Penyakit Chikungunya

Penyakit Chikungunya

1 Komentar 136 Views

BULAN-BULAN ini penyakit virus ini kembali menyerang beberapa daerah. Hampir setiap tahun seperti itu. Di beberapa daerah berjangkit serempak. Beberapa keluarga terserang berbarengan.

Demam tinggi yang datang disertai dengan nyeri hebat pada persendian. Sedemikian hebat nyeri sendinya sehingga menghebohkan. Pasien mengalami kesukaran dalam upaya bangkit dari posisi duduk atau berbaringnya. Terkesan pasien menderita kelumpuhan. Benar lumpuhkah?

Tidak. Ini bukan penyakit aneh. Namun oleh karena serangannya menimbulkan gangguan sendi, dan pasien tidak mampu menggerakkan sekujur badannya, sehingga terkesan seolah-olah ini penyakit aneh. Penyebabnya virus Afrika Chikungunya (banyak di Zambia, dan Tanzania), sekerabat dengan virus demam berdarah dengue, dan sama seperti demam berdarah, virusnya ditularkan lewat gigitan nyamuk kebun Aedes aegypti. Orang medis menyebutnya penyakit Chikungunya.

Chikungunya tergolong penyakit zoonosis sebab selain pada manusia bisa menyerang hewan juga, dengan gejala khas menyerang seluruh sendi. Oleh karena sendi-sendi tak bisa digerakkan sebab terasa kaku, dan nyeri, terkesan seolah-olah terjadi kelumpuhan. Padahal sejatinya bukan betul-betul lumpuh.

Awalnya ini penyakit pada kera hutan di Afrika. Virusnya tersebar meluas sepanjang Sub-Sahara Afrika, Asia Tenggara, India, Filipina, termasuk Indonesia sendiri. Secara sporadik acap menimbulkan wabah. Tercatat wabah berjangkit di Thailand tahun 1962, dan tahun 1997, di Selangor Malaysia Januari 1999 lalu (Time, 31/01/99).

Buat Indonesia ini bukan penyakit baru. Tahun 1980-an sudah pertama kali berjangkit di Kalimantan Tengah. Pada waktu itu diperkirakan 20 tahun kemudian penyakit virus ini bakal meluas sebab siklus iklim dan virologis (faktor kevirusan). Dan ternyata benar, serangan virus yang sama kini berjangkit lagi.

LALU apakah penyakit ini begitu menakutkan?
Tidak. Chikungunya tidak berakhir dengan kelumpuhan, apalagi kematian. Hanya tercatat satu-dua meninggal akibat komplikasi pada jantung (endocarditis) yang biasanya mengenai katup jantung. Umumnya kasus begini menyembuh sendiri tanpa menyisakan kecacatan apa pun.

Chikungunya berjangkit di wilayah-wilayah beriklim tropis. Oleh karena sering menjangkiti pendatang, penyakit ini tergolong penyakit para pesiar (travelling disease). Mereka yang berwisata ke wilayah Afrika, Asia tenggara, India, dan sekitarnya perlu mewaspadainya, terutama jika penyakit yang punya alias O’Nyong-Nyong ini, tengah berjangkit.

Kendati tidak mematikan, atau menyisakan cacat, atau kelumpuhan, serangan virus cukup membuat pasien cukup menderita. Oleh karena seluruh persendian tubuh diserang, sekujur tubuh seakan tidak bisa digerakkan. Pasien takut menggerakkan tubuh yang sendi-sendinya kaku dan nyeri, sehingga menimbulkan kesan telah terjadi kelumpuhan.

Tidak ada obat khusus untuk penyakit ini selain meredakan demam, dan nyeri sendinya saja. Dengan atau tanpa obat, penyakit yang bisa menyerang kambing, sapi, kuda, kera, dan burung ini, akan menyembuh sendiri (self-limiting febrile viral). Kerugiannya, waktu kerja, waktu berwisata, dan waktu untuk melakukan aktivitas rutin terganggu dalam hitungan minggu.

Tahunya betul terserang virus Chikungunya, dengan cara pemeriksaan darah di laboratorium. Contoh darah dikirim ke Laboratorium Biofarma Bandung untuk memastikan betul virus Chikungunya penyebab serangan demam, gangguan semua sendi tubuh, dan munculnya bercak merah pada kulit. Hasil positif pemeriksaan ini hanya memberikan nilai epidemiologis, mewaspadai agar jangkitan tidak terus meluas di suatu wilayah, namun kurang memberikan makna klinisnya.

Pemerintah berkepentingan untuk melacak setiap serangan wabah sporadik Chikungunya untuk tujuan eradikasi, dan membatasi penularan penyakit agar tidak bertambah menyebar luas. Caranya seperti pada pemberantasan Demam Berdarah Dengue, yakni dengan membasmi jentik nyamuk kebun Aedes aegypti serta semua tempat perindukannya, menyiangi air jernih (air hujan) yang tergenang, serta pengasapan (fogging) jika terjadi jangkitan Chikungunya di suatu wilayah.

VIRUS Chikungunya termasuk mikroorganisme dalam daftar bahan untuk bioterorisme juga. Melihat tabiatnya yang bisa mengganggu sekujur sendi tubuh, virus ini dianggap berpotensi untuk dipilih dalam gerakan teror selain anthrax, dan virus cacar air (varicella). Amerika Serikat mewaspadai pemakaian virus Chikungunya sebagai bahan teror (Ann M Fritzpatrick).

Dapat dibayangkan jika ribuan orang sengaja dijangkiti virus Chikungunya dalam waktu yang bersamaan. Mendadak terjadi gangguan sendi yang menjadikan orang tak sanggup berdiri, alih-alih berjalan, atau berlari. Pasien yang terserang Chikungunya merasa betul-betul tidak berani menggerakkan badannya, saking sendi-sendinya kaku dan nyeri. Kondisi demikian yang diharapkan terjadi pada puluhan, bahkan ratusan ribu serdadu yang memang sengaja dirancang untuk menyerangnya sebagai sebuah bentuk kegiatan teror.

Dr. Handrawan Nadesul

1 Comment

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Kesehatan
  • MINDFUL EATING
    Alasan terutama untuk menjadi mindful adalah dengan menyadari bahwa tubuh ini adalah bait Allah yang perlu kita syukuri dan...
  • Demam Berdarah Bisa Dicegah
    Demam berdarah dengue (DBD) diberitakan berjangkit di sejumlah daerah sekarang ini. Penyakit ini buat kita dianggap jamak. Apakah memang...
  • Menunda Proses Menua
    Menua itu pasti, tetapi ilmu dan teknologi medis bisa menundanya. Berumur panjang itu pilihan, bukan menerima keadaan, melainkan memilih...
  • Nasib Kita Di Hadapan COVID
    Sekarang ini makin banyak orang gelisah, galau, khawatir, takut, dan fobia di tengah ingar bingar informasi yang “mis” maupun...