Berbuah untuk Memuliakan Allah

Berbuah untuk Memuliakan Allah

Belum ada komentar 231 Views

17an09Hari Kemerdekaan R.I. ke-64 yang tahun ini jatuh pada hari Senin, diperingati GKI PI dalam sebuah ibadah sederhana namun khidmat, yang dipimpin oleh Pdt. Riani Josaphine. Beberapa bendera yang berjajar di sebelah mimbar, rangkaian bunga warna-warni, pot-pot dengan dedaunan hijau, dan jemaat yang sebagian besar berbusana merah, putih, atau kombinasi di antara kedua warna itu, menyemarakkan suasana yang agak sepi pengunjung ini.

Ibadah dibuka dengan pembacaan puisi “Doa di Jakarta” yang ditulis oleh alm. W.S. Rendra (07.12.35-06.08.09) untuk mengiringi prosesi masuknya pendeta dan penatua, yang didahului oleh tiga orang remaja pembawa bendera merah-putih dan dua penatua yang masing-masing membawa Alkitab besar dan sekeranjang buah anggur. Setelah Alkitab diserahkan kepada pendeta dan bendera ditancapkan pada tempatnya, jemaat menyanyikan lagu “Indonesia, Negaraku.”

Dalam perenungan kemerdekaan negara kita, jemaat disadarkan kembali bahwa meskipun bangsa Indonesia sudah dikatakan merdeka selama 64 tahun dan mengibarkan bendera dwiwarna tanpa rasa takut, namun sebenarnya kita masih dibelenggu oleh kemiskinan, kekerasan, kelaparan dan permusuhan. Juga, walaupun setiap saat Allah menawarkan benih kehidupan agar disemai dalam lahan kemanusiaan sejati dan menaruh mimpi agar benih itu menggeliat, bertumbuh dan akhirnya berbuah, namun kita mengabaikan benih ilahi itu dengan membiarkan tanah hati kita tetap gersang. Oleh karena itu, dalam kebersamaan dengan seluruh bangsa ini, jemaat berseru agar Tuhan mengampuni dan memulihkan kita. Kita mohon agar Sungai Rahmat mengirimkan air kehidupan sehingga tanah yang kering memberi buah dan hati yang luka menjadi sembuh (Yeh. 47:1a, 9-12).

Memulai khotbahnya dari Yohanes 15:1-8, Pdt. Riani mengemukakan beberapa definisi produktif dari sudut pandang yang berbeda-beda. Ada yang melihatnya dari sisi ekonomi berdasarkan laporan Produk Nasional Bruto dalam setahun, ada yang meninjaunya dari segi pembangunan negara dan keberhasilan menyerap tenaga kerja yang tersedia, dan ada pula yang menilainya dari banyaknya karya seni yang dihasilkan. Tetapi Allah melihatnya dari buah yang dihasilkan setiap orang.

Ada tiga jenis buah: buah alami yang biasa kita makan; buah biologis atau anak-anak yang dilahirkan; dan buah Roh yang merupakan karakter kita. Buah yang terakhir inilah yang dimaksudkan oleh Injil Yohanes.

Yohanes 15 mengaitkan buah dengan doa. Dengan demikian, arti produktif di sini ialah seberapa banyak doa yang telah kita naikkan kepada Yesus dan seberapa banyak doa yang telah dikabulkan-Nya. Doa yang efektif ialah doa yang terkabul sebagai bukti ketaatan kita kepada Allah. Doa yang efektif membuat kita mengalami sukacita bersama Tuhan dan di dalam Tuhan dan mendorong kita untuk mencintai sesama kita. Doa yang efektif juga menjadikan kita sebagai saksi Kristus di dalam dunia, karena kita memohon berkat bagi musuh-musuh kita dan kita berdoa bagi pemerintah kita, meskipun terkadang keputusan-keputusannya tak sesuai dengan keinginan kita. Doa yang sejalan dengan kehendak Roh Kudus merupakan produk-produk buah yang baik. Sudahkah kita menghasilkan buah yang baik?

Buah hanya dapat dihasilkan jika mempunyai akar yang kuat. Kalau kita berakar kepada tanah kering, lalu terkena panas terik, maka kita akan layu dan mati, begitu pula kalau kita berakar kepada orang. Tetapi kalau kita berakar kepada Tuhan, biarpun kita diterpa panas terik kekecewaan dan kesedihan, kita tetap akan kuat dan berbuah lebat. Satu contoh diberikan oleh Pdt. Riani yang terlahir sebagai keturunan Cina. Sejak kecil sampai beberapa dekade yang lalu, ia merasakan diskriminasi di dalam kehidupannya. Puji Tuhan, ia berakar kepada Yesus, sehingga ia selalu terdorong untuk berbuat dan berbuah bagi bangsa Indonesia. Karena itu kita harus terus berakar kepada Kristus agar dapat menghasilkan buah yang baik.

Selain akar yang kuat, kita juga perlu membersihkan semak duri yang menghalangi kita. Semak duri itu bisa berupa trauma, kekecewaan, halangan yang datang dari luar, ataupun dari dalam diri kita, seperti Paulus yang mempunyai duri di dalam dagingnya. Tetapi dengan memfokuskan diri pada buah dan tidak pada ranting-ranting kering yang tak berbuah, dengan tetap mengampuni orang sekalipun disakiti, dengan tetap mendoakan bangsa ini meskipun idealisme kita belum terwujud, kita akan memuliakan Tuhan di manapun kita berada, baik sebagai warga negara, warga gereja, ataupun di tempat kerja dan di lingkungan kita.

Seusai ibadah, jemaat menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” dan Kolintang Hosiana mengantar jemaat pulang dengan lagu “Sepasang Mata Bola”.

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Antar Kita
  • GKI ORCHESTRA: Kidung Pengharapan
    Sekilas tentang GKI Orchestra GKI Orchestra merupakan ruang bagi remaja-pemuda dari seluruh GKI untuk memberikan talenta dan kerinduannya dalam...
  • Mata Air Kasih-Nya
    Yesus adalah Raja, ya benar, tetapi Ia berbeda dari raja yang lain. Sebuah Kerajaan, memiliki bendera, apapun modelnya, bahkan...
  • BELAJAR MELAYANI SEDARI KECIL
    Ibadah Anak/Sekolah Minggu sudah selesai, tapi masih banyak Adik adik Sekolah Minggu yang belum beranjak meninggalkan sekolah Tirta Marta...
  • PERSEKUTUAN DOA PAGI
    Persekutuan Doa Pagi atau PDP adalah kegiatan rutin di gereja, yang sepertinya dimiliki oleh hampir semua GKI, termasuk GKI...