MINDFUL EATING

Belum ada komentar 59 Views

Alasan terutama untuk menjadi mindful adalah dengan menyadari bahwa tubuh ini adalah bait Allah yang perlu kita syukuri dan jaga untuk dapat terus mengerjakan setiap tugas kita di dunia dengan baik.

Makan merupakan bagian dari keseharian yang sering dianggap berlalu begitu saja dan disepelekan. Padahal manfaat makan itu banyak dan penting. Dengan merubah mind set kita tentang pola makan, ternyata sangat berpengaruh pada tubuh kita.

Manfaat makan itu macam-macam, untuk bertahan hidup, sebagai sumber energi, memberi rasa kenyang, menutrisi tubuh, menjaga fungsi organ tubuh, metabolisme tubuh, regenerasi sel, imunitas tubuh, kesehatan otak, sampai menjaga kestabilan emosi. Yang menarik, comfort food (kue-kue dan cokelat manis) sering dicari sebagai pelarian/penenang, namun ini hanya efek sementara dari gula. Dalam jangka panjang, gula justru dapat merusak otak. Makan yang benar akan menjaga saluran cerna, dan membuat mood menjadi lebih stabil.

Namun, dari sekian fungsi makan di atas, yang umum terjadi adalah fungsi tambahannya yaitu rekreasi dan sosial, menjadi lebih dominan. Makan untuk mengisi rasa bosan, sebagai hiburan, teman nonton, juga sebagai reward/bentuk hadiah/oleh-oleh, dan untuk memenuhi kesenangan/keinginan sesaat. Hal ini pada akhirnya membuat banyak orang terjebak dan tersesat hingga kehilangan makna dan tujuan awal dari makan. Ini bisa terjadi karena pengaruh dan kebiasaan gaya hidup modern serta ketidaktahuan akan pentingnya menutrisi tubuh melalui makanan. Poin terakhir sangat sering terjadi di lingkungan pedesaan karena keterbatasan informasi. Hal yang cukup menyedihkan adalah jika tinggal di lingkungan perkotaan dengan beragam akses informasi namun masih enggan untuk menerapkan pola makan yang benar.

Salah satu cara memperbaiki pergeseran cara makan ini adalah dengan melakukan mindful eating. Apakah yang dimaksud dengan mindful eating? Mindful eating adalah keadaan “sadar” dan memberi perhatian penuh ketika makan. Bagaimana caranya? Cobalah mulai dengan duduk di meja makan, tidak sambil mengerjakan hal lain, bahkan menonton TV/scrolling gadget. Diawali dengan ucapan syukur, menyadari bahwa makanan yang terhidang adalah sebuah berkat.

Perjalanan makanan sampai di meja membutuhkan waktu yang cukup panjang dan melibatkan banyak pihak (contohnya: proses menanam dan menuai yang dikerjakan petani). Dengan fokus hanya kepada makanan yang ada di depan mata, kita bisa sambil mengamati bentuknya, melihat warnanya, menghirup aromanya, memegang teksturnya, lalu merasakannya. Jangan hanya terpaku di rasa saja, harus enak titik. Padahal setiap bumbu dan bahan makanan memiliki kekayaan rasanya sendiri. Lidah kita pun diciptakan untuk dapat merasakan asin, manis, asam, dan pahit sekalipun.

Selain itu, dengan fokus pada apa yang dimakan dapat membuat kita jadi lebih peka dengan reaksi yang ditimbulkan dari makanan makanan tertentu, seperti kembung, mual, perut berbunyi, sampai diare. Karena badan setiap orang unik, ada yang bisa mengolah susu, namun sebenarnya lebih banyak yang tidak bisa mencerna susu. Ini disebut dengan food sensitivity. Beberapa makanan dapat menyebabkan reaksi sensitivitas di tubuh (biasanya gula pasir putih, tepung gandum, susu sapi, dan makanan olahan yang mengandung pengawet/perasa/ pemanis/pewarna buatan). Reaksi yang timbul nampak tidak terlalu mengganggu namun sering muncul. Jika tidak peka dan terus mengkonsumsi makanan tersebut, lama-lama terakumulasi sehingga mengganggu ritme kerja dan keseimbangan metabolisme tubuh, lalu akhirnya muncul keluhan kesehatan yang kronis, beberapa di antaranya menjadi salah satu faktor pencetus autoimmune dan kanker yang makin ke sini makin meningkat jumlahnya.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dengan mengkonsumsi makanan yang bervariasi tiap minggunya untuk melengkapi berbagai nutrisi, vitamin, mineral, serat yang tersebar di berbagai bahan makanan.

Pilihlah real food bukan processed food, yakni makanan asli dan alami – bukan yang sudah berubah bentuk dan diolah dengan penambahan kimia. Misalnya, lebih baik mengkonsumsi ikan yang masih berbentuk ikan, bukan bakso dan nugget ikan (kecuali membuat sendiri dan dengan sadar menggunakan bumbu alami dan asli). Cara pengolahan dan penggunaan alat masak juga memegang peran penting. Hindari memasak dengan suhu tinggi dan waktu yang lama karena ini merusak nutrisi. Hindari alat masak yang terbuat dari aluminium dan yang mengandung anti lengket dan pelapis berwarna warni (terutama jika sudah tergores).

