“Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (Mat. 4:10)
“Maaf Om, untuk sementara saya tidak boleh makan gorengan, kacang-kacangan, dan minum es. Mami melarang karena saya sedang batuk.” Itulah jawaban tegas Indra ketika saya mencoba menawari sejumlah makanan dan minuman. Ia ingat pesan ibunya demi kebaikannya; pulih dari batuknya.
Di awal tugas panggilan-Nya, Yesus dicobai sebagai Anak Allah. Kesetiaan Yesus sebagai Anak ditunjukkan ketika Ia berpegang pada firman Allah. Ketiga kutipan dari Ulangan 6-8 yang menjawab pencobaan dari Iblis, mengajarkan kepada kita tentang jalan kepatuhan pada firman seraya berbakti dan menyembah hanya kepada Allah. Melalui Musa, ajaran itu pernah diberikan kepada umat Israel, anak-anak terpilih dan terkasih Allah. Israel dicobai di padang gurun, dan ia gagal! Sebaliknya, di padang gurun, tiga kali Yesus dicobai dan Ia menang dari pencobaan itu. Ketiga pencobaan ini pada dasarnya mengungkapkan ketaatan hubungan Anak dengan Bapa. Yesus adalah teladan bagi semua anak-anak Allah yang digodai Iblis.
Di dalam Kristus, kita adalah anak-anak Allah. Tentu sebutan ini bukan sekadar kebanggaan, melainkan di dalamnya terkandung komitmen ketaatan untuk melakukan kehendak Bapa. Memasuki Minggu Pra-Paskah pertama ini, marilah kita belajar taat seperti Yesus. Pencobaan bisa saja setiap hari akan selalu ada. Di sinilah ajang kita untuk membuktikan apakah kita benar-benar anak Allah atau bukan! [Pdt. Nanang]
REFLEKSI:
Status anak Allah dibuktikan bukan melalui ucapan bibir, melainkan cobaan yang harus dilalui.
Ayat Pendukung: Kej. 2:15-17; 3:1-7; Mzm. 32; Rm 5:12-19; Mat. 4:1-11
Bahan: Wasiat, renungan keluarga
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.