Pilihanku, Pilihanmu, Pilihan-Nya

Belum ada komentar 1907 Views

Hidup adalah Pilihan

Pendapat tersebut sering kali kita dengar dalam banyak situasi. Misalnya dalam kehidupan sehari-hari, kita harus memilih akan melakukan apa, makan apa, memilih pakaian apa, dan lainnya. Dalam skala yang lebih luas, kita juga harus memilih pendidikan apa, menikah dengan siapa, memilih pekerjaan apa yang sesuai dengan bakat kita.

Manusia pada dasarnya memiliki kebebasan untuk memilih. Banyak filsuf yang mengemukakan konsep tentang “memilih”, meskipun ada yang malah menimbulkan kebingungan. Seperti itulah hidup yang terkait dengan pilihan. Terkadang kita jadi bingung dengan pilihan itu sendiri.

Coba ingat kembali, saat kita menjalani masa kanak-kanak. Bukan hal yang sulit untuk menentukan pilihan, karena pada masa itu tidak banyak yang kita pertimbangkan. Setiap hal yang menarik perhatian, tentu itulah yang dipilih. Seiring berjalannya waktu, makin banyak hal yang dipertimbangkan untuk memilih sesuatu.

Saya teringat tentang pengalaman dalam hal memilih. Saya terkadang sulit menjatuhkan pilihan. Contoh sederhana adalah ketika ingin membeli sepatu. Saya mulai mendatangi sebuah toko sepatu yang ada di sebuah pusat perbelanjaan. Setelah melihat-lihat dan menemukan beberapa pilihan, saya akan melihat kualitas dan memperkirakan daya guna dari pilihan-pilihan tersebut. Hal lain yang cukup penting—mengingat pengalaman sebagai “anak kos” yang harus memiliki kemampuan untuk memperkirakan jumlah pengeluaran dan kapasitas “kantong”—saya harus mempertimbangkan harga dari sepatu tersebut.

Proses memilih sepatu tersebut belum berakhir. Saya akan berkeliling ke beberapa toko lainnya untuk mencari pilihan lain dengan prinsip “cek toko sebelah”. Proses tersebut membuat para penjaga toko yang saya datangi merasa heran. Petugas keamanan pun meningkatkan pengawasan karena mungkin curiga pada seorang pemuda yang melihat-lihat tanpa ada tanda-tanda membeli. Setelah semua informasi terkumpul dan melewati pergumulan yang cukup sulit, maka saya pun menentukan pilihan untuk kembali ke toko pertama. Tidak butuh waktu lama, saya langsung menunjuk sepatu yang diinginkan lalu melakukan pembayaran di meja kasir dengan senyum bahagia karena puas.

Memilih memang bukan hal mudah. Perlu perencanaan dan perkiraan yang cukup matang untuk menentukan pilihan. Kebanyakan orang akan melakukan hal tersebut untuk mencapai kepuasan. Selain itu, proses mempertimbangkan juga akan memperkecil rasa kecewa dan galau kalau salah pilih.

Pilihanku – Pilihanmu

Dalam proses memilih, sering kali kita dihadapkan pada pilihan komunal atau pilihan yang melibatkan pihak lain. Pilihan ini merupakan proses memilih untuk kepentingan bersama, dan pasti menimbulkan perbedaan. Selain itu, pilihan komunal juga berarti proses saling memilih untuk mencapai sebuah tujuan. Ada dua contohnya.

Yang pertama kembali diambil dari pengalaman sebagai “anak kos” yang profesional dan setia kawan. Ketika saya menjalani masa kuliah, kebersamaan sangat penting untuk saling menopang dan menguatkan, terutama dalam keadaan sulit. Suatu kali saya bersama teman-teman “seperjuangan”, sekaligus teman “satu atap”, berpikir tentang apa yang akan kami makan nanti malam. Kami harus mengalkulasi anggaran dengan tempat makan yang akan kami tuju. Muncul beberapa pertimbangan warteg dan tempat makan ekonomis lainnya.

