Menjadi pendengar yang baik? Ah, semua juga bisa!
Tapi apakah sekadar mendengar bisa disamakan dengan menjadi pendengar yang baik?
Komunikasi secara sederhana dapat diartikan sebagai seni bertukar informasi. Agar sebuah informasi dapat diberikan dan diterima dengan baik, dibutuhkan kemampuan untuk memberikan dan menerima informasi secara mumpuni.
Kemampuan memberikan informasi yang sering kita lakukan sehari-hari adalah dengan cara berbicara, menulis, menggambar, dan sebagainya. Sementara untuk menerima informasi, membaca, melihat dan mendengar adalah tiga di antara sekian banyak metode yang biasa dilakukan.
Komunikasi akan berlangsung efektif apabila informasi yang diberikan oleh si komunikator (pengirim pesan) diterima dan dipahami dengan baik oleh si komunikan (penerima pesan). Namun saya sendiri baru sadar kalau pelatihan menjadi komunikator yang baik ternyata lebih banyak jika dibandingkan dengan pembelajaran menjadi komunikan yang mumpuni.
Anda dengan mudah mencari dan menemukan kursus public speaking dengan berbagai metode yang cocok untuk beragam kalangan dan tingkat usia. Namun, ada berapa banyak iklan kursus menjadi pendengar yang baik yang pernah Anda jumpai?
Ah, kalau cuma mendengarkan ya memang tidak perlu diajari, bukan? Selama tidak tuli artinya bisa mendengar. Pernyataan ini tidak salah, tetapi juga tidak sepenuhnya benar.
Dalam Bahasa Inggris ada istilah hearing dan listening. Hearing, yang untuk selanjutnya kita sepakati artinya sebagai mendengar, adalah sebuah proses biologis yang membutuhkan telinga sebagai organ utamanya, dan tidak perlu dilatih. Namun listening, yang untuk selanjutnya kita sebut sebagai menyimak, adalah sebuah proses yang lebih rumit, yang tidak saja membutuhkan telinga, tetapi juga akal dan pikiran. Proses menyimak sebuah pesan merupakan skill yang perlu dilatih dan dipelajari. Menyimak juga membutuhkan kemauan dan kemampuan untuk tidak saja mendengarkan sebuah informasi, tetapi juga mengolah dan memilah, untuk kemudian menyimpulkan intisari dari informasi tersebut. Setidaknya ada enam komponen dasar yang diperlukan untuk berlatih menjadi pendengar (atau penyimak) yang baik, yaitu:
1. Mendengarkan
Tentu, untuk bisa menyimak sebuah informasi, Anda harus terlebih dahulu punya keinginan untuk mendengarkan. Buka telinga, juga hati dan pikirkan untuk mendengarkan dengan seksama tanpa tendensi apapun.
2. Hadir
Maksudnya, bukan hanya hadir secara fsik, melainkan juga segenap akal dan pikiran difokuskan untuk menangkap informasi yang akan diberikan.
3. Menafsirkan
Informasi yang didapatkan bisa saja diolah dengan penafsiran berbeda oleh pendengar yang berbeda. Buatlah catatan bila dirasa perlu, untuk kemudian dikonfrmasikan kepada pemberi informasi, apakah penafsiran yang Anda buat sudah sesuai dengan maksud dan tujuan pembicara, agar ada kesepakatan, dan bukannya salah paham di antara kita.
4. Menilai
Menjadi pendengar (penyimak) yang baik bukan berarti harus setuju sepenuhnya dengan pembicara. Anda boleh saja memberikan penilaian sendiri mengenai informasi yang diberikan.
5. Mengingat
Apalah artinya informasi yang baik apabila tidak diingat oleh para penerimanya. Buatlah ringkasan singkat untuk membantu Anda mengingat kembali informasi yang diberikan jika sewaktu-waktu diperlukan.
6. Merespons
Memberikan umpan balik (feedback) menandakan keseriusan Anda menerima informasi. Umpan balik ini juga membantu pemberi informasi menambah wawasan dan pengetahuan dari sudut pandang yang berbeda.
Mudahkah menjadi pendengar (penyimak) yang baik? Tentu tidak, karena ada banyak sekali tantangan dan gangguan (distraction) yang menyertainya, apalagi beda generasi, juga beda gaya komunikasi.
Selamat berlatih menjadi pendengar yang baik, semoga komunikasi yang lancar membuat kita semua mendapatkan lebih banyak kebaikan dalam hidup.•
|dr. Diana Leiwakabessy
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.