Penyakit Keluarga

Penyakit Keluarga

Belum ada komentar 375 Views

Tidak ada kelompok khusus penyakit hanya dalam keluarga. Namun ada kecenderungan sebuah keluarga berisiko terkena penyakit tertentu. Sebagian sebab warisan herediter yang dibawa anak, sebagian lagi sebab kelemahan fisik milik masing-masing orangtuanya, dan sebagian lainnya sebab kebiasaan, pola, dan gaya hidup yang terbentuk dalam masing-masing keluarga. Seperti apakah bentuk penyakit itu?

PERKAWINAN secara fisik merupakan senyawa dua perangkat gen yang pasti tidak sama. Pihak ibu maupun pihak ayah membawa perangkat gennya sendiri. Termasuk gen lemah yang akan diwarisi kepada anak-anaknya. Itu maka, penyakit keturunan bisa berasal dari pihak ayah, bisa juga dari pihak ibu, kalau bukan bersamaan dari keduanya.

Ada ratusan penyakit keturunan. Sebagian berasal dari cacat pada kromosom seks (XX pada wanita, dan XY pada pria), sebagian lagi dibawa otosom (yang berjumlah 22 pasang).

Cacat pada seks kromosom, berarti bentuk warisan yang bersifat jender. Ada yang diwarisi pihak ibu, ada juga yang oleh pihak ayah. Buta warna, misalnya, dibawa pihak ibu. Ibu sendiri (XX) tidak buta warna, namun mewariskannya kepada anak lelakinya (XY). Dan apabila jenis penyakit keturunan seorang anak dalam sebuah keluarga tidak terlacak secara genetika, bisa jadi anaknya anak tetangga.

Jadi penyakit keturunan yang dimiliki sebuah keluarga, bersifat khas jenisnya. Ibu atau ayah akan mewarisi terus jenis penyakit keturunan yang sama pada garis keturunannya. Mungkin belum tentu muncul penyakitnya pada anak, melainkan hanya dibawa dalam gen-nya. Penyakit keturunan baru muncul apabila gen lemah yang sama dari suami dan istri saling bertemu (perkawinan incest, antar segaris darah).

Penyakit darah thalassemia, misalnya. Kendati ibu atau ayah membawa gen lemah ini, namun penyakitnya tidak muncul pada dirinya. Gen lemah penyakit ini hanya diwariskan kepada anak-anaknya. Penyakitnya baru akan muncul apabila gen lemah yang sama diwariskan pihak ibu maupun oleh pihak ayah. Jika hanya salah satu pihak saja yang mewariskannya, anak hanya membawa gen lemahnya, namun anak tidak menjadi sakit. Bila nanti anak menikah dengan orang yang juga memiliki gen lemah yang sama, pada ketika itulah penyakitnya baru akan diwarisi anak-anak keturunannya kelak.

Untuk menyebut beberapa, penyakit jiwa, sumbing, kelainan bentuk kepala, tergolong keturunan. Termasuk kencing manis. Pembawa bibit kencing manis kawin dengan pembawa bibit yang sama, akan melahirkan anak yang kencing manis.

Kebiasaan keluarga

Selain itu, dalam sebuah keluarga memiliki pola kebiasaan kesehariannya yang mungkin tidak sama dengan keluarga lain. Kebiasaan memilih jenis menu, jadwal tidur, adakah jadwal tidur siang, sampai soal kebersihan, serta kebiasaan sehat maupun yang kurang sehat. Tidak terbiasa cuci tangan sebelum makan, atau kebiasaan makan tanpa sendok.

Dua kebiasaan dalam keluarga yang besar dampaknya terhadap munculnya penyakit, yakni kebiasaan menu meja makan keluarga, dan kebiasaan jorok. Keluarga yang semua anggota keluarganya berbadan subur, kebanyakan ibunya rajin masak, dan doyan makan pula.

Celakanya lagi, si ibu masih beranggapan kalau anak yang sehat itu anak yang seperti anak kingkong. Jadi bukan saja porsi makannya pakai piring berukuran sangat besar, ukuran gelas minumnya pun seperti yang dimiliki raja.

Keluarga yang semua pasukannya berbadan subur-subur, tentu berbakat terkena penyakit akibat kegemukan. Hampir pasti kencing manis (tipe 2), kalau bukan darah tinggi, dan kelak jantung koroner, dan stroke jika risiko lain untuk terkena itu juga dimiliki, seperti malas gerak (sedentary), padahal sejatinya tidak mewarisi gen untuk terkena penyakit itu.

Kita tahu bahwa masing-masing tubuh membawa kelemahan organnya sendiri. Pihak ibu mungkin lemah lambungnya, dan pihak ayah lemah paru-parunya. Bakat lemah yang bersifat konstitusi tubuh ini secara familial diwariskan juga.

Jika kebiasaan ibu memilihkan menu yang merusak lambung, dan kebiasaan keluarga membuatnya rentan pula terserang penyakit paru, maka penyakit lambung dan penyakit paru-paru, menjadi bagian dari kecenderungan penyakit dalam keluarga tersebut.

