Bapak Pendeta yang baik, Mohon pencerahan dari Bapak arti pribadi Yesus yang Allah sepenuhnya dan manusia sepenuhnya (Allah 100% dan manusia 100%, meskipun saya tidak suka dengan istilah ini).
1. Bagaimana dapat diterangkan dengan sederhana bahwa dalam satu wujud pribadi (Yesus) terkandung 2 pribadi sekaligus (Allah dan manusia).
2. Apakah benar pada waktu Yesus berseru di kayu salib: “Eloi, Eloi, lama sabakh tani?” pribadi keAllahan-Nya sudah/sedang meninggalkan Dia?
3. Kapan waktunya dalam karya hidup-Nya Yesus berlaku sebagai Allah dan kapan berlaku sebagai manusia?
4. Pada waktu Yesus mati, siapakah yang sebenarnya mengalami kematian? Jika kemanusiaan-Nya, di mana keAllahan-Nya?
5. Pada waktu Yesus diangkat ke surga, apakah yang diangkat hanya keAllahan-Nya saja? Pada saat itu di mana kemanusiaan Nya?
6. Jika yang terangkat adalah kemanusiaan sekaligus keAllahan Nya, apakah manusia Yesus hidup di surga? Apakah Yesus hidup di surga sebagai manusia berdaging?Mohon Bapak maklum dan bersabar dengan pertanyaan-pertanyaan saya karena saya tergolong orang yang baru menerima Kristus dan ingin belajar lebih banyak lagi. Namun saya sering mendapatkan jawaban yang mengecewakan, bahkan mencemoohkan ketidakpahaman saya. Mohon pencerahan dari Bapak.
M. Soeparno
Jawab: Bapak Soeparno yang baik, Sebelum saya menjawab pertanyaan Bapak, saya akan menjelaskan terlebih dahulu keterbatasan kita dalam memahami Allah yang besar dan mulia…Allah adalah pencipta dan kita adalah ciptaan. Karena rasa cinta kita kepada Allah, maka sangat wajar kita ingin memahami dan mengenal-Nya. Bukankah tak kenal maka tak sayang? Persoalannya, kita sebagai ciptaan tidak mungkin memahami Allah secara utuh dan penuh. Karena itu kita mencoba untuk memahami Allah seperti apa yang disaksikan dalam Alkitab.
Pada satu ketika, Yesus pernah berkata: “…Barang siapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa,…” (Yoh. 14:9). Artinya, dalam hidup Yesus sebagai manusia, melalui perbuatan-Nya, kata-kata-Nya, Allah yang tidak tampak itu menjadi nyata buat kita. Dari pernyataan Yesus inilah gereja kemudian menyatakan imannya, bahwa Yesus itu sepenuhnya manusia, tetapi juga sepenuhnya Allah. Teknisnya seperti apa, sayangnya Alkitab tidak menjelaskan kepada kita. Yesus hanya berkata: “…Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku…” (Yoh. 14:10). Ada persekutuan yang sangat akrab antara Allah dengan Yesus, persekutuan yang tak terpisahkan, sehingga ketika kita melihat Yesus, maka kita sudah melihat Allah. Pendek kata, Yesus adalah perwujudan/penampakan Allah dalam wujud manusia, agar kita sebagai manusia bisa melihat Allah yang tidak kelihatan itu. Kita hanya bisa memahami kesatuan antara Yesus dengan Allah Bapa ini dengan iman kita, bukan dengan otak matematis kita. Karena itulah, Yesus juga bertanya kepada murid-muridnya dengan bahasa iman: “Tidak percayakah engkau, bahwa aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku?…” ((Yoh. 14:10). Perhatikan pertanyaan Yesus ini, ‘tidak percayakah engkau?’ Nah, kata ‘percaya’ itu adalah bahasa iman.
Nah, lalu apa artinya teriakan Yesus di kayu salib: “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Markus 15:34) Sebenarnya, teriakan Yesus ini diambil dari Mazmur 22:2, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?” Orang Israel memang terbiasa memakai ungkapan tertentu untuk menyatakan perasaannya. Yesus memakai Mazmur 22:2 ini juga untuk mengungkapkan perasaan-Nya, ketika Dia menanggung dosa seluruh dunia. Betapa berat situasi yang dialami-Nya di kayu salib itu, nah, ungkapan perasaan yang paling tepat buat Yesus saat itu adalah: “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Apakah pada saat itu Allah meninggalkan Yesus? Tentu tidak! Itu hanya ungkapan perasaan saja.
Dalam bahasa teologis, ungkapan perasaan Yesus ini bisa dipahami sebagai sebuah jaminan buat kita, bahwa Yesus sudah menanggung segala dosa kita. Yesus berada dalam posisi kita yang seharusnya ditinggalkan Allah. Dan di dalam Yesus Allah tidak akan pernah meninggalkan kita selama-lamanya.
Lalu, dalam hidup Yesus sebagai manusia, kapan Yesus berlaku sebagai Allah dan kapan sebagai manusia? Wah, tidak bisa dibagi seperti itu. Seperti tadi sudah saya jelaskan, bahwa Allah itu tampak melalui hidup Yesus. Jadi dalam setiap peristiwa ya di situlah Allah hadir melalui kemanusiaan Yesus Kristus.
Lalu bagaimana dengan kematian Yesus Kristus? Secara teknis memang Yesus mati, tetapi dalam kematian Nya itu Dia turun ke dalam kerajaan maut, untuk mengalahkan maut. Kebangkitan Yesus menjadi tanda bahwa maut sudah dikalahkan, sehingga kita juga akan mengalami kebangkitan seperti Kristus.
Nah, pada waktu Yesus naik ke Surga, apakah ke Allahan-Nya yang naik? Yang naik ke Surga ya Yesus secara utuh. Sekali lagi, ke Allah-an Yesus dan kemanusiaan Yesus itu hadir secara utuh. Tidak terpisahkan. Jika begitu apakah berarti Yesus hidup dalam daging di Surga? Tidak persis seperti itu. Yesus hadir dalam tubuh kebangkitan-Nya. Tubuh kebangkitan itu pada satu sisi sama dengan tubuh manusiawi kita (ada bekas luka dll.) dan pada lain sisi juga berbeda karena tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu. Seperti apa teknisnya? Sayang, Alkitab tidak menjelaskannya secara teknis, dan saya kira memang tidak perlu. Demikian jawaban saya, semoga membantu… •
»PDT. EM. RUDIANTO DJAJAKARTIKA
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.