chopin yang menggambarkan suasana damai didunia.

Setelah intermezzo kedua, konser ditutup dengan medley tiga lagu yang riang dan lincah, meliputi Mari Kawan-Kawan, Nyanyi Gembira, Sekalipun Diriku Dapat Berkata-kata, dan Tuhan Mengutus Kita. Medley ini kembali dibawakan bersama dengan GKIO Junior. Setelah penyerahan hand bouquet dan doa penutup oleh Pdt. Jimmi Santoso dari GKI Surya Utama, GKI Orchestra bersama GKIO Junior membawakan encore (nyanyian ulangan) berupa Himne GKI, Berderaplah Satu untuk mengingatkan kembali semangat dari GKI Orchestra sebagai komunitas yang berkumpul bersama dalam Gereja Kristen Indonesia.

Pada setiap babak yang disajikan, GKI Orchestra mengajak penonton melihat sisi kemanusiaan Allah dalam pribadi Yesus Kristus, menghayati belas kasih Yesus terhadap umat manusia, serta meneladani Sang Gembala Agung dalam mengasihi dan menolong sesama melalui setiap pujian yang diaransemen secara kreatif dan apik. Kidung Pengharapan memperlihatkan refleksi pengharapan bagi dunia yang sedang bergumul dalam peperangan, kemiskinan, dan kesenjangan sosial. Pujian-pujian ini tidak sekadar dinyanyikan, namun juga sebagai doa kepada Allah untuk memberikan pemulihan bagi dunia serta mengajak setiap orang percaya menjadi rekan Allah dalam mewujudkan kerajaan-Nya. Pengharapan ini juga menyerukan pesan kemanusiaan dan perdamaian terkhusus bagi Indonesia yang akan menggelar pesta politik terbesar di tahun 2024.

Pada konser ini, Albert Fakdawer yang diundang sebagai special appearance memaparkan bahwa ia sangat bersyukur bisa mendapatkan kesempatan ini. Sependapat dengan sambutan Pdt. Riani pada kata pembuka, Albert merasa bahwa musik bisa mempertemukan seseorang dengan Allah. Musik menjadi ruang yang sangat powerful. Maka dari itu, GKI Orchestra merupakan sebuah gebrakan yang baik bagi GKI. Konser Kidung Pengharapan mendapatkan respon positif dari penonton. Jodie, salah satu penonton, merasa bahwa konser ini menarik karena dikemas dengan tidak hanya menyajikan musik yang monoton namun juga ada interaksi dan tarian. Di manapun GKI Orchestra akan menggelar konser, Jodie yakin tempat dan konsep yang disusun akan seirama. Kiranya Konser Kidung Pengharapan ini dapat menjadi ruang bagi setiap orang untuk merasakan kasih Allah dan melalui hikmat-Nya kita dapat meneruskan kasih-Nya dalam kehidupan kita.

Pujian-pujian ini tidak sekadar dinyanyikan, namun juga sebagai doa kepada Allah untuk memberikan pemulihan bagi dunia serta mengajak setiap orang percaya menjadi rekan Allah dalam mewujudkan kerajaan-Nya.

Kezia Annora Tassayu & Frederick Arga Jetro Sitanggang

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Antar Kita
  • Mata Air Kasih-Nya
    Yesus adalah Raja, ya benar, tetapi Ia berbeda dari raja yang lain. Sebuah Kerajaan, memiliki bendera, apapun modelnya, bahkan...
  • BELAJAR MELAYANI SEDARI KECIL
    Ibadah Anak/Sekolah Minggu sudah selesai, tapi masih banyak Adik adik Sekolah Minggu yang belum beranjak meninggalkan sekolah Tirta Marta...
  • PERSEKUTUAN DOA PAGI
    Persekutuan Doa Pagi atau PDP adalah kegiatan rutin di gereja, yang sepertinya dimiliki oleh hampir semua GKI, termasuk GKI...
  • WELCOME TO MATETO ONSITE
    Horeee… akhirnya Bina Iman Anak Mateto mulai onsite lagi di gereja… IYA, di ruangan-ruangan gereja kita. Mulai 9 September...