Beribadah

Sikap yang Baik dalam Beribadah

Belum ada komentar 4686 Views

Pada saat ibadah Minggu, saya sering merasa terganggu dengan komentar-komentar sambung-menyambung dari beberapa jemaat yang berada di sekelling saya, terutama pada saat khotbah. Bagaimana caranya memberitahukan kepada mereka, bahwa orang lain memerlukan ketenangan untuk dapat menyimak khotbah dengan baik? Juga, bagaimana sebenarnya sikap yang baik dalam beribadah?

(Ani)

Jawab:

Saudara Ani yang baik,

Sebelum menjawab pertanyaan anda, saya akan terlebih dahulu menjelaskan tentang apa yang terjadi dalam ibadah hari Minggu.

Sesungguhnya, ibadah hari Minggu itu adalah sebuah persekutuan. Dalam ibadah itu terjadi persekutuan antar umat sebagai sesama saudara seiman dan sekaligus persekutuan antara umat dengan Tuhan. Dalam persekutuan itu terjadi dialog antara Tuhan dengan umat-Nya yang direpresentasikan melalui liturgi. Jadi liturgi itu disusun dalam bentuk dialog. Misalnya: umat mengaku dosa yang disambut dengan sapaan Tuhan yang memberikan pengampunan (berita anugerah). Lalu umat yang sudah diampuni merespon dengan memberikan salam damai yang merupakan simbol kesediaan umat untuk berdamai dengan sesamanya. Begitu seterusnya. Nah, khusus bagian khotbah, adalah sapaan Tuhan kepada umat melalui FirmanNya, yang mengajar, menghibur, menguatkan tetapi kadang juga menegur dan mengingatkan.

Tentu ketika Tuhan menyapa kita melalui Firman-Nya, seharusnya kita mendengarkannya dengan baik. Saya kira itu adalah asas sopan santun yang biasa, bukan? Kalau ada orang berbicara kepada kita saja, bukankah sesuai asas kepatutan kita akan mendengarkan sapaan orang tersebut? Apalagi ini Tuhan yang menyapa kita. Sudah sepatutnya kita mendengarkan sapaan tersebut.

Persoalannya, Tuhan tidak menyapa kita secara langsung, tetapi melalui hamba-Nya yang sedang berkhotbah. Dan harus diakui, tidak semua pengkhotbah bisa menguraikan isi Firman Tuhan dengan menarik dan baik. Tetapi apa pun alasannya, ketika kita menyadari bahwa khotbah adalah sapaan Tuhan pada kita, sepatutnya kita diam dan mencoba berkonsentrasi untuk mendengar sapaan-Nya. Percayalah, bahwa ketika kita berkonsentrasi kepada Firman-Nya, maka selalu ada hal yang bisa kita dengar sebagai bagian dari sapaan Tuhan kepada kita.

Jadi, sikap yang baik dalam beribadah ya fokus kepada ibadah itu sendiri. Menghayati ibadah sebagai sebuah persekutuan dengan Allah dan sesama, serta mewujudkan dialog dengan Allah melalui liturgi. Pada bagian Tuhan menyapa kita, maka dengarkanlah sapaan Tuhan itu dengan baik, dan pada bagian kita merespon sapaan Tuhan, maka lakukanlah respon anda dengan sungguh (misalnya respon melalui pujian, maka menyanyilah dengan baik).

Lalu bagaimana jika ternyata ada saudara seiman kita yang memberikan komentar-komentarnya sehingga mengganggu ketenangan kita beribadah? Saya kira sebagai sebuah persekutuan, kita punya kewajiban untuk saling mengingatkan, bukan? Jadi jangan ragu untuk mengingatkan saudara kita itu, tentu dalam kasih.

Saya pikir, mungkin sikap semacam itu (berkomentar dll) muncul karena mereka belum menghayati ibadah sebagai sebuah persekutuan dengan Allah dan sesama, yang di dalamnya ada dialog antara Allah dengan umat-Nya. Semoga setelah membaca tulisan ini, tidak ada lagi yang berkomentar dalam ibadah Minggu, sehingga ibadah dapat berlangsung dengan baik dan tertib. || PDT. RUDIANTO DJAJAKARTIKA

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Pastoralia
  • KAMI BERTANYA
    KAKAK PENDETA MENJAWAB
    Kak, kenapa kalau saya disuruh ikut doa sama papa mama kok ngantuk terus nggak konsentrasi, apalagi kalau doanya lama?...
  • Yesus yang Sulung
    Bapak Pendeta yang baik, Mohon pencerahan dari Bapak perihal kebangkitan orang mati. Dalam Kolose 1:18 dikatakan bahwa: Ialah kepala...
  • Kerajaan Surga vs Kerajaan Allah?
    Bapak Pendeta yang baik, 1. Apakah sebenarnya yang disebut dengan Kerajaan Allah itu? Samakah ia dengan Kerajaan Surga? Saya...
  • Tentang Hari Sabat
    Bapak Pendeta yang baik, Mohon pencerahan dari Bapak Pendeta atas kebingungan serta ketidakmengertian saya supaya iman dan ibadah saya...