Allah Masuk Dunia: Dari Desa Betlehem Sampai TKDK

Belum ada komentar 140 Views

TKDK lahir dari pergumulan dan kebutuhan rohani yang berbeda. Pada saat krisis moneter di Indonesia tahun 1998, kesulitan pangan melanda warga Desa Kemang. Beberapa keluarga di sana yang baru mengenal Tuhan juga mengalami kesulitan uang untuk membeli beras. Tuhan menolong mereka lewat para pegiat yang mendengar dan peduli pada kesulitan hidup mereka. Dia menjamah mereka secara jasmani dan rohani. Maka terbukalah pintu penginjilan bagi komunitas etnis Cina Benteng yang berdomisili di tempat itu.

Kisah Allah datang ke dunia bukan hanya berita di Betlehem, melainkan telah sampai di Desa Kemang. Kabar baik tentang Allah yang hidup, dengan mudah diterima beberapa keluarga, namun banyak juga yang menolak, karena ajaran dan tradisi Kong Hu Cu sudah berurat akar dalam masyarakat Cina Benteng ini. Kemudian dengan pimpinan Roh Kudus, para pegiat dari Komisi Pekabaran Injil (KPI) GKI Pondok Indah memulai ”Persekutuan rumah” bersama beberapa jemaat yang telah menerima Tuhan. Persekutuan rumah ini berkembang hingga menjadi Bapos Desa Kemang sekarang ini.

Setelah Bapos Desa Kemang berusia 10 tahun, lahirlah Bapos di Telaga Kahuripan, berdasarkan inisiatif beberapa orang Kristen yang berdomisili di sana. Dasar pertimbangannya, karena belum ada persekutuan dari gereja-gereja mainstream yang dapat menampung anggota-anggota jemaat PGI di Perumahan tersebut. Kompleks Telaga Kahuripan memiliki prospek masa depan yang baik bagi kehadiran sebuah gereja, Tepat pada tanggal 1 Juni 2008, Bapos Telaga Kahuripan resmi menjadi “saudara kandung” Bapos Desa Kemang, dengan induk yang sama, GKI Pondok Indah.

Puji Tuhan, Bapos GKI Pondok Indah telah mengantongi izin beribadah dan terdaftar secara resmi di Departemen Agama Kab. Bogor. Selanjutnya untuk menjalin kerja sama dengan gereja dari berbagai denominasi di Kabupaten Bogor, maka Bapos TKDK menggabungkan diri sebagai anggota Badan Koordinasi Seluruh Gereja (BKSG) Kab. Bogor, yang diketuai Bapak Pendeta Prof. Dr. Karel Silitonga.

Seiring berjalannya waktu, karya Roh Kudus bagi gereja makin nyata di Bapos TKDK. Anggota jemaat dan simpatisan dari berbagai denominasi bertambah di Bapos Telaga Kahuripan, sedangkan di Bapos Desa Kemang, pelayanan yang berawal di komunitas etnis Cina Benteng ini telah berkembang menjangkau daerah Kampung Parakan Salak, Bilabong, Jati Tonjong, Bojong Gede, Cimanggis dan sekitarnya. Perkembangan jemaat dari luar Desa Kemang memberi warna berbeda dalam meningkatkan kualitas beriman di Bapos Desa Kemang. Semoga Bapos dapat menjadi Pos jemaat pada tahun mendatang.

Tak sedikit juga hambatan dan rintangan mewarnai perjalanan umat Tuhan di Bapos TKDK, seperti:

  • Kekurangan sumber daya manusia yang memiliki komitmen pada Visi dan Misi Gereja;
  • Pengaruh tradisi dan kebudayaan Tionghoa pada kehidupan jemaat di Desa Kemang dalam mempraktikkan Firman Tuhan sehari-hari;
  • Ada juga jemaat yang meninggalkan Tuhan karena kecewa, pernikahan beda agama, dan kurang memiliki pemahaman iman Kristen yang benar;
  • Pernikahan remaja usia dini di Desa Kemang;
  • Para pria dewasa lebih sulit menerima Injil daripada pasangan (istri) dan anak-anak mereka. Tradisi dan budaya Cina seperti memelihara abu sembahyang untuk leluhur, menjadi hambatan bagi Injil Kristus;
  • Bapos Telaga Kahuripan belum memiliki tempat ibadah yang tetap.

Hambatan eksternal, yakni gereja berhadapan dengan berbagai macam aliran yang bermunculan seperti jamur di musim hujan. Tantangan lainnya, tempat ibadah Bapos DK dan rumah kebaktian Khong Hu Cu hanya terpisah oleh satu dinding pembatas, dan menjadi pergumulan saat bersama-sama melakukan kebaktian pada hari Minggu.

Secara umum, hubungan Gereja dengan masyarakat dan aparat (RT, RW, Kadus, Lurah, Polsek) setempat berjalan dengan baik. Apalagi berbagai kegiatan sosial yang telah diprogramkan GKI Pondok indah lewat Komisi Pekabaran Injil (KPI) dapat menyentuh kehidupan riil masyarakat sehingga membangun persahabatan serta meningkatkan rasa kekeluargaan di Desa Kemang, seperti kegiatan Baksos yang diadakan tiga kali setahun di Bapos TKDK, Posyandu dan Posbindu, juga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Matahari yang telah mendapat izin operasional dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) Kabupaten Bogor sejak 4 tahun lalu. Untuk kemajuan pendidikan dan kesehatan (PAUD dan Posyandu), kerja sama antara wanita gereja dan PKK setempat (RT/RW) terus berkelanjutan dan menjadi pemandangan yang biasa di Bapos Desa Kemang. Semoga kerukunan beragama di Desa Kemang juga dapat berkembang sepanjang masa.

Hambatan-hambatan dalam jemaat diolah lewat penginjilan keluarga (household evangelism), yang diharapkan dapat menumbuhkan iman pribadi, keluarga dan jemaat. Kini di Bapos Desa Kemang telah ada kelompok-kelompok doa keluarga secara kontinu, sedangkan di Telaga Kahuripan lebih situasional pada hari-hari besar gereja saja, seperti masa Paskah, Bulan Keluarga dan Adven, karena etos kerja warga jemaat Telaga Kahuripan menyulitkan mereka untuk selalu berkumpul.

Kiranya Bapos TKDK makin menyatukan visi dan misi dalam menyambut Tuhan yang telah datang. Haleluya!•

(LS)

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Antar Kita
  • GKI ORCHESTRA: Kidung Pengharapan
    Sekilas tentang GKI Orchestra GKI Orchestra merupakan ruang bagi remaja-pemuda dari seluruh GKI untuk memberikan talenta dan kerinduannya dalam...
  • Mata Air Kasih-Nya
    Yesus adalah Raja, ya benar, tetapi Ia berbeda dari raja yang lain. Sebuah Kerajaan, memiliki bendera, apapun modelnya, bahkan...
  • BELAJAR MELAYANI SEDARI KECIL
    Ibadah Anak/Sekolah Minggu sudah selesai, tapi masih banyak Adik adik Sekolah Minggu yang belum beranjak meninggalkan sekolah Tirta Marta...
  • PERSEKUTUAN DOA PAGI
    Persekutuan Doa Pagi atau PDP adalah kegiatan rutin di gereja, yang sepertinya dimiliki oleh hampir semua GKI, termasuk GKI...