Tak Sadar dan Kejang, Mengapa?

Tak Sadar dan Kejang, Mengapa?

Belum ada komentar 8929 Views

Seorang suami, 37 tahun, berat 67 Kg, tinggi 165, suatu sore terjatuh di kamar mandi. Pintu kamar mandi tak terkunci, dan istrinya menemukan suami tak sadarkan diri, selain kejang-kejang beberapa saat. Panik, suami dibopong ke kamar, lalu siuman. Ia tak ingat apa yang baru saja terjadi atas dirinya.

KASUS tak sadar dengan kejang pertama-tama harus dipikirkan kemungkinan ayan atau epilepsi. Apakah kasus di atas benar epilepsi? Agaknya bukan. Mengapa? Karena sang suami tidak punya riwayat ayan sebelumnya. Sedikit kasus ayan yang baru muncul setelah usia dewasa.

Hanya bila pernah trauma kepala, otak kekurangan oksigen waktu lama (pernah mengalami gangguan napas beberapa saat), atau gangguan aliran dan kederasan darah otak, ayan menjadi penyebab pada orang yang sudah dewasa. Kebanyakan ayan sudah muncul sejak kecil. Namun untuk memastikan, pasien sendiri pergi melakukan pemeriksaan pemidaian otak MRI (Magnetic Resonance Imaging).

Hasilnya tidak ditemukan sesuatu yang berarti, kecuali ada sebagian kecil daerah otak yang sudah mati. Rekam otak (EEG) juga tidak menemukan adanya fokus epilepsi, sekaligus memastikan bahwa itu bukan kasus ayan. Lalu apa?

Kemungkinan lain kalau bukan ayan, dengan gejala tak sadar dan kejang-kejang, apa lagi kalau bukan salah satu gejala serangan stroke. Mungkin stroke ringan. Ini ditunjang dari hasil pemeriksaan profil lipidnya. Ternyata kolesterolnya normal, namun triglyceride-nya (TG) sangat tinggi. Normalnya TG di bawah 150, sang suami mencapai 900-an, nyaris tak terukur.

Koq bisa, kolesterol normal, tapi TG sangat tinggi. Bisa. Kemungkinan ini sebab turunan. Dari riwayat keluarga, ibu sang suami memang TG-nya selalu tinggi. Ada tipe hyperlipidemia (hyperlipoproteinemia) dengan kolesterol normal, namun TG tinggi.

Jadi kemungkinan memang itu yang diduga kuat penyebab serangan stroke ringan sang suami di atas. Bisa jadi sudah terbentuk ”karat” lemak di pembuluh darah otaknya. Selain akibat TG (lipid) tinggi, ia mengaku sudah merokok sejak usia SLTP, tergolong pecandu rokok berat.

Kondisi pembuluh darah otak semacam itu yang menjadikannya berisiko menguncup sejenak. Yang sama acap terjadi pada pembuluh darah otak mereka yang sudah berusia lanjut, atau yang berada dalam status stres. Pembuluh darah otak usia lanjut sudah mulai kaku dan keras (arteriosclerosis). Kendati lemak darahnya tidak tinggi, dan tidak terbentuk ”karat” lemak (atherosclerosis), pembuluh yang sudah kaku dan keras, rentan menguncup (konstriksi) sejenak. Misal, kalau kurang tidur, atau porsi merokoknya masih tetap tinggi.

Menguncupnya pembuluh darah otak yang kaku dan keras yang berlangsung sejenak bisa saja memunculkan gejala menyerupai stroke ringan semacam itu. Dan ini perlu dibedakan dengan stroke jenis TIA (Trancient Ischaemic Attack), penyumbatan sejenak salah satu cabang pembuluh darah otak, yang kemudian pulih sendirinya dalam 24 jam, nyaris tanpa sisa.

Dan seperti diakui sang suami di atas, ia memang sering begadang. Banyak merokok dan kurang tidur, pada usia yang bukan sudah lanjut, bisa saja mencetuskan semacam serangan stroke dan cetusan kejang (akibat lepas muatan listrik sejumput sel-sel otak yang terkena) semacam itu, dan tanpa menyisakan kelumpuhan sebagaimana lazimnya stroke.

Mereka yang perokok berat pembuluh darah sekujur tubuhnya cenderung sudah berubah, rentan menguncup. Demikian pula pembuluh darah tungkai, yang sering memunculkan gejala pegal nyeri tungkai kalau berjalan jauh, akibat pembuluh darahnya menguncup.

Kita tahu, selain lemak darah yang tinggi, hipertensi, kegemukan, punya faktor turunan, kencing manis, dan stres, merokok juga salah satu faktor risiko kemunculan stroke, dan jantung koroner.

Sel-sel otak akan terganggu fungsi dan kerjanya apabila kekurangan pasokan darah akibat pembuluh darah tersumbat sebagian atau seluruhnya, atau oleh pecahnya pembuluh darah otak, atau darahnya sendiri kurang derajat kejenuhan oksigennya, atau dalam darah ada racun (gas CO) yang merendahkan oksigen napas, atau Hb pengikat oksigennya yang kurang, selain bila darah sendiri kelewat kental.

Bahwa serangan stroke dan jantung koroner sekarang banyak menyerang usia yang lebih muda, kenyataan yang perlu diwaspadai. Selain pola dan gaya hidup orang modern yang memang menunjang, faktor stres yang menyertainya diduga memperburuk.

Pemerintah Singapura amat peduli terhadap kesehatan warga berusia produktif. Mereka diberikan penataran bagaimana hidup sehat bebas dari ancaman penyakit yang menurunkan kualitas sumber daya manusia. Dan memang, sesungguhnyalah ancaman stroke maupun jantung koroner masih memungkinkan untuk dicegah, karena sebagian besar kasus yang telanjur terjadi justru lantaran kita mengabaikannya, atau menganggapnya enteng belaka. Hidup sehat itu murah, asal tahu caranya.

Dr. Handrawan Nadesul

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Kesehatan
  • MINDFUL EATING
    Alasan terutama untuk menjadi mindful adalah dengan menyadari bahwa tubuh ini adalah bait Allah yang perlu kita syukuri dan...
  • Demam Berdarah Bisa Dicegah
    Demam berdarah dengue (DBD) diberitakan berjangkit di sejumlah daerah sekarang ini. Penyakit ini buat kita dianggap jamak. Apakah memang...
  • Menunda Proses Menua
    Menua itu pasti, tetapi ilmu dan teknologi medis bisa menundanya. Berumur panjang itu pilihan, bukan menerima keadaan, melainkan memilih...
  • Nasib Kita Di Hadapan COVID
    Sekarang ini makin banyak orang gelisah, galau, khawatir, takut, dan fobia di tengah ingar bingar informasi yang “mis” maupun...