Hal yang umum terjadi di masyarakat adalah ketidakseimbangan komposisi makanan. Sebagai contoh, mari mencermati gambar berikut:

Gambar 1 adalah menu yang sering muncul di berbagai nasi kotak, namun sampai saat ini masih jarang ditemukan komposisi yang seimbang dari menu-menu nasi kotak. Apa yang tidak seimbang? Tidak ada sayur sama sekali. Anjuran pemerintah melalui Isi Piringku, sayur perlu mengisi 1⁄3 bagian piring makan. Selain itu terdapat karbohidrat ganda (nasi dan kentang), serta semua lauk diolah dengan cara digoreng.

Gambar 2 menunjukkan komposisi yang seimbang, masing-masing mengisi 1⁄3 bagian piring, yakni terdiri dari sayur, lauk, dan karbohidrat secukupnya Pengolahannya pun beragam, tidak hanya serba gorengan, namun ada kukus, tumis, bahkan dimakan mentah.

Menjadi mindful tentunya atas kesadaran dan kemauan diri sendiri. Kebiasaan makan yang baik dimulai dari rumah, anak akan meniru orangtua sehingga orangtua perlu mencontohkan kebiasaan makan yang baik. Lucu jika memaksa anak makan sayur namun orangtua tidak pernah menunjukkan kenikmatan dari semangkuk sup sayuran. Waktu berkumpul di meja makan merupakan salah satu waktu berkualitas bagi sebuah keluarga yang perlu dipertahankan dan dimaknai.

Berhati-hatilah jika mengirim makanan ke orang lain, terutama ketika sakit. Tubuh sehat saja perlu dinutrisi, apalagi ketika sakit, hindari mengirim makanan yang justru akan menambah inflamasi dalam tubuh, seperti snack bungkusan, minuman kotakan, kue dan biskuit manis.

Kesulitan bisa muncul jika tidak pernah masak dan sering makan di luar. Jika di rumah, kita bisa memilih kualitas bahan makanan, memperhatikan kebersihan pengolahan, menggunakan alat masak yang tidak baret dan terkelupas. Walau ada begitu banyak restoran, tetap saja ada risiko penambahan penyedap dan bahan tambahan lainnya yang sebenarnya kurang ramah bagi tubuh. Pilihlah restoran yang bukan cepat saji, restoran dengan menu makan Indonesia, Thailand, Vietnam, Korea, Jepang cukup menyajikan hidangan yang lebih bervariasi baik secara jenis dan pengolahannya, yang pasti ada sayurnya.

Dengan begitu banyak penjelasan dan beragam alasan di atas, bisa saja mengetuk hati dan pikiran untuk menjadi lebih “sadar” ketika makan. Namun bisa saja semakin “denial” karena dirasa sangatlah sulit. Data survei menunjukkan tingkat kejadian penyakit tidak menular (diabetes, stroke, hipertensi, obesitas) bertambah dari tahun ke tahun akibat konsumsi tinggi gula, garam, dan lemak. Tidak bisa dipungkiri, hal ini dikarenakan pola dan gaya hidup perkotaan yang serba cepat dan instan, makan hanya bermodalkan jempol. Di bawah ini ada beberapa contoh makanan yang sering ditemukan sehari-hari yang memiliki kandungan gula, garam, dan lemak yang tinggi.

Alasan terutama untuk menjadi mindful adalah dengan menyadari bahwa tubuh ini adalah bait Allah yang perlu kita syukuri dan jaga untuk dapat terus mengerjakan setiap tugas kita di dunia dengan baik. Walau ada beberapa yang memang “dipakai” Tuhan menjadi kesaksian dalam kelemahan tubuhnya, namun lebih banyak yang diberikan kesempatan memiliki tubuh yang sehat dan lengkap, maka menjaga dan merawat kesehatan tubuh dapat dilakukan sebagai pemaknaan dan ungkapan syukur kita kepada anugerah yang sudah Tuhan berikan.

|Ruth Aurelia, S.Gz. Dietisien

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Kesehatan
  • Demam Berdarah Bisa Dicegah
    Demam berdarah dengue (DBD) diberitakan berjangkit di sejumlah daerah sekarang ini. Penyakit ini buat kita dianggap jamak. Apakah memang...
  • Menunda Proses Menua
    Menua itu pasti, tetapi ilmu dan teknologi medis bisa menundanya. Berumur panjang itu pilihan, bukan menerima keadaan, melainkan memilih...
  • Nasib Kita Di Hadapan COVID
    Sekarang ini makin banyak orang gelisah, galau, khawatir, takut, dan fobia di tengah ingar bingar informasi yang “mis” maupun...