Jika keluarga tersebut sangat doyan makan pedas, menu dengan bumbu merangsang, dan ayah kurang suka berolahraga, misalnya, kecenderungan terkena penyakit di atas lebih besar kemungknan terjadi dalam keluarga tersebut.

Hal lain dalam mengonsumsi obat. Ada keluarga yang gampang sekali mengonsumsi obat, selain ada juga yang tidak sedikit-sedikit sembarang minum obat. Buat yang rajin minum obat tentu buruk efeknya terhadap ginjal dan hati anggota keluarga, dibanding yang tidak gampang mengonsumsi obat. Termasuk kebiasaan minum jamu, herbal, dan obat tradisional.

Demikian pula untuk bakat kanker. Bakat kanker seseorang dibawa dalam gennya. Bakatnya ini belum tentu muncul jika tidak bertemu dengan kebiasaan, pola, serta gaya hidup yang mendukungnya. Bila terpapar virus kanker (papilomatous virus, misalnya), atau terpapar oleh menu “racun”, obat, jamu, gas dalam udara, gelombang elektromagnetik peralatan rumah yang kesemuanya mencemari tubuh dengan radikal bebas (free radicals) tinggi, maka kanker pun menjadi muncul. Ini salah satu penjelasan kenapa sekarang semakin banyak yang terkena kanker dibanding orang dulu.

Kebiasaan dalam jadwal tidur malam, rutin makan di restoran, apa saja yang mengisi kulkas rumah, menentukan penyakit yang bakal menimpa keluarga. Ada keluarga yang tidurnya cenderung lebih larut, dan bangunnya lebih siang. Kebiasaan begadang, atau menjadi seperti kalong, tentu berbeda kerentanan keluarga terkena beberapa penyakit.

Isi kulkas rumah yang banyak cemilan serba manis, minumya bukan air putih melainkan soft drink, sirop, banyak batang cokelat, tart, dan es krim, berbeda ragam penyakitnya dengan keluarga yang tidak memilih suka nyamil, kurang suka yang serba manis. Lidah anak juga dibentuk oleh meja makan ibu. Yang jenis menunya “kental” (spicy) tak suka menu yang hambar kurang bumbu.

Keluarga yang menunya cenderung asin, juga berisiko menjadikannya darah tinggi semua. Konsumsi garam dapur berkorelasi dengan kejadian darah tinggi. Darah tinggi membawa konsekuensi tersendiri pada jantung, dan kejadian stroke nantinya.

Belum kalau punya kebiasaan jorok. Satu yang lumrah dilakukan. Tidak terbiasa mencuci tangan sebelum makan, atau sehabis dari kakus. Kalau juga mencuci tangan sekadar asal basah doang. Masih basah sudah memegang nasi, atau menyomot lauk. Padahal sebelumnya baru memegang uang, menyentuh handle pintu WC, gagang telepon umum, tombol lift, itu semua titik-titik berkumpulnya bibit penyakit. Termasuk sehabis duduk di kursi bus kota, bangku tunggu apotek, atau gedung bioskop, lalu membawanya ke kamar tidur. Keluarga demikian rajin mencret, dan berisiko terjangkit sederet penyakit infeksi perut, atau saluran napas atas.

Lidah keluarga dibentuk oleh meja makan ibu. Kebiasaan keluarga juga sebagian besar dibentuk oleh wawasan kesehatan ibu. Pola dan gaya hidup keluarga dibentuk oleh komitmen sehat ayah dan ibu. Termasuk jika keluarga tidak suka berolahraga, rentan celaka (accident pronesness), sebentar-sebentar terjatuh, terkilir, dan lemah saja safety first-nya.

Barangkali termasuk juga sering terkena radang lubang hidung lantaran kebiasaan (maaf) mengupil dalam keluarga di mana dan kapan saja. Bisa jadi kebiasaan mulai dari opa dan oma, papi-mami, sampai cucu dan cicit, siapa tahu merupakan bagian dari hobi harian keluarga tertentu juga: Penyakit bisul di lubang hidung!

Dr. Handrawan Nadesul

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Kesehatan
  • MINDFUL EATING
    Alasan terutama untuk menjadi mindful adalah dengan menyadari bahwa tubuh ini adalah bait Allah yang perlu kita syukuri dan...
  • Demam Berdarah Bisa Dicegah
    Demam berdarah dengue (DBD) diberitakan berjangkit di sejumlah daerah sekarang ini. Penyakit ini buat kita dianggap jamak. Apakah memang...
  • Menunda Proses Menua
    Menua itu pasti, tetapi ilmu dan teknologi medis bisa menundanya. Berumur panjang itu pilihan, bukan menerima keadaan, melainkan memilih...
  • Nasib Kita Di Hadapan COVID
    Sekarang ini makin banyak orang gelisah, galau, khawatir, takut, dan fobia di tengah ingar bingar informasi yang “mis” maupun...