Renungan Harian
-
Namun, hikmat yang dari atas pertama-tama murni, selanjutnya cinta damai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak, dan tulus ikhlas. (Yak. 3:17)
Pada masa pandemi Covid-19 yang lalu, seorang ibu memiliki kegemaran baru, yakni: memelihara aneka tanaman, termasuk pohon buah-buahan. Mengingat berbagai aktivitas banyak dilakukan di rumah, maka ibu ini punya cukup waktu untuk merawat aneka tanamannya. Keluarganya menggemari buah mangga, maka pohon mangga yang sudah cukup dewasa pun menjadi salah satu pohon yang ditanam di pekarangan rumahnya. Ibu ini berharap pohon mangganya bisa menghasilkan buah yang baik pada waktunya.
Sebagaimana sebuah pohon buah, maka Allah pun sesungguhnya menghendaki agar umat-Nya menghasilkan buah, yakni perbuatan baik. Dalam bacaan hari ini, kunci untuk dapat menghasilkan buah-buah yang baik, adalah dimilikinya hikmat yang dari atas. Hikmat ini adalah kebalikan dari hikmat yang berasal dari dunia. Hikmat yang dari atas memiliki ciri, antara lain: pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan, tidak memihak dan tidak munafik. Sementara hikmat yang dari dunia berwujud: iri hati, pementingan diri sendiri, menimbulkan kekacauan dan perbuatan jahat.
Sebagai umat Allah, sudah sepatutnya kita berupaya untuk memiliki hikmat yang dari atas. Hikmat yang dari atas itulah yang memandu pikiran dan perasaan kita, sehingga kita digerakkan untuk menghasilkan perbuatan-perbuatan yang baik. Salah satu wujud perbuatan baik yang bisa kita lakukan adalah dengan menaburkan kedamaian dalam relasi kita dengan sesama. [Pdt. Natanael Setiadi]
DOA:
Tuhan, mampukan kami untuk dapat menghasilkan perbuatan baik seturut dengan hikmat-Mu. Amin.Ayat Pendukung: Yes. 32:9-1; Mzm. 80; Yak. 3:17-18
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Khotbah Minggu
-
Salah satu keunikan Injil Lukas, dibandingkan ketiga injil lainnya, adalah melimpahnya kisah Yesus makan bersama orang lain. Injil Lukas adalah injil perjamuan. Terdapat setidaknya sepuluh kali Yesus dikisahkan makan bersama orang lain (5:27-32; 7:36-50; 9:10-17; 10:38-42; 11:37-52; 14:1-24; 19:1-10; 22:14-38; 24:28-32; 24:36-43). Dua di antara sepuluh kisah makan Yesus ini berlangsung setelah kebangkitan-Nya. Yang pertama adalah makan bersama dengan dua orang murid di Emaus (Yesus makan roti); yang kedua adalah Yesus meminta makan kepada para murid dan mereka memberinya sepotong ikan goreng.
Sungguh alamiah dan wajar. Makan. Namun, di dalam Injil Lukas, makan menyimbolkan pemeliharaan Allah, kegembiraan kerajaan Allah, keramahtamahan untuk berelasi dengan orang asing, serta sukacita persekutuan. Secara khusus, di dalam kebangkitan, makan menegaskan pula bahwa Yesus yang bangkit adalah Yesus yang sama sebelum Ia wafat. Dengan makan, Yesus membuktikan bahwa tubuh yang bangkit adalah tubuh insani yang sama sekaligus dipermuliakan.
Maka, setiap kali kita makan, baik perjamuan kudus maupun makan sehari-hari, ingatlah Kristus yang bangkit, yang makan bersama para murid. Mari kita rayakan kemanusiaan kita dalam terang kerajaan Allah yang penuh sukacita dan pengharapan. Amin. (ja)
Antar Kita
-
Sekilas tentang GKI Orchestra GKI Orchestra merupakan ruang bagi remaja-pemuda dari seluruh GKI untuk memberikan talenta dan kerinduannya dalam melayani Tuhan melalui bidang musik. Terbentuk pada tahun 2017 silam, mereka menamai dirinya sebagai “GKI Orchestra” pada pelayanan perdananya di...
-
Mata Air Kasih-Nya
Rabu, 21 Juni 2023Yesus adalah Raja, ya benar, tetapi Ia berbeda dari raja yang lain. Sebuah Kerajaan, memiliki bendera, apapun modelnya, bahkan sesederhana selembar kain. Bendera ini membangkitkan kesetiaan emosional dan mendorong mereka yang tergabung di dalamnya untuk melakukan sesuatu. Bendera itu,... -
KELAS KATEKISASI BERIBADAH Dl GEREJA BEDA AZAS
Senin, 20 Maret 2023“Beribadah di Gereja beda azas? Untuk apa?” Mungkin ada yang bertanya seperti itu. Tapi rnemang kegiatan tersebut merupakan salah satu kegiatan yang ada dalam Kurikulum Katekisasi di GKI Pondok Indah. Dengan adanya lebih dari 45.000 denominasi gereja di seluruh...