kanker

Bagaimana Kanker Dicegah

Belum ada komentar 30 Views

Kanker terjadi karena sel tubuh berubah sifat: dari normal, ikut aturan, menjadi nakal dan tidak tunduk pada aturan biologis sebagaimana kodratnya. Termasuk dalam hal membelah diri. Mengapa sel tubuh berubah sifat?

Sel berubah sifat bisa karena mengalami kerusakan. Sel rusak juga bila kekurangan oksigen (Dr. Warbung peraih Nobel 1931). Sel terganggu enzim pernapasannya, sehingga tidak memakai oksigen untuk memproduksi energi, lalu menjadi kanker.

Sel juga rusak bila sistem kekebalan tubuh menurun. Makin bertambah umur, umumnya kekebalan juga menurun. Karena itu makin bertambah tua, risiko kita terkena kanker pun bertambah.

Selain itu racun, polutan lingkungan, menu harian, bahan makanan rekayasa genetik GMO (genetic modified organism), gelombang elektromagnetik, radikal bebas, juga merongrong kekebalan tubuh.

Kerusakan sel terjadi setiap hari, baik karena aktivitas metabolismenya sendiri, maupun akibat pengaruh dari luar. Ada sedikitnya satu juta lesi molekuler tiap hari yang mengalami kerusakan struktural DNA. DNA ialah unsur zat baka (genetik) yang menyusun sifat individu yang diwariskan dalam garis keturunan. Ibarat buku, tiap makhluk punya buku genetiknya sendiri. Buku genetik tubuh manusia terdiri atas 23 bab (kromosom). Tiap bab terdiri atas 250 juta kalimat dan 3 miliar huruf. Perbedaan susunan kalimat dan huruf masing-masing tubuh menyifatkan masing-masing individu, yang diperoleh dari hasil senyawa sebagian kalimat genetik ayah dan sebagian kalimat genetik ibu. Itulah gambaran genetik tubuh yang tercipta pada seorang individu, yang disebut genom, potret genetik tubuh.

Kerusakan unsur DNA dalam sel tubuh selalu dengan sendirinya dipulihkan oleh proses reparasi yang dikerjakan oleh sel. Kita menyebutnya sebagai DNA repair, sehingga sel terselamatkan. Namun apabila DNA repair gagal dilakukan, dan sel gagal menuliskan kode-kode huruf dan kalimat miliknya sehingga berubah sifat, maka terjadi perubahan sel (mutasi) dan proses bunuh diri sel (apoptosis). Kejadian yang mestinya normal, tidak berlangsung, sehingga terbentuk sel kanker, selain kejadian proses penuaan. Lekas menua tidaknya seseorang ditentukan oleh peristiwa ini.

Agar sel tidak berisiko rusak, harus dicegah, baik metabolisme maupun pengaruh lingkungan. Perlu cukup oksigen dari pernapasan, cukup bahan baku nutrisi harian seturut Orthomolecular Medicine yang digagas Linus Pauling, dan membebaskan tubuh dari buruknya faktor lingkungan, termasuk musuh terbesar orang sekarang, yakni radikal bebas. Radikal bebas ada di mana-mana dalam keseharian kita. Polusi, makanan-minuman, obat-obatan, jamu, dan semua yang berada di alam bebas. Orang sekarang cenderung kebanjiran radikal bebas dalam tubuhnya. Untuk meredamnya diperlukan antioksidan. Dua vitamin yang mengandung antioksidan ialah vitamin C dan vitamin E, selain betacarotene.

Sel kanker menyukai suasana kurang oksigen. Bila pernapasan kita melemah, atau kurang asupan oksigennya, maka sel kanker menjadi subur. Agar tidak subur, asupan oksigen perlu memadai bagi kehidupan sel. Untuk itu perlu cukup beraktivitas, dan pernapasan perlu cukup dalam untuk menangkap oksigen lebih banyak. Kegiatan “olah napas”, salah satunya.

Tanpa disadari, kebanyakan orang sekarang napasnya pendek dan dangkal, akibat kurang bergerak. Kita tahu bahwa kandungan oksigen udara atmosfer sekarang—terutama di kota besar—sudah makin tipis, ditambah pernapasan pendek dan dangkal, maka tangkapan oksigen oleh tubuh kian berkurang. Hanya bila badan cukup bergerak (antara lain memilih menjadi Inem di rumah sendiri), atau membiasakan kegiatan “olah napas”, sel tubuh tidak berisiko kekurangan oksigen.

Kadar oksigen dalam darah cukup jenuh agar bisa memenuhi pasokan oksigen bagi sel. Dan untuk bisa memenuhi pasokan oksigen memasuki sel, nilai Hb (hemoglobin) darah sebagai pengangkut oksigen tidak boleh kurang (anemia), selain aliran darah sendiri perlu deras. Untuk mendapatkan aliran darah deras, kerja jantung perlu optimal. Dengan rutin bergerak badan menyehatkan jantung-paru (aerobik). Maka tak cukup hanya sekadar bergerak badan, melainkan harus sampai meraih degup jantung aerobik, yakni sekurangnya 60% dari (220-umur) degup/menit. Kalau bisa 80 persennya.

