Aku akan mendatangkan atas mereka, atas penduduk Yerusalem, dan atas orang Yehuda segenap malapetaka yang Kuancamkan kepada mereka dan yang tidak mau mereka dengarkan. (Yeremia 36:31)
Apabila kita berkesempatan untuk mengunjungi desa di lereng Gunung Merapi pasca letusan tahun 2010, kita akan melihat rumah- rumah penduduk dan sisa-sisa perabot yang sebagian hangus terbakar. Sungguh suatu pemandangan yang memprihatinkan, membayangkan bahwa sebelumnya rumah-rumah itu ramai dengan aktivitas penghuninya. Ternyata para korban kebanyakan adalah orang-orang yang tidak mau mendengarkan peringatan bahaya, sebab mereka tetap kembali ke rumah dan mengurus ternaknya walaupun dalam kondisi yang sangat berbahaya. Akhirnya mereka tidak selamat dari bencana.
Raja Yoyakim menolak firman TUHAN dengan tindakannya mengoyak-ngoyak gulungan kitab dan melemparkannya ke dalam api. Bahkan ia menunjukkan kemarahannya dengan menyuruh orang menangkap Yeremia dan Barukh. Dengan tindakannya Yoyakim seolah menolak segala ancaman malapetaka yang akan terjadi pada dirinya dan bangsanya. Namun sesungguhnya Raja Yoyakim tidak dapat mengelak dari hukuman TUHAN, satu kata pun dari firman Allah tidak akan berubah. Ketidakpercayaan manusia tidak akan membuat firman Allah tidak berlaku.
Pemberitaan firman Tuhan pasti akan menimbulkan respons, entah pertobatan atau malah perlawanan dan pemberontakan. Namun demikian firman Tuhan tidak dapat diabaikan begitu saja sekehendak hati. Berkeras hati atau menolak untuk bertobat hanya akan berujung pada kebinasaan, sebab Allah berdaulat. Karena itu jangan keraskan hati bila mendengar firman Tuhan, bertobatlah! [Pdt. Melani Ajub Egne]
REFLEKSI:
Respons terhadap firman Tuhan akan menentukan masa depan hidup yang kita akan jalani.
Ayat Pendukung: Yer. 36:27-32; Mzm. 119:89-96; Luk. 4:38-44
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.