Hai anakku, janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu memelihara perintahku. Karena panjang umur dan lanjut usia serta sejahtera akan ditambahkan kepadamu (Amsal 3:1-2).
Kutipan nas Alkitab tersebut melandasi seluruh kegiatan Retret Komisi Senior 2018 yang berlangsung di Rukun Senior Living, Sentul, pada tanggal 24-25 Agustus yang lalu dengan tema “Sejahtera Rohani dan Jasmani”, yang disingkat menjadi ‘SEROJA”. Retret ini berlangsung dengan sukacita dan penuh keakraban di antara para peserta. Mereka tampak sangat antusias dan puas mengikuti seluruh rangkaian kegiatan ini, baik dari susunan acara, tempat retret pilihan Pengurus Komisi Senior yang memang sangat cocok bagi lansia, sampai pada menu yang dihidangkan.
Dr. Leonardi A. Goenawan, SpKj, seorang psikiater, menjadi pembicara pertama yang membahas bagaimana kita “Tetap Aktif dan Cerdas di Usia Emas”. Pada awal penjelasannya, ia mengatakan bahwa banyak fakta positif yang diperlihatkan oleh mereka yang telah lanjut usia. Bijaksana, berpengalaman, dan matang adalah beberapa contoh karakteristik orang-orang yang telah memasuki usia lanjut dengan sukses. Usia lanjut bukanlah hambatan untuk tetap memiliki hidup yang berkualitas dan produktif. Ditegaskannya bahwa usia panjang tidaklah menjadi berkat bila dijalani tanpa hidup yang berkualitas. Untuk mewujudkannya, kita membutuhkan fungsi otak yang baik dan tubuh yang sehat.
Selanjutnya ia menjelaskan bahwa menurut seorang pakar psikososial manusia, fase lanjut usia adalah fase dilengkapinya integritas diri (ego) seseorang dalam kehidupannya. Dalam fase ini, produktivitas seseorang akan sedikit melambat dan ia mulai mengeksplorasi kehidupannya sebagai seorang senior. Ia akan berkontemplasi tentang perjalanan hidupnya, dan mengintegrasikannya dalam suatu pengalaman hidup yang sukses dan sejahtera. Bila ia berhasil melengkapi fase lansianya dengan baik, maka ia akan menjadi lansia yang utuh, selaras dan bijaksana. Ia akan merasa bahwa tanggung jawabnya sudah diselesaikannya dengan baik dan lengkap.
Rahasia untuk tetap cerdas di usia emas:
- Mencegah dan menanggulangi berbagai kondisi fisik dan mental yang berpotensi mengganggu daya ingat sejak dini.
- Berusaha untuk selalu terlibat dan aktif.
- Tidur berkualitas.
- Selalu melatih hal yang baru.
- Mengolah stres.
- Berolahraga dengan teratur.
- Makan makanan yang bergizi dan secukupnya.
Selanjutnya berbagai aktivitas/latihan yang bisa dilakukan untuk tetap cerdas:
- Membaca dan belajar.
- Bermain musik.
- Tamasya dan berekreasi.
- Menari dan berdansa.
- Olah raga ringan.
- Latihan konsentrasi.
- Bermain kartu, catur, monopoli, mengisi teka-teki silang, sudoku, free flow, dll.
Dalam sesi kedua, Pdt. Titus Gunawan Hendriyanto memberikan paparan yang menarik dalam makalahnya “Sehat Menurut Alkitab”. Sehat menurut Alkitab, berarti mengerti dan menghayati di mana seseorang hidup, juga rela beradaptasi dan berproses demi memuliakan Allah dalam hidupnya, apa pun situasi, kondisi dan umurnya. Tubuh, jiwa dan roh merupakan kesatuan yang saling terkait dan tak terpisahkan. Ketiganya harus mendapat perhatian dan bertumbuh dalam keseimbangan sesuai dengan rancangan Tuhan. Dalam 3 Yohanes 1:2 tertulis: “Saudaraku yang kekasih, aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik saja.” Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif. Sehat bukan suatu kondisi, tapi penyesuaian. Sehat bukan suatu keadaan, tapi proses di mana individu beradaptasi terhadap fisik dan lingkungan sosialnya. Contohnya, seseorang yang sehat secara fisik tetapi tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya, lalu hidup dalam kesepian dan kesendirian, apakah itu sehat? Sebaliknya seseorang yang sudah tidak berdaya lagi, yang sudah renta, tetapi tetap peduli kepada lingkungannya dan masih menjaga relasi dengan orang-orang di sekitarnya, tentulah mempunyai kualitas hidup. Pdt. Titus juga menunjukkan kepada para peserta bagaimana secara alkitabiah kita memelihara kesehatan kita dengan makanan yang sehat, sebagaimana yang tertulis dalam Kitab Kejadian 9:2-4, TLB :”Semua binatang liar dan burung-burung dan ikan-ikan akan takut kepadamu, Allah berkata kepadanya, karena Aku telah menyerahkan mereka dalam kuasamu, dan mereka milikmu untuk digunakan sebagai makananmu, sebagai tambahan kepada biji-bijian dan sayur-sayuran. Tetapi jangan pernah makan binatang yang masih ada darahnya”. Ia juga mengingatkan para peserta retret, bahwa “meskipun manusia lahiriah kita makin merosot, namun manusia batiniah diperbaharui dari sehari ke sehari” (2 Korintus 4:16), dan yang cukup penting: “Tetap bersukacita, berdoa, mengucap syukur dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah dalam Kristus Yesus bagi kamu” (1 Tesalonika 5:16-18). “Hidup adalah kesempatan untuk melayani Tuhan. Jangan sia-siakan apa yang Tuhan beri. Bila saatnya kita tidak berdaya lagi, hidup ini sudah menjadi berkat.” Itulah sebagian lirik lagu yang menjadi favorit para peserta retret, dan yang mengakhiri uraian Pdt. Titus.
