Keliru kalau ada yang menyalahkan pengobatan alternatif. Badan kesehatan dunia WHO menerimanya sebagai complementary altervative medicine. Ranah ini melengkapi terapi medik dan penyembuhan (healing). Pihak dokter layak memercayai itu.
Namun kalau suara terapi dan penyembuhan alternatif terasa gaduh sekarang, hal itu karena ada pihak-pihak yang menumbuhkan opini seolah-olah segala yang bersifat alternatif punya hak berdampingan dengan kegiatan medik. Dimensi ini yang dinilai tak masuk nalar medik. Dan kalau terhadap yang satu ini pihak medik merasa perlu berbicara, semata karena masyarakat harus dibela.
Yang terjadi sekarang, masyarakat termakan opini, dan percaya pada testimoni yang tidak masuk akal medik. Ambil contoh sederhana, darah tinggi dan darah rendah berbeda mekanisme kejadiannya. Tak mungkin untuk mekanisme yang berbeda terjadinya itu diatasi dengan bahan berkhasiat atau cara penyembuhan yang sama. Lebih tak masuk akal medik lagi kalau ada yang mengklaim bisa untuk mengobati segala penyakit.
Pintar Memilih Alamat Berobat
Ponari si Dukun Cilik
Di Kanada, apabila bukan dokter yang menganjurkan orang lain memakai obat medis, ada pasal hukumannya. Di sini promosi penyembuhan ala Ponari leluasa beredar luas lewat media massa. Jamu nakal dicampur obat dokter bebas dikonsumsi sampai desa. Alat kesehatan berlistrik yang tak jelas kerjanya, dan belum tentu aman buat tubuh manusia. dipasarkan tanpa sertifikat badan berwenang. Gelang berkekuatan khusus laris dibeli selebritas, laku keras kendati tak murah, dan belakangan kedapatan tak terbukti berkhasiat.
Pagar bagaimana beriklan secara santun sebetulnya sudah ada. Namun tangan pemerintah tak cukup panjang mengawasi, sehingga aturan Depkes ihwal beriklan yang bertanggung jawab masih dilanggar. Saatnya masyarakat dibuat pintar memilih alamat berobat yang benar. Nalar kita, tak ada cara sederhana untuk kesembuhan. Semakin besar klaim mampu menyembuhkan segala penyakit, mestinya makin tidak laik dipercaya.
Bukan sedikit pasien kanker kita terlambat ditolong pihak medik, karena mampir-mampir dulu ke orang pintar, atau penyembuh alternatif. Menyedihkan bahwa penderita membayar dengan uang terakhirnya untuk kesembuhan yang tidak diterimanya, sehingga menjadi kecemasan pihak medik. Terhadapnya masyarakat butuh perlindungan. Termasuk melindungi masyarakat dari terapi dan penyembuhan di internet yang sebetulnya hoax.
Dunia mencatat bahwa dari 40 juta websites pengobatan kanker, 39,9 juta bohong (Edzard Ernst) yang secara biomedicine tak terbukti benar (unproven), tak jelas pula nilai terapeutiknya (therapeutic value). Obat Cina yang merusak ginjal, misalnya. Tercatat bahan berkhasiat ma huang ditarik dari peredaran karena alasan tak aman. Artinya tidak serta merta yang herbal pasti aman. Tak cukup hanya berkhasiat, apalagi kalau tak berkhasiat (zero effective complementary alternative medicine).
Efek Placebo
Masyarakat wajib dilindungi dari serbuan promosi terapi dan penyembuhan yang tak masuk akal medik. Masih ada cognitive biases dalam masyarakat kita, karena mayoritas belum melek ilmiah (scientific literacy). Masyarakat yang tidak skeptik terhadap promosi terapi dan healing, menjadi pangsa pasar (gullibility market) subur karena rentan ditipu. Masih percaya bisa memindahkan penyakit ke kambing.
Kesembuhan itu sebuah proses. Makna sembuh belum tentu sama pada setiap pasien. Adam Malik almarhum yang merasa sembuh setelah diberi “obat dewa” sebetulnya hanya hilang keluhan belaka, sedang penyakitnya masih ada (symptomatic). Bahan berkhasiat dan cara penyembuhan non-medik galibnya memberikan efek sembuh seperti itu, lalu dijadikan testimoni yang secara medik tidak terbukti.
Kasus kista payudara mengecil sendiri, tumor jinak rahim (myoma uteri) mengempis sendiri setelah menopause, herpes zoster mereda sendiri, memang tergolong self limitting disease. Dengan atau tanpa obat menyembuh sendiri. Testimoni pasien yang sembuh berobat non medik untuk kasus ini karena percaya kalau itu berkat terapi, mestinya tidak sahih. Masyarakat tersesat berobat karena testimoni yang tak sahih di nalar medik.
Suatu obat dan cara terapi baru diterima medik apabila dari semua kasus dengan diagnosis sama, semua disembuhkan. Segelas air putih yang bisa menyembuhkan satu-dua kasus, adalah bagian dari efek placebo (placebo effect) yang dalam penilaian medik bukan kesembuhan bermakna. Segelintir yang sembuh menjadi promosi mulut ke mulut karena yang tidak sembuh umumnya diam seribu basa. Opini begini yang galibnya terjadi dalam kesembuhan non-medik.
Efek placebo bagian dari kondisi self fulfilling prophecy (Robert K Merton) yang menambah keniscayaan masyarakat ketika praktik alternatif sudah mencapai level salah informasi. Pada titik ini masyarakat konsumen dicelakakan, selain bukan tindakan yang etis, karena terapi dan healing alternatif terbilang ethics-free zone, tidak perlu sepatuh tanggung jawab etik kalangan medik.
dr. Handrawan Nadesul
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.