Diam Menanti Pertolongan Tuhan

Ratapan 3:22-33; Mazmur 30; 2 Korintus 8:7-15; Markus 5:21-43

3 Komentar 128 Views

Kita tidak dibiasakan diam dalam banyak hal di hidup ini. Kita dibiasakan, dipacu untuk serba cepat. Ada beberapa ungkapan yang menggambarkan bahwa hidup ini harus serba cepat misalnya; hidup itu berpacu dengan waktu, bangun itu harus pagi-pagi jika tidak rejeki dipatok ayam, waktu adalah uang, dan seterusnya. Jadi kita dibiasakan untuk serba cepat agar dapat meraih hidup sejahtera, unggul dan sukses. Sebaliknya berlama-lama atau berlambat-lambat tanda kemalasan, tidak mampu bersaing dan tertinggal.

Pertanyaannya apakah hidup itu dilalui dengan cara cepat atau dengan cara melambat? Yang tepat adalah hidup harus dengan kesadaran penuh (mindfulness). Tahu kapan harus melambat dan tahu kapan harus bergegas.

Pada saat masalah menghimpit kita dengan kuat, rasa untuk segera keluar dari persoalan sangat menekan kita. Kita ingin berburu dengan waktu, lepas dari kemelut. Sayangnya, justru memburu-buru menyelesaikan persoalan biasanya diikuti dengan sikap sembrono dan tidak bijaksana yang pada akhirnya memunculkan masalah atau kerumitan baru. Dalam perputaran waktu yang terasa begitu cepat bergulir, Firman-Nya mengingatkan kita untuk berdiam. Berdiam itu baik juga kita lakukan ketika berada dalam himpitan persoalan. Berdiam untuk menenangkan hati, berdiam untuk peka mendengar suara Allah. Berdiam untuk tajam melihat hal-hal baik yang terus menerus tersedia dalam hidup oleh Allah. Semua itu sering kali terabaikan pada saat kita bergegas untuk bergerak dan bertindak. Hal ini secara menarik kita baca dalam kisah di Injil Markus.

Tidak ada seorang pun ingin berlama-lama ditimpa masalah. Namun mungkin saja persoalan yang sedang mendera kita adalah sebuah kesempatan bagi kita menanti dalam diam sebelum bergerak menyelesaikan masalah dengan lincah. Diam untuk menikmati kasih Tuhan yang tidak pernah meninggalkan kita. Diam untuk menyembuhkan, menenangkan gemuruh dan kegelisahan. Diam agar mampu memegang teguh masa depan baik dalam pengharapan. Marilah kita diam menantikan pertolongan Tuhan yang selalu mengarahkan kita tepat pada waktunya.

DVA

3 Comments

  1. M Sinambela

    Terima kasih atas renungan ini. Tuhan Yesus memberkat

  2. M Sinambela

    Terima kasih atas renungan ini. Tuhan Yesus memberkati

  3. Kia

    saya tercerahkan sekali dengan article ini

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Khotbah Minggu
  • Tumbuh dalam Pelayanan: Pengurbanan Sejati
    Markus 10:35-45
    Dalam Markus 10:35-45, Yesus mengajarkan kepada murid-murid-Nya bahwa menjadi besar di dalam Kerajaan Allah bukanlah soal kekuasaan atau posisi,...
  • Tumbuh dalam Kasih: Membela Mereka yang Lemah
    Markus 10:2-16
    Dalam Markus 10:2-16, Yesus menyoroti pentingnya kasih yang tulus dan tak bersyarat, terutama dalam konteks keluarga. Ia menegaskan bahwa...
  • CUNGKIL DAN BUANGLAH
    Bil. 11:4-6, 10-16, 24-29; Mzm. 19:7-14; Yak. 5:13-20; Mrk. 9:38-50
    Ada sebuah ungkapan: ‘Mari kita membiasakan kebenaran, dan jangan membenarkan kebiasaan’. ‘Membenarkan kebiasaan’. Ya inilah yang sering terjadi. Kita...
  • Ini Tentang Kemuliaan Allah, Bukan Tentang Saya
    Mk. 9:30-37; Yak. 3:13-4:3,8; Mz. 54; Yer. 11:18-20
    Kesempatan melayani adalah anugerah Allah. Sebab siapakah kita? Orang berdosa yang dipercaya untuk melayani. Sudah selayaknya kita menjaga marwah...