Dengan mengutip Mazmur 92:13-15, “Orang benar akan bertunas seperti pohon kurma, akan tumbuh seperti pohon aras di Libanon, mereka yang ditanam di bait Tuhan akan bertunas di pelataran Allah kita, pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar,” sesi yang disampaikan oleh Pdt. Rudianto merupakan puncak dari seluruh rangkaian acara dan sesuai dengan tema, yaitu “Sejahtera Rohani dan Jasmani”. Dalam penjelasannya, Pdt. Rudianto mengatakan bahwa pohon aras dan pohon kurma spesifik dari Timur Tengah. Pohon-pohon itu hidup dalam lingkungan yang keras, yaitu di padang pasir. Pohon kurma menjadi pertanda bagi pengembara di padang pasir akan adanya oase, sumber air, yang mereka perlukan untuk minum bagi diri mereka sendiri dan bagi onta-onta mereka. Buah kurma adalah makanan yang menghasilkan energi luar biasa. Sedangkan pohon aras adalah pohon yang tumbuh tinggi besar dan tahan terhadap perubahan musim yang ekstrem di Timur Tengah. Daun-daunnya yang lebat menjadi tempat berteduh bagi para pengembara. Kayunya yang kuat menjadi bahan bangunan dan bahan pembuatan kapal/perahu yang kukuh. Dari gambaran pohon aras dan pohon kurma inilah kata “sejahtera” memperoleh maknanya. Sejahtera bukan berarti hidup yang selalu baik dan lancar. Sejahtera adalah kualitas hidup dari dalam, yang berangkat dari iman yang teguh kepada Tuhan. Hidup itu bukan soal lamanya, tetapi kualitasnya. Perhatikan kata “serta sejahtera akan ditambahkan kepadamu” (Amsal 3:2). Panjang umur tentunya baik, tetapi apalah artinya panjang umur jika tidak sejahtera.
Masa tua adalah saat di mana fungsi-fungsi tubuh menurun. Oleh sebab itu menjaga kesehatan tentu penting. Namun menjaga iman juga tidak kalah pentingnya. Menjaga kesehatan menghasilkan umur panjang, sedangkan menjaga iman menghasilkan bertambahnya kesejahteraan yang memberi manfaat buat sekitar kita, dan akan terus memberi manfaat betapa pun dan apa pun kesulitan hidup yang kita hadapi. Firman Tuhan dan doa adalah bagian dari hidup keseharian kita. Bersandar kepada Tuhan adalah model spiritualitas yang membuat kita siap menghadapi segala perubahan. Memelihara dan mengingat perintah Tuhan adalah bentuk kehidupan yang memancarkan kasih dan kepedulian kepada sesama, yang penuh persahabatan dan menjadi naungan buat yang lain. Karena itu janganlah kita menarik diri dari pergaulan. Hidup di masa tua sebaiknya dimanfaatkan dengan membina persahabatan seluas mungkin. Selain itu kita perlu menjaga kesehatan dengan berolah raga dan memperoleh asupan gizi yang baik, dan tidak lupa menjaga “kesehatan rohani” kita. Marilah memperkaya hidup dengan firman Tuhan dan mempraktikkannya dalam pelayanan. Hiduplah untuk saling menguatkan sampai Tuhan memanggil kita pulang. Bila saatnya nanti, aku sudah tidak berdaya lagi, hidup ini sudah menjadi berkat.
Retret ini juga diisi dengan kegiatan kebersamaan dalam bentuk permainan dan senam pagi yang dipimpin oleh Bpk. Harry Zakaria dan ibu Lily Anwar. Permainan asah otak, tebak tokoh dan tebak lagu melalui tiupan harmonika Bpk. Harry membuat para peserta antusias dan bergembira. Bahkan polonaise yang mengakhiri seluruh rangkaian acara membuat seluruh peserta larut dalam kegembiraan dan kebersamaan yang tak terlupakan. Dalam kesempatan ini, PS. Efata juga tidak ketinggalan mengisi acara dengan menaikkan pujian bagi kemuliaan nama Tuhan.
>> Zilvanus Imanuel
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.