Pilih Vaksin COVID-19 yang Mana?

Pilih Vaksin COVID-19 yang Mana?

Belum ada komentar 57 Views

Seperti membuat rumah, ada beberapa jenis rumah dengan bahan dan cara yang berbeda beda. Rumah beton, rumah kayu, rumah gedek, dibuat dengan cara berbeda dan bahan yang juga berbeda-beda. Tujuannya sama, yakni tempat yang layak untuk berteduh.

Demikian pula dalam hal pembuatan vaksin COVID-19. Di dunia sekarang ada 7 merk vaksin COVID-19, produksi farmasi yang berbeda-beda. Tujuannya semua sama, untuk membuat tubuh manusia kebal terhadap COVID-19.

Seperti halnya jenis rumah. Rumah beton lebih kokoh tapi lebih mahal, dan belum tentu tahan gempa. Rumah kayu, lebih ringan, tidak sekokoh rumah beton, tapi tahan gempa. Rumah gedek lebih murah, tidak berbahaya bila roboh, tapi rentan bila kena puting beliung.

Vaksin COVID-19 juga demikian. Tergantung dari bahan apa, bagaimana membuatnya, berapa efektifnya, berapa khasiatnya, apakah efek sampingnya, mudahkah menyimpannya, dan seberapa aman. Dua pertimbangan utama vaksin laik dipakai: betul berkhasiat (efficacy) dengan daya pembentukan antibodi tinggi (immunogenicity), dan harus aman. Hanya berkhasiat tapi tidak aman, tidak lulus dipakai. Demikian pula aman saja tapi tidak memberi khasiat, batal diterima.

Cara Membuat Vaksin
Vaksin COVID-19 dibuat dari 3 jenis bahan, yakni 1) virus utuh, 2) asam nukleat, dan 3) protein subunit. Yang terbuat dari virus utuh, bukan virus yang masih bugar, melainkan virus COVID-19 yang sudah dilemahkan. Cara melemahkan sehingga sudah tak berdaya untuk menimbulkan penyakit, tapi masih bisa bertumbuh (attenuated), atau dengan merusak bahan genetik virusnya sehingga virusnya lumpuh (inactivated). Vaksin Sinovac tergolong vaksin inactivated.

Keuntungan vaksin inactivated mudah diproduksi, mudah penyimpanan di suhu kulkas, mudah transportasi, dan cepat memberikan reaksi imunnya. Vaksin Biofarma Merah-Putih yang akan diproduksi berikutnya di Indonesia, sejenis dengan vaksin Sinovac.

Kerugian vaksin inactavated, baru belakangan dinyatakan hanya diperbolehkan bagi orang dengan kisaran umur 18-59 tahun, dan tidak aman untuk mereka yang berusia di atas 60 tahun, dalam pengertian bahwa karena uji klinis Sinovac tahap 3 di Indonesia hanya dilakukan pada kelompok umur 18-59 tahun, WHO menilai tidak cukup data untuk merestui pemberian bagi kelompok di atas 60 tahun, selain tidak boleh untuk kasus yang mengidap penyakit penyerta atau comorbid selain gangguan imun dan penyakit darah.

Vaksin jenis kedua, terbuat dari asam nukleat (nucleic acid), yakni DNA (deoxyribonucleic acid), dan RNA (ribonucleic acid). Vaksin Pfizer dan Moderna terbuat dari m-RNA. Cara kerjanya memicu sel imun membentuk protein yang menyerupai protein virus COVID-19 (spike protein) sehingga sistem imun tubuh membacanya sebagai sosok virus COVID-19. Komposisi vaksin terdiri atas m-RNA selain lemak, gula, dan garam. Kandungan lapisan lemak dalam vaksin ini yang menentukan ketahanan penyimpanan vaksin Lapisan lemak pembungkus vaksin Moderna lebih stabil m-RNA-nya sehingga tak perlu disimpan pada suhu minus 70 derajat Celcius seperti vaksin Pfizer.

Keuntungan vaksin nukleat, efektivitas vaksin lebih dari 95%, aman untuk usia di atas 60 tahun, dan boleh untuk ibu menyusui. Efek samping nihil, hanya nyeri otot, lemas dan demam 1-2 hari. Keluhan ini sama seperti vaksin Sinovac.

