Apa yang dirasakan anak-anak saat hari libur? Pasti sukacita karena mereka memiliki waktu yang lebih senggang untuk bermain.
Perpustakaan GKI PI memanfaatkan hari libur nasional pada tanggal 15 Oktober yang lalu untuk mengunjungi anak-anak desa Kemang. Kunjungan ini tidak sekadar untuk memberi hiburan bagi mereka, tetapi juga suatu upaya untuk membina minat baca serta menggali intelektualitas mereka. Salah satu bentuk sederhana adalah dengan menghadirkan tontonan film.
Pilihan film telah disesuaikan dengan usia anak. Mereka yang berumur di bawah 8 tahun menonton film seri Barney (dalam versi bahasa Indonesia), dan yang sudah remaja menyaksikan film Soul Surfer.
Rombongan tim Perpustakaan GKI PI tiba pukul 10 pagi. Sekitar 70 anak hadir pada acara kebersamaan ini.
Pertemuan dimulai dengan doa dan lagu-lagu pujian. Setelah itu, anak-anak dipisah sesuai umur untuk melihat film.
Film Barney (Seri Berhitung) berlangsung selama satu jam. Setelah tayangan selesai, beberapa pertanyaan diajukan seputar kesenangan membaca buku. Sungguh menarik ketika ditanyakan “apakah adik-adik senang ke perpustakaan?” mereka diam sejenak. Lalu pertanyaan diubah dengan “apakah adik-adik senang membaca buku-buku yang ada di lemari buku?” Barulah mereka menyadari bahwa kumpulan buku-buku yang ada di ruang tempat mereka menonton adalah perpustakaan!
Sebelum film Soul Surfer dimulai, secara ringkas diceritakan tentang kehidupan seorang peselancar muda bernama Bethany Hamilton setelah ia kehilangan satu lengan, dan bagaimana keluarga, iman dan kasih dapat mengembalikan semangatnya. Film ini memang agak lama, yaitu sekitar 2½ jam, sehingga ada beberapa anak yang kelihatan bosan dengan alur cerita, terutama di bagian dialog, namun adegan-adegan lomba selancar membuat mereka terjaga kembali. Kami perhatikan bahwa ada beberapa anak yang dengan rajin menulis di buku mereka, mungkin mengutip kata-kata bijak yang disampaikan di film.
Setelah berakhirnya film, kami memberi beberapa pertanyaan yang terkait dengan cerita, untuk mengetahui apakah mereka menyimak cerita dan dapat mengambil inspirasi dari film yang dibuat berdasarkan kisah nyata. Kami merasa senang bahwa ternyata mereka cukup dapat menangkap makna dan pesan cerita. Tiga anak mendapat hadiah atas jawaban-jawaban jitu yang berhasil mereka sampaikan.
Seusai acara film, makan siang dalam kotak dibagikan dan disantap bersama. Anak-anak dengan santun dan disiplin menikmati makanan itu. Sikap yang berhasil dibina ini tentunya merupakan buah kesabaran dan kasih Pendeta Luisye dalam mengajar dan mendidik anak-anak desa Kemang. Tuhan memberkati pelayanannya dan juga pelayanan beberapa anak remaja di sana. Semoga pelayanan di desa Kemang terus berkembang dengan baik.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.