Splagchnizomai

Splagchnizomai – kepekaan nurani yang mendorong tindakan

Belum ada komentar 1215 Views

Splagchnizomai – berasal dari bahasa  Yunani splangkh-nid-zom-ahee – ‘tergeraklah’ (oleh belas kasihan).

Kata spagchnizomai digunakan sebanyak 12 kali dalam Alkitab. 11 kali penggunaannya ditujukan pada pribadi Yesus, secara langsung maupun melalui perumpamaan, manakala Ia berada di tengah kejadian yang memerlukan perhatian khusus, sehingga tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu mengulurkan tangan untuk menolong dan memberi solusi. Hanya dalam satu cerita perumpamaan kata splagchnizomai digunakan pada manusia, yakni ketika orang Samaria yang baik hati itu menemukan dan menolong orang yang habis dirampok.

Inilah kedua belas ayat yang menggunakan kata splagchnizomai. Sebaiknya pembacaan masing-masing diperluas setidaknya hingga penuh satu perikop, agar lebih bisa dipahami konteksnya.

Mat. 9:36 Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.

Mat. 14:14 Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit.

Mat. 15:32 Lalu Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: “Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan.”

Mat. 18:27 Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan utangnya.

Mat. 20:34 Maka tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan, lalu Ia menjamah mata mereka dan seketika itu juga mereka melihat lalu mengikuti Dia.

Mrk. 1:41  Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: “Aku mau, jadilah engkau tahir.”

Mrk. 6:34 Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka. (lihat Mat 14:14)

Mrk. 8:2  “Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. (lihat Mat 15:32)

Mrk. 9:22  Dan sering kali roh itu menyeretnya ke dalam api atau pun ke dalam air untuk membinasakannya. Sebab itu jika (tergerak hati-Mu) Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami.”

Luk. 7:13  Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: “Jangan menangis!”

Luk. 10:33  Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.

Luk. 15:20  Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.

Kita akan bahas salah satu petikan yang mengandung pengertian splaghchnizomai  dan menunjukkan bagaimana hati Tuhan Yesus tergerak oleh belas kasihan.

Kemudian datanglah murid-murid Yohanes Pembaptis mengambil mayatnya dan menguburkannya. Lalu pergilah mereka memberitahukannya kepada Yesus. Setelah Yesus mendengar berita itu menyingkirlah Ia dari situ, dan hendak mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mendengarnya dan mengikuti Dia dengan mengambil jalan darat dari kota-kota mereka. Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit. Menjelang malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata: “Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa.” Tetapi Yesus berkata kepada mereka: “Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan.” Jawab mereka: “Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan.” Yesus berkata: “Bawalah ke mari kepada-Ku.”  (Mat. 14:12-18)

Dalam konteks cerita di atas, sebenarnya Tuhan Yesus sedang memiliki masalah pribadi. Pertama, Ia sedang sedih mendengar berita tentang kematian Yohanes Pembaptis yang memiliki hubungan keluarga dengan-Nya. Ada keinginan untuk mengasingkan diri, untuk berkabung. Meskipun tidak tertulis, tetapi inilah adat yang normal bagi bangsa Yahudi. Kedua, dengan diikuti orang banyak yang besar jumlahnya, pasti menyulitkan gerak-Nya untuk bertindak dalam senyap karena mata pemerintah Romawi tertuju kepada-Nya dengan lebih mudah. Intelijen Romawi pada waktu itu sangat waspada terhadap kumpulan orang-orang yang sering kali dicurigai akan mengadakan pemberontakan. Ketiga, ada kemungkinan rasa lelah dan lapar juga dialami oleh Tuhan Yesus.

Namun masalah-masalah itu menjadi tidak berarti karena hati Tuhan Yesus tergerak oleh belas kasihan. Penulis Perjanjian Baru menggunakan kata splagchnizomai untuk menunjuk pada belas kasihan. Jadi, belas kasihan adalah karakter Kristus sendiri. Apakah itu artinya hanya Tuhan yang bisa memiliki belas kasihan? Jelas tidak! Lihat petikan bacaan kita di atas, Tuhan Yesus juga mengajarkan murid-murid-Nya untuk memiliki belas kasihan dengan memberi makan kepada orang banyak itu.

Sering kali kita sekadar tahu dan sebatas mengerti, tapi belum sampai pada tingkat memahami dan peka pada ajaran Yesus itu sehingga mampu tergerak oleh belas kasihan. Selama kita masih memikirkan urusan, kaitan, kepentingan, dan keuntungan diri sendiri, kita sulit untuk memahami, bersimpati, dan berempati, apalagi tergerak oleh belas kasihan kepada orang lain. Hanya mereka yang ‘sudah selesai dengan diri mereka sendiri’-lah yang akan lebih mudah tergerak oleh belas kasihan. Menjadi selesai dengan diri sendiri itulah seni memahami dan mengolah kehidupan sehingga mampu melihat segala sesuatu yang ada di hidup ini sebagai hal baik yang patut disyukuri melalui berbagi.