Kami mulai mendiskusikan beberapa rekomendasi tempat makan yang sesuai dengan prinsip “anggaran minim, perut kenyang, dan rasa memuaskan”. Diskusi tersebut tidak mudah, karena setiap orang punya selera masing-masing dan bertahan dengan pendapatnya, namun ada juga yang hanya diam sambil menunggu keputusan yang akan diambil. Akhirnya kami sepakat. Setelah kami tiba di tempat makan tersebut, satu per satu mulai memesan makanan. Karena selera kami berbeda-beda, maka ada yang puas dan ada yang kurang puas sebab makanan yang tersedia kurang cocok dengan seleranya.

Namun yang paling merana adalah teman kami yang hanya diam mengikuti suara mayoritas. Ternyata makanan yang tersedia tidak sesuai dengan seleranya. Ia juga harus menahan gejolak dalam perutnya karena makanan tersebut tidak cocok dengan metabolisme tubuhnya. Itulah akibatnya kalau tidak mau mengemukakan pendapat. Memilih untuk tidak memilih juga merupakan pilihan, dan berpotensi menimbulkan kekecewaan dan penyesalan.

Contoh kedua mungkin pernah dialami oleh kebanyakan orang, terutama kaum muda. Pernahkah Anda menentukan pilihan untuk mengutarakan rasa kagum, suka, atau bahkan perasaan terpendam kepada seseorang? Pilihan tersebut bukan hanya melibatkan diri sendiri, melainkan juga orang yang Anda sukai. Rasa bahagia bercampur dengan suasana hati berbunga-bunga muncul ketika pilihan Anda memberi respons positif dan ia juga memilih Anda.

Namun, bagaimana jika orang yang Anda pilih, tidak memilih Anda? Tentu hal itu menimbulkan perasaan sedih, kecewa, dan galau. Banyak faktor yang menyebabkan penolakan itu terjadi. Mungkin saja Anda memiliki kepercayaan diri berlebihan dan bermodal nekat, atau ternyata orang yang Anda pilih memberi harapan palsu. Barangkali Anda juga belum mengenal orang tersebut dengan mendalam.

Dalam hal ini, pilihan bukan hanya melibatkan diri sendiri, melainkan juga pihak lain. Itulah pentingnya pertimbangan, sebab keputusan yang Anda buat juga berpengaruh terhadap orang lain dan diri Anda sendiri. Pilihanku memang untukku, tetapi pilihan tersebut ditanggung orang lain juga. Pilihanku juga membutuhkan pilihanmu, supaya kita mencapai tujuan bersama. Itulah bentuk bijak memilih, karena pilihan memiliki pengaruh besar.

Pilihan-Nya

Setiap orang memiliki kebebasan untuk memilih. Hal tersebut berkaitan dengan kehendak bebas yang dimiliki manusia. Namun, ada sebuah pendapat yang menarik. Menurut Sam Harris dalam bukunya yang berjudul Free Will, kehendak bebas sejatinya adalah ilusi (Harris 2012, 5). Mulai dari kehendak, kebebasan, hingga keputusan. sebenarnya dipengaruhi oleh suatu kekuatan yang asalnya di luar kendali manusia (Harris 2012, 5). Menurut Harris, kehendak bebas sebenarnya ada dalam pikiran kita sendiri yang terbatas pada diri sendiri (Harris 2012, 5).

Terkait konsep tersebut, pernahkah Anda menonton film Serenity yang baru-baru ini tampil di layar lebar? Film tersebut bercerita tentang seorang pelaut yang terobsesi untuk menangkap ikan tuna besar. Ia merasa bebas berbuat segala sesuatu dan memilih untuk larut dalam obsesinya. Namun, suatu saat ia menyadari bahwa ada sesuatu yang janggal dalam kehidupannya. Ternyata ia hidup dalam permainan animasi yang diciptakan seorang anak kecil.

