Umat Tuhan Desa Mongham di Perbatasan PNG Merindukan Rumah Ibadah

Belum ada komentar 52 Views

Sungguh memprihatinkan keadaan sebuah jemaat di desa Mongham Batom di Pegunungan Bintang, Provinsi Papua, yang bertahun-tahun lamanya hanya beribadah di sebuah bangunan alang alang sebagai gereja, karena ketiadaan biaya dan letaknya yang sangat jauh dari ibukota Kabupaten. Jalan menuju ke desa tersebut hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki selama 4 hari karena belum ada jalan untuk mobil.

Redius Kolaka, seorang penginjil muda yang diutus oleh gerejanya— Persekutuan Gereja-gereja Baptis Papua—merintis Pos Pelayanan Injil bagi penduduk di desa pegunungan yang berbatasan dengan PNG ini sejak tahun 2009. Semula ia hanya melayani 10 keluarga dengan 67 anggota keluarga, tapi kini jumlah itu bertambah dengan bergabungnya kembali 127 warga Papua yang pada tahun 1960-an pindah dengan keluarga mereka ke wilayah Papua New Guinea sejak pengalihan kekuasaan atas Papua Barat (dahulu Irian Barat) dari Pemerintah Belanda ke Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam Sidang Umum PBB. Hati mereka tergugah melihat keseriusan Pemerintah dalam membangun Papua di bawah pimpinan Presiden Joko Widodo. Hal ini dulu jarang dilakukan. Kini, sarana utama Jalan Raya Trans Papua yang akan menghubungkan provinsi dan kabupaten dengan kota-kota di Papua, membuka kesempatan kepada masyarakat Papua untuk menikmati kesetaraan dengan daerah-daerah lain yang sudah maju di Indonesia.

Perkembangan ini, dengan prinsip “kerja, kerja dan kerja” yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo di Papua ini, akan terus dijalankan pada periode-periode berikutnya oleh orang-orang yang benar-benar pancasilais, sehingga hubungan ke desa-desa di Papua kelak akan mudah lancar. Masyarakat Papua dengan sukacita menyambut derap langkah pembangunan ini, demikian juga Redius Kolaka. Semula ia berencana memulai pembangunan rumah ibadah yang layak, dengan dibantu oleh Pdt. Herry Ipkulin yang datang dari perbatasan PNG dan hanya bisa berbahasa Fijin/PNG, sehingga khotbah-khotbahnya harus diterjemahkan oleh Redius Kolaka yang menguasai bahasa tersebut.

Usaha Redius Kolaka untuk segera membangun rumah ibadah ini memang bertahun-tahun tersendat. Namun seiring dengan doa yang terus dinaikkan oleh jemaat, ia juga giat menghubungi teman-teman seiman. Berdasarkan sebuah informasi tentang peran anggota jemaat GKI PI yang sering memberi bantuan bagi pembangunan atau renovasi tempat ibadah jemaat-jemaat kecil dan juga pos-pos penginjilan di Papua, ia menghubungi Bpk. Bert Sunaryo dari Komisi Pengabaran Injil GKI PI, yang lalu menghubungkannya dengan Bpk. Yan Watung. Bpk. Watung banyak mengetahui pelayanan gereja-gereja di Papua. Sewaktu ia berada di Papua dari tahun 1967 sampai 2002, ia juga pernah ditunjuk oleh Majelis Sinode GKI Papua untuk duduk dalam Badan Kerja Sama Pembangunan Pos-Pos Penginjilan Perbatasan PNG dan Papua.

Siapa yang Mau Berbagi Berkat?
Kerinduan jemaat Mongham ini juga merupakan kerinduan Tuhan yang empunya pelayanan ini agar kita menjadi perpanjangan tangan-Nya dalam berbagi berkat, khususnya dalam pembangunan rumah ibadah bagi jemaat di desa Mongham Batom ini. Maukah kita? •

| Yan Watung

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Antar Kita
  • GKI ORCHESTRA: Kidung Pengharapan
    Sekilas tentang GKI Orchestra GKI Orchestra merupakan ruang bagi remaja-pemuda dari seluruh GKI untuk memberikan talenta dan kerinduannya dalam...
  • Mata Air Kasih-Nya
    Yesus adalah Raja, ya benar, tetapi Ia berbeda dari raja yang lain. Sebuah Kerajaan, memiliki bendera, apapun modelnya, bahkan...
  • BELAJAR MELAYANI SEDARI KECIL
    Ibadah Anak/Sekolah Minggu sudah selesai, tapi masih banyak Adik adik Sekolah Minggu yang belum beranjak meninggalkan sekolah Tirta Marta...
  • PERSEKUTUAN DOA PAGI
    Persekutuan Doa Pagi atau PDP adalah kegiatan rutin di gereja, yang sepertinya dimiliki oleh hampir semua GKI, termasuk GKI...