Menu harian menentukan apa yang diolah sel untuk menjadi energi dan kehidupannya. Bila kekurangan nutrient, atau pilihan apa yang dimakan dan diminum justru bersifat racun atau polutan bagi tubuh, maka kehidupan sel juga berisiko terganggu. Maka selain menu harian harus selalu lengkap komposisi semua nutrient atau zat gizinya, tidak boleh ada yang bersifat “racun”. Bahkan kelebihan asupan protein hewani dari daging saja sudah merupakan satu faktor buruk bagi sel. Itu sebabnya dalam kondisi begini, kanker lebih rentan terjadi. Bila konsumsi daging lebih banyak ketimbang sayur mayur dan buah sebagaimana menu kebarat-baratan, misalnya. Menu bistik adalah salah satu contoh ekstrem yang harus dibatasi. Bila konsumsi daging dan lemak empat kali lebih banyak dan kurang bergerak badan, kanker berisiko muncul.

Selain itu, bebaskan tubuh dari ancaman bahan kimia maupun fisis yang bersifat mencetuskan kanker. Kita menyebutnya bahan karsinogen. Makanan minuman orang sekarang sudah ditambahkan begitu banyak bahan kimiawi yang bersifat karsinogenik atau pencetus kanker. Bahkan ikan asin pun mengandung karsinogen nitrosamin, demikian pula pemanis buatan, zat pewarna makanan minuman, pengawet, penyedap, perenyah, serta proses industri makanan. Karbohidrat dipanaskan dengan tekanan tinggi seperti kripik, pop corn, juga harus dijauhi.

Industri makanan dunia terus menambahkan bahan kimiawi baru dalam menu harian kita. Dioksin sebagai hasil pembakaran industri kini jadi karsinogen yang sudah merambah ke makanan bayi, termasuk pestisida, dan pupuk kimia. Maka bijak ungkapan bahwa kesehatan itu ada di dapur, dan bukan di restoran. Menu olahan tidak lebih menyehatkan dibanding menu alami. Ubi rebus lebih menyehatkan ketimbang donat. Madu lebih harus dipilih ketimbang gula pasir. Pilih jamur dan bukan sosis, atau ham, nuget, atau burger.

Selain itu, kanker juga bisa terjadi oleh infeksi, khususnya kanker leher rahim (cervix), dan kanker hati. Hadirnya virus kutil human papilloma akibat seks bebas menambah angka kanker leher rahim dunia, dan virus hepatitis B dan hepatitis C juga berpotensi bikin kanker hati. Beruntung sudah bisa diredam oleh vaksinasi bagi anak perempuan sejak umur belasan tahun, selain vaksin hepatitis B. Hal lain, cahaya matahari siang juga perlu dihindari, termasuk berjemur menghitamkan kulit yang berisiko kanker kulit. Gelombang elektromagnetik peralatan elektronik seberapa bisa dikurangi, karena buruk pengaruhnya terhadap otak.

Hanya apabila kita memilih hidup sehat sebagai modal dasar, sel tubuh akan hidup normal. Memang tidak bisa ideal, karena bumi dan dunia sudah banyak berubah. Pertanian dan kualitas tanah, teknologi pangan, tidak terhindarkan. Namun seberapa bisa kita memilih segala sumber makanan dan minuman yang lebih menyehatkan. Sayur dan buah organik, menghindar zat tambahan dalam makanan minuman (food additive), rutin bergerak badan jalan kaki tergopoh-gopoh (brisk walking), hidup terjadwal, komposisi menu harian diusahakan selengkap mungkin dengan lebih banyak karbo ketimbang protein dan lemak, dan mendengarkan “suara tubuh”. Hanya makan kalau merasa lapar, hanya minum kalau haus, dan jangan abaikan apa pun jeritan tubuh. Kalau lutut nyeri mungkin lutut sedang menjerit. Kepala nyeri, mungkin otak sedang menjerit. Dada sesak mungkin paru-paru sedang menjerit, dan dada nyeri mungkin jantung sedang menjerit. Dengarkanlah dan segera periksakan diri ke dokter, untuk memastikan apakah benar jeritan itu awal suatu penyakit.

Itu semua yang selalu saya ungkapkan dalam seminar “Sehat Itu Murah” sebagai bekal yang selain perlu dicamkan juga wajib dilakoni dalam hidup keseharian, sebelum telanjur terkena kanker, serangan jantung, stroke, gagal ginjal, dan semua penyakit yang mengancam orang sekarang. ***

>> Dr Handrawan Nadesul

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Kesehatan
  • MINDFUL EATING
    Alasan terutama untuk menjadi mindful adalah dengan menyadari bahwa tubuh ini adalah bait Allah yang perlu kita syukuri dan...
  • Demam Berdarah Bisa Dicegah
    Demam berdarah dengue (DBD) diberitakan berjangkit di sejumlah daerah sekarang ini. Penyakit ini buat kita dianggap jamak. Apakah memang...
  • Menunda Proses Menua
    Menua itu pasti, tetapi ilmu dan teknologi medis bisa menundanya. Berumur panjang itu pilihan, bukan menerima keadaan, melainkan memilih...
  • Nasib Kita Di Hadapan COVID
    Sekarang ini makin banyak orang gelisah, galau, khawatir, takut, dan fobia di tengah ingar bingar informasi yang “mis” maupun...