Anak tersebut membuat permainan tentang pelaut untuk menuangkan kerinduannya pada sosok ayah yang meninggal dalam tugas sebagai prajurit. Permainan itu dibuat sedemikian rupa mendekati kenyataan, hingga sosok pelaut yang ada di dalamnya tidak menyadari bahwa ia hanyalah ilusi. Terkadang kita pun larut dalam kebebasan yang kita miliki. Kita tidak menyadari bahwa ada yang mengatur segala sesuatu dalam alam semesta ini. Sosok yang Maha Kuasa tersebut adalah Tuhan.

Terkadang kita lupa untuk melibatkan Tuhan dalam proses memilih atau proses menjalani hidup kita. Kita pun terkadang lupa bahwa ada Roh Kudus yang selalu ada untuk menjaga kita tidak keluar dari rengkuhan kasih Allah. Kita memang harus keluar dari dunia pikiran kita sendiri. Seperti sebuah pemikiran yang pernah dikemukakan oleh Plato, kita seperti manusia yang berada dalam gua dan tidak pernah melihat dunia luar. Kebebasan untuk memilih membuat kita terlena berada dalam gua pemikiran yang sempit, tanpa mengetahui bahwa ada sesuatu lebih besar yang sudah disediakan Tuhan.

Jadi, dalam konsep memilih kita perlu mengetahui bahwa banyak hal penting yang mendahului sebuah keputusan. Selain itu, kita juga harus menyadari bahwa kebebasan dapat dikatakan sebagai ilusi dan juga berada dalam keterbatasan, karena hanya Tuhan-lah yang tidak terbatas. Proses menentukan pilihan merupakan cara Tuhan memberi kita pengajaran agar menyadari keterbatasan yang ada dalam diri kita. Karena itu, libatkanlah Tuhan dalam setiap pilihan dan pertimbangan.

Pilihanku belum tentu pilihanmu, dan belum tentu pilihan-Nya. Namun yang pasti, kita sudah terlebih dulu dipilih-Nya untuk menyelami lautan cinta kasih-Nya. Apa yang Anda pilih? Pertimbangan apa yang Anda lakukan untuk menentukan pilihan? Sudahkah Anda melibatkan Tuhan? Karena itu, mari kita renungkan dan kita mohon penyertaan Tuhan agar kita bisa memilih dengan bijak. Pilihanku, pilihanmu, dan pilihan-Nya merupakan sebuah bentuk sinergi. Diam memang pilihan, tapi bukan jalan keluar. Sikap diam dan menghindari pilihan adalah bentuk kerapuhan sekaligus kekalahan. Kiranya Tuhan menolong kita untuk menjalani hidup dalam pilihan dan memberi kita hikmat untuk memilih yang baik.

>> Obaja Nathanael

Acuan

Harris, Sam. 2012. Free Will. New York: Free Press Department.

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Bible Talks
  • Pelayanan yang Panjang
    Kisah Para Rasul 19:1-41
    Kisah Para Rasul merupakan buku kedua yang dituliskan oleh Lukas kepada Teofilus, dengan tujuan mencatat apa yang dilakukan oleh...
  • KASIH PERSAHABATAN
    Kasih adalah salah satu tema terpenling di da/am kekristenan. Di dalam 1 Korinlus 13:13, Paulus menegaskan bahwa dari seluruh...
  • WHAT WENT WRONG?
    Yosua 7-8
    Seandainya Anda mengalami kegagalan, akankah Anda berdiam diri dan bertanya, “Apa yang salah?” Setelah kemenangan di Yerikho dengan sangat...
  • Menghidupkan Semangat Dan Hati
    Yesaya 57:15
    Seseorang gadis berusia 18 tahun dan berpenampilan menarik berjalan masuk ke dalam ruang konseling. Dia sering menjuarai berbagai kompetisi...