Vaksin ketiga terbuat dari DNA, yakni vaksin Johnson & Johnson, Astrazeneca, dan Gamaleya Sputnik V. Jenis vaksin ini belum direstui FDA, badan pengawasan obat AS. Keuntungannya, perlu sekali suntik saja untuk Sputnik V, sedangkan vaksin lainnya semua perlu dua kali suntik. Cara pembuatannya perlu teknologi tinggi, dengan teknologi sequencing DNA. Menyisipkan komponen plasmid ke dalam suatu kuman, lalu memindahkan plasmid ke dalam DNA. Virus yang dimanfaatkan untuk pembuatannya berbeda-beda, tentu jenis virus tertentu yang tidak berbahaya hanya dimanfaatkan sebagai pembawa (vector).

Jenis vaksin keempat, protein subunit atau acellular vaccine. Caranya dengan memakai sebagian fragmen protein virus untuk merangsang sistem imun tubuh memproduksi antibodi. Vaksin Novavax tergolong jenis vaksin acellular ini. Keuntungannya, bersifat aman oleh karena acellular, boleh untuk usia lanjut. Kerugiannya, reaksi imun rendah, dan teknologinya rumit.

Untung-Rugi Masing-masing Vaksin
Secara keilmuan, masing-masing vaksin punya keuntungan dan kerugiannya sendiri. Kalau berbicara paling aman, tentu yang acellular Novavax, sama halnya dengan inactivated Sinovac. Namun Sinovac dan Biofarma (vaksin Merah-putih) tidak boleh untuk orang di atas 60 tahun.

Vaksin inactivated sudah teruji puluhan tahun di dunia, sebagaimana vaksin yang selama ini ada di dunia. Biofarma kita sebagai pabrik vaksin sudah sangat mumpuni memproduksi vaksin jenis inactivated, sehingga tidak diragukan keamanannya. Meski angka kemanjuran (efficacy) Sinovac lebih rendah dibandingkan jenis m-RNA, bukan berarti ia lebih lemah. Angka kemanjuran Sinovac di Turki dan Meksiko lebih tinggi, karena angka tersebut ditentukan oleh kondisi masyarakatnya, dan seberapa hebat viral attack-nya. Namun tingkat keamanannya sudah teruji. Sangat teruji. Kerugiannya, tidak boleh untuk orang di atas 60 tahun.

Vaksin asam nucleat, m-RNA dan DNA Pfizer dan Moderna, maupun vaksin DNA Johnson & Johnson dan Astrazeneca, bisa memengaruhi DNA tubuh inangnya, selain karena memanfaatkan teknologi yang sama sekali baru. Belum terungkap semua kelemahannya. Itu berarti belum teruji di dunia sebaik vaksin virus utuh inactivated Sinovac.

Maka kalau boleh memilih, vaksin Sinovac, yang sesungguhnya boleh untuk semua umur. Selain itu ada pilihan vaksin lain untuk semua umur: kita bisa memilih Pfizer, Moderna, atau Gamaleya Sputnik V, Johnson & Johnson, atau Astrazeneca.

Namun kalau masih memungkinkan memilih, sesungguhnya hanya vaksin acellular Novavax yang sebetulnya paling aman, karena tidak mengandung komponen hidup, efek samping nihil, kecil risiko memicu penyakit, masih boleh bagi yang ada gangguan imun tubuh. Lebih dari itu, vaksin ini bersifat stabil dibandingkan vaksin lain, selain boleh untuk kasus pengidap penyakit penyerta atau comorbid.

Status vaksin Novavax buatan Amerika ini sepanjang yang saya baca masih belum selesai tahap uji klinik. Belum jelas pula apa sudah direstui FDA, dan WHO.•

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Kesehatan
  • MINDFUL EATING
    Alasan terutama untuk menjadi mindful adalah dengan menyadari bahwa tubuh ini adalah bait Allah yang perlu kita syukuri dan...
  • Demam Berdarah Bisa Dicegah
    Demam berdarah dengue (DBD) diberitakan berjangkit di sejumlah daerah sekarang ini. Penyakit ini buat kita dianggap jamak. Apakah memang...
  • Menunda Proses Menua
    Menua itu pasti, tetapi ilmu dan teknologi medis bisa menundanya. Berumur panjang itu pilihan, bukan menerima keadaan, melainkan memilih...
  • Nasib Kita Di Hadapan COVID
    Sekarang ini makin banyak orang gelisah, galau, khawatir, takut, dan fobia di tengah ingar bingar informasi yang “mis” maupun...