Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: “Tuhan, tolonglah aku! (Mat. 14:30)
“Apa pun yang saya jalani sampai saat ini, satu hal yang selalu saya minta dari Tuhan, ialah Tuhan tolong saya! Karena saya tahu hanya dengan pertolongan-Nya saya bisa bertahan.” Itulah kesaksian seorang ibu yang telah lima tahun menjalani pengobatan kanker payudara. Setiap saat ia memohon, “Tuhan tolong saya!”
Seruan meminta pertolongan Tuhan juga datang dari mulut Petrus. Seruan itu diteriakkannya ketika ia merasa hampir tenggelam, saat ia mau mendatangi Yesus yang sedang berjalan di atas air. Tampaknya, Petrus dan para murid yang lain tidak sungguh percaya bahwa yang mereka lihat berjalan di atas air adalah Yesus. Petrus mau membuktikan itu. Mulanya, ia percaya diri berjalan di atas air untuk mendatangi Yesus. Tetapi, ketika dirasakannya tiupan angin menyentuh tubuhnya, ia ketakutan dan mulai tenggelam. Sekejab saja rasa percaya dirinya hilang karena ketakutan lebih menguasai perasaannya. Ia takut tenggelam. “Tuhan, tolonglah aku,” seru Petrus. Seruan Petrus adalah seruan putus asa, tetapi sekaligus juga seruan imannya. Ia percaya bahwa orang yang berada di depannya itu adalah Yesus yang bisa menolongnya.
Seruan dengan nada putus asa seperti yang dilakukan Petrus mungkin juga pernah kita lakukan. Namun, apakah seruan kita didorong oleh rasa takut dan putus asa, atau karena percaya bahwa Dialah satu-satunya Tuhan, Allah Sang Penolong yang dapat diandalkan? Berserulah kepada-Nya karena iman! [Pdt. Eko Priliadona Susetyo]
DOA:
Tolonglah kami Tuhan untuk memiliki iman yang sungguh percaya bahwa Engkau adalah Tuhan yang dapat diandalkan.
Ayat Pendukung: Kej. 37:1-4, 12-28; Mzm. 105:1-6, 16-22, 45b; Rm. 10:5-15; Mat. 14:22-33
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.