Dituntun oleh 4 MC kawakan dari Senior Pondok Indah, Meity Purnomo, Lula Bagus, Linda Supit dan Alice Widjajadi, acara-acara retret Senior GKIPI berlangsung khidmat, penuh keramah-tamahan dan sangat meriah, di Sangga Buana Resort & Convention Hotel Cipanas pada tanggal 27-29 Juli 2012 yang lalu. Keempat pembicaranya: Pdt. Dahlia Vera Aruan, Pdt. Purboyo Susilaradeya, Pdt. Leina Fangidae dan Pdt.Em. Agus Susanto, mampu memukau para senior yang hadir, sehingga membuat acara retret yang diketuai oleh Bpk. Markus Anggana ini berkualitas, sebagaimana komentar beberapa di antara 118 peserta yang mengikuti kegiatan ini.
APANYA YANG BERTUMBUH?
Beberapa pembicara mengawali ceramah atau khotbah mereka dengan sedikit bergurau mengomentari tema retret. Pdt. Em. Agus Susanto, yang memimpin ibadah Minggu pagi dan sekaligus menutup seluruh rangkaian retret ini, melontarkan pertanyaan yang menggelitik: “Yang bertumbuh itu apanya?” Kalau pertumbuhan badan, kayaknya tidak lagi, malahan tinggi badan mulai berkurang sejak memasuki usia lanjut. Namun seperti tema khotbah beliau, iman kitalah yang harus terus bertumbuh di dalam kasih Kristus. Seluruh rombongan kembali ke Jakarta pada pukul 12.00 siang dan tiba sekitar pukul 14.30 di GKI Pondok Indah.
KITA SERING SALING TUNJUK SIAPA YANG AKAN BERDOA!
Setelah Bpk. Markus Anggana, selaku Ketua Panitia, membuka seluruh rangkaian acara yang akan diikuti selama retret ini, Pdt. Dahlia Vera Aruan, pendeta pendamping Komisi Senior, melanjutkannya dengan sebuah renungan pembukaan yang sangat berkesan, bertemakan “Tekun Dalam Doa,” yang diambil dari Roma 8:26-30. Dijelaskannya bahwa orang tua tidak lagi mengalami pertumbuhan fisik, bahkan banyak mengalami kelemahan secara fisik, tetapi ada pertumbuhan lainnya, yang sesuai dengan pahit-manisnya kisah hidup yang dialaminya. Tiap orang pernah mengalami hal-hal yang pahit, tetapi kepahitan itu bisa menjadi manis bila dibumbui oleh kasih. Alkitab mengajarkan di dalam Roma 8:26-30 untuk tekun berdoa. Doa adalah napas hidup orang percaya, karena itu kita jangan meninggalkan kehidupan doa kita. Saat kita diminta untuk memimpin doa dalam persekutuan, di tengah keluarga atau dalam situasi apa pun, jangan kita saling tunjuk, karena doa sangat penting di dalam hidup kita.Tiap doa itu unik, dan merupakan ungkapan kemurnian hati kita kepada Tuhan. Karena itu, tidak masalah jika kita tidak bisa menaikkan doa dengan kata-kata yang indah, karena Roh Kudus akan melengkapinya dan menyampaikan keluhan-keluhan kita kepada Bapa di Surga. Kita sering salah berdoa, namun Roh Kuduslah yang akan menyempurnakannya (ayat 28). Karena itu kita perlu bertekun dalam doa agar pertumbuhan iman kita menjadi berkat.
MUSIC FOR HEALING
Beberapa waktu lalu, ada artikel tentang Music For Healing, yang antara lain menyebutkan bahwa musik dapat menjadi media penyembuhan.
Hal ini langsung dipraktikkan pada pembukaan retret oleh pemusik dan penulis artikel tersebut, Ibu Maya Hasan. Beliau meminta seluruh peserta untuk duduk santai sambil memejamkan mata, lalu mendengarkannya bermain harpa sambil berkeliling di antara mereka. Beberapa senior yang terbuai oleh alunan musik ini begitu menikmatinya, sehingga tertidur.
YANG BERIMAN KEPADA TUHAN, TIDAK USAH TAKUT!