Sesungguhnya, meskipun tidak ditulis secara eksplisit di Alkitab, ada contoh lain dari peristiwa spagchnizomai yang paling agung, dahsyat, dan mulia. Peristiwa itu mengawali karya keselamatan Allah kepada manusia dan membuat Allah berinkarnasi menjadi manusia. Yesus Kristus hidup dan berkarya bagi manusia yang membutuhkan uluran tangan Allah.

Sejak mengalami keterpisahan dengan Allah dari Taman Eden karena dosa yang dilakukan Adam dan Hawa, manusia melakukan segala upaya untuk bisa kembali ke ‘Taman Eden’ dan bergaul dekat dengan Allah. Melalui pengorbanan, puasa, taat beribadah, melakukan perbuatan baik, membangun ‘rumah Allah’, melayani sesama, bahkan menyerahkan diri menjadi pelayan Allah, manusia berupaya ‘mengambil hati’ Allah agar hidupnya diselamatkan dari dosa dan dari upahnya, yakni maut.

Allah menghargai semua upaya manusia itu, dan memberinya kesempatan untuk terus berusaha. Namun manusia tidak pernah teguh dan setia mengikuti kehendak dan rencana Allah. Bahkan makin tinggi peradaban yang dibangunnya, keteguhan dan kesetiaan itu makin luntur. Manusia makin jauh dari Allah dan makin memercayai dirinya sendiri. Ia makin cepat berpaling dari Allah manakala melihat bahwa usahanya tidak membuahkan hasil yang sesuai dengan keinginannya. Pada beberapa peristiwa bahkan ia tidak segan menghujat Allah. Meskipun demikian, kasih dan kerinduan agar manusia kembali hidup bergaul akrab dengan-Nya tidak pernah luntur dari konsep Allah.

Ketika hal-hal sederhana seperti ketaatan dan kesetiaan yang disyaratkan Allah agar manusia berekonsiliasi dengan-Nya tidak mampu dipenuhi, manusia kehilangan harapan untuk bisa kembali bergaul dekat dengan Allah. Jurang antara kesucian dan kekudusan Allah dengan dosa dan kecemaran manusia begitu dalam. Manusia tidak dapat membangun jembatan rekonsiliasi itu dengan kekuatan, upaya, dan pemikirannya sendiri. Konsekuensinya adalah hidup terpisah dari Allah, terhilang dari Jalan-Nya, dan binasa dalam keabadian.

Namun Allah tidak berpangku tangan. Ia tergerak oleh belas kasihan, splagschnizomai, dan berprakarsa untuk mengulurkan tangan, membangun jembatan, dan menyediakan jalan bagi upaya rekonsiliasi ini.

Allah, yang seharusnya marah, kecewa, dan frustasi melihat kebodohan manusia merespons kasih-Nya, justru menunjukkan kasih yang tak terpahami secara manusiawi. Apalagi Allah bukannya tidak tahu respons apa yang diberikan manusia dalam menyambut kasih-Nya. Bukannya bersyukur, manusia malah menolak-Nya. Namun Allah, yang kasih-Nya tanpa batas itu, tetap menunaikan karya penyelamatan-Nya bagi manusia, ciptaan-Nya yang paling dimuliakan, diistimewakan, dan dibuat menurut gambar-Nya. Maka splagschinizomai agung dan dahsyat itulah yang ditunjukkan Allah.

Selamat Natal. Selamat menikmati splagchinizomai Allah yang menghasilkan karya keselamatan agung dan tak terbandingkan dengan apa pun.

»SUJARWO

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Bible Talks
  • Pelayanan yang Panjang
    Kisah Para Rasul 19:1-41
    Kisah Para Rasul merupakan buku kedua yang dituliskan oleh Lukas kepada Teofilus, dengan tujuan mencatat apa yang dilakukan oleh...
  • KASIH PERSAHABATAN
    Kasih adalah salah satu tema terpenling di da/am kekristenan. Di dalam 1 Korinlus 13:13, Paulus menegaskan bahwa dari seluruh...
  • WHAT WENT WRONG?
    Yosua 7-8
    Seandainya Anda mengalami kegagalan, akankah Anda berdiam diri dan bertanya, “Apa yang salah?” Setelah kemenangan di Yerikho dengan sangat...
  • Menghidupkan Semangat Dan Hati
    Yesaya 57:15
    Seseorang gadis berusia 18 tahun dan berpenampilan menarik berjalan masuk ke dalam ruang konseling. Dia sering menjuarai berbagai kompetisi...