Pada hari kedua retret, setelah senam pagi dan menari Poco-Poco yang dipimpin oleh pelatih andal Ibu Lily Anwar, acara dilanjutkan dengan ceramah yang disampaikan oleh Pdt. Purboyo Susilaradeya dengan tema “Tetap Tegar di Dalam Tuhan.” Acara ini menarik perhatian para peserta karena pendeta yang satu ini piawai menggunakan guyonan khasnya untuk menyemarakkan suasana. Mengawali uraiannya, beliau menceritakan pengalamannya yang begitu ketakutan ketika ayahnya meninggal dunia. Ia kuatir kalau ternyata ayahnya tiba-tiba bangun kembali dan tidak jadi meninggal. Siapa yang akan menolongnya nanti. Lalu beliau mempersilakan semua peserta duduk berdua-dua untuk saling menceritakan pengalaman masing-masing dan mengungkapkan hal-hal yang sering membuat mereka takut atau kuatir. Banyak yang mengungkapkan rasa takut kalau tiba-tiba dipanggil Tuhan dalam keadaan belum siap, atau kalau menderita sakit berkepanjangan. Ada yang menguatirkan masa depannya kalau pasangannya meninggal, atau kalau ia dirampok karena hidup sendirian. Beberapa menguatirkan masa depan anak-anak mereka, atau kalau mereka dilupakan keluarga ketika sudah semakin tua.
Pdt. Purboto meminta agar semua ketakutan dan kekuatiran itu diselesaikan sehingga menimbulkan rasa tenteram di hati kita. Beliau menyampaikan beberapa nasihat dari orang-orang terkenal:
- Seneca, filsuf kaisar Nero, mengatakan bahwa sebenarnya kita lebih banyak menderita akibat khayalan-khayalan kita ketimbang kenyataan yang terjadi.
- William Ralph Inge, penulis dan guru besar Inggris, mengatakan bahwa rasa takut dan kuatir itu sama seperti membayar bunga untuk uang yang tidak pernah kita pinjam (kekuatiran yang sia-sia).
- Norman Vincent Peale, pengkhotbah dan penulis Kristen, mengatakan bahwa kekuatiran itu bodoh karena membuang-buang energi. Dikatakannya pula bahwa sebenarnya 92% kekuatiran kita tidak pernah akan terjadi, sehingga kita hanya menangani 8% saja.
- Robert Anthony, pendidik dan penulis, mengatakan bahwa rasa takut dan kuatir dapat diatasi dengan hidup dari hari ke hari atau bahkan dari saat ke saat. Akirnya kekuatiran itu akan lenyap sama sekali.
- Mahatma Gandhi, filsuf dan politikus India, mengatakan bahwa tidak ada yang menguras tubuh seperti kekuatiran, dan orang yang beriman kepada Tuhan seharusnya malu untuk kuatir dalam hal apapun juga.
Apa kata Firman Tuhan? Jawaban tentang ketakutan dan kekuatiran, yang antara lain terdapat di dalam Mazmur 55:23, Matius 6:25-34, dan I Petrus 5:7, semuanya mirip dengan nasihat-nasihat praktis dari orang-orang terkemuka itu. “Takut sedikit itu lumrah, tapi jangan keterusan,” kata Pdt. Purboyo. Setelah itu para peserta dibagi dalam 8 kelompok untuk membicarakan bagaimana kita dapat mengatasi ketakutan dan kekuatiran kita. Semua kelompok sepakat bahwa ketakutan dan kekuatiran hanya dapat ditanggulangi dengan firman Tuhan dan doa. Kita harus terus bergaul akrab dengan Tuhan dan menyerahkan semua pergumulan kita kepada-Nya.
TERUS BERTUMBUH DALAM KASIH KRISTUS
Ceramah terakhir dalam retret disampaikan oleh Pdt. Lena Fangidae, yang dengan menarik menyisipkan ceramahnya dengan lagu yang dinyanyikannya sendiri dengan suara nyaring, dan singkatan-singkatannya yang mengundang tawa, misalnya PDI (Peningkatan Daya Ingat). Dengan mengutip Mazmur 1:1-6, beliau menguraikan tentang cara kita terus bertumbuh dalam kasih Kristus. Hendaknya kita terus: “Berakar dalam iman, berbatang kasih, bercabang pengharapan, berdaun kesabaran, berbunga suka cita, dan berbuah damai sejahtera.” Beliau juga menjelaskan tentang gambaran keluarga yang berbahagia, yaitu “Orang-orang yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan tidak berjalan dalam nasihat orang fasik.” Sedangkan tentang keluarga fasik dapat dibaca dalam Amsal 21:24, Galatia 5:19-21 dan Amsal 21:4,7,10.
Yan W.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.