Penyakit jantung bukan hanya serangan jantung koroner atau myocardial infarction (MCI), ada juga jantung bengkak, kelainan jantung bawaan, gangguan katup jantung, gangguan listrik jantung, selain serangan jantung mematikan atau cardiac arrest.
Kelainan jantung bawaan tentu tak bisa dicegah karena sudah dibawa sejak lahir. Kelainan listrik jantung juga tak jelas penyebabnya, sehingga tak terduga datangnya. Begitu juga serangan cardiac arrest. Dua yang masih mungkin dicegah, yakni serangan jantung koroner, dan pembengkakan jantung.
Jantung membengkak bila hipertensi dibiarkan tinggi terus untuk waktu lama. Artinya jantung tidak perlu menjadi bengkak kalau sejak awal hipertensinya dikendalikan. Makin lama hipertensi, makin membengkak jantungnya.
Pembengkakan jantung pada titik nadirnya berakhir sebagai payah jantung atau decompensatio cordis. Pada titik ini jantung tak cukup kuat berdegup untuk bisa mencukupi pengiriman darah ke seluruh tubuh. Selain tubuh menjadi kekurangan darah (oksigen), darah dalam jantung terbendung karena tak terkirim, sehingga terjadi bendungan darah di paru-paru juga.
Gejala jantung membengkak bukan terasa nyeri dada seperti jantung koroner, melainkan sesak napas. Awalnya ketika jantung baru sedikit membengkak, sesak napas hanya bila berjalan jauh, atau bekerja berat. Lama-kelamaan sesak napas walau bukan kerja berat. Bila masih dibiarkan hipertensinya tak diobati, sesak napas muncul walau melakukan pekerjaan ringan saja. Dan pada pembengkakan yang sudah menjelang payah jantung, duduk saja pun sudah sesak napas.
Bahwa jantung bengkak bisa juga disertai penyempitan koroner sekaligus, sehingga gejalanya tidak hanya sesak napas, melainkan berbarengan dengan nyeri dada pula. Yang sama terjadi bila ada kelainan katup, kebocoran sekat jantung pada kelainan bawaan, yang ujung-ujungnya berakhir dengan payah jantung juga. Itu terjadi sebab kerja pemompaan jantung tidak efisien sebagaimana jantung normal yang tanpa kelainan struktur jantung.
Yang mengalami gangguan listrik jantung juga membuat kerja jantung tidak normal. Mungkin degup jantung berkurang dari normalnya, atau bisa juga malah terlampau kerap dari biasanya. Keduanya membuat kerja dan fungsi jantung tidak efisien dan bisa berujung payah jantung juga. Tak jarang, jantung juga bisa terinfeksi dari paru-paru, atau dari bagian lain tubuh.
Infeksi jantung pada masa kecil dan remaja, bermula dari radang tenggorok oleh jenis kuman khusus (streptococcus beta hemolytivus). Kuman ini yang menyebar sampai ke katup jantung, sehingga katup jantungnya mengalami perubahan, lalu berakhir dengan gangguan katup yang bukan bersifat bawaan, melainkan komplikasi dari infeksi tenggorokan waktu masih kecil dahulunya.
Serangan jantung koroner
Berbeda dengan jenis penyakit jantung seperti sudah diuraikan di atas, serang-an jantung koroner disebabkan oleh menyempitnya pembuluh darah koroner jantung. Pembuluh berpenampang beberapa milimeter yang mempunyai lebih 16 cabang ini mengalami penyumbatan oleh “karat” lemak.
Bila lipid (lemak darah) meninggi, dan dibiarkan tidak dikendalikan untuk waktu lama, maka terbentuk tumpukan lemak atheroma atau plaque. Makin dibiarkan plaque melekat pada dinding dalam pembuluh darah koroner, makin menebal ia. Penebalan bertambah 2 persen setiap tahunnya bila faktor lipid dibiarkan tinggi dalam darah.
Penyumbatan koroner bisa lebih dari satu cabang, berbeda-beda derajat sumbatannya. Dengan MS-CT Scan akan terbaca di cabang koroner mana saja sumbatan sudah terbentuk, dan berapa persen besar sumbatannya. Dari situ dokter menganalisis, apakah sudah perlu dipasang cincin stent, apa bisa di-“balon” saja, atau harus operasi bypass jantung.
Proses dari pembuluh koroner yang masih bersih tanpa “karat” lemak sampai menyumbat separah penampang koroner saja memerlukan waktu puluhan tahun. Mungkin sekitar 20 tahunan. Berarti ada cukup waktu untuk menghentikan proses penyumbatan itu, sebelum sebuah serang-an jantung terjadi.
Serangan jantung terjadi tidak harus setelah pembuluh koroner tersumbat penuh seratus persen. Ketika baru tersumbat sebagian saja pun sebetulnya keluhan nyeri dada yang disebut angina pectoris itu sudah muncul. Nyeri dada yang spesifik, seperti rasa tertekan, rasa menindih, dan menjalar nyerinya ke lengan, ke batang leher, dan ke punggung itu, awalnya mungkin hanya berlangsung beberapa puluh detik. Makin lama secara progresif serangan nyeri khas itu durasinya semakin lama bila penyumbatan berlanjut.
Kalau saja keluhan nyeri dada awal serang-an jantung itu tidak diabaikan, mestinya serangan jantung tidak perlu terjadi. Sering-sering karena tidak diindahkan sehingga sumbatan semakin lama semakin tebal, lalu serangan jantung pun tak terelakkan. Tergantung pada cabang koroner mana sumbatan terjadi. Bila mengenai cabang koroner yang vital, maka bukan tak mungkin kasus tak tertolong, karena menimpa bagian otot jantung yang lebih luas. Kematian pun lalu tak terhindarkan.
Pertolongan pada serangan jantung diburu oleh waktu. Maka ada “waktu emas” yang semakin dini ditolong, semakin besar kemungkinan pulih dan terselamatkan dari ancaman kematian, atau kerusakan (kematian) otot jantung yang lebih luas. Maka makin cepat ditolong pihak medik, makin baik.
Multifactorial
Untuk terjadinya pembentukan plaque koroner jantung bukan hanya faktor lipid atau lemak dalam darah yang tinggi saja. Bukan cuma kolesterol dan trigliserida tinggi saja. Berapa ratio kolesterol total dibanding HDL kolesterol? Seberapa tinggi LDL kolesterol? Adakah tinggi faktor homocysteine dalam darah? Seberapa kekentalan darah? Adakah lapisan dalam dinding pembuluh yang cedera akibat arus turbulensi darah? Adakah faktor kuman (Epstein-Barr) dalam darah? Seberapa tinggi radikal bebas (free radicals) dalam darah? Adakah juga faktor merokok, ada turunan penyakit metabolik (diabetes, hipertensi, asam urat, lipid)? Seberapa tinggi faktor stres?
Melihat begitu majemuknya faktor untuk terbentuknya penyumbatan koroner, maka tidak bisa hanya terbatas mengendalikan satu-dua faktor penyumbangnya saja. Ada faktor penentu (dependent) ada juga yang bukan penentu. Dihitung pula seberapa rutin bergerak badan? Seberapa gemuk badan kita?
Setiap orang memiliki faktor dominannya sendiri untuk tercetusnya serangan jantungnya. Itu sebab kita melihat kendati perokok keras, tidak semuanya terserang jantung koroner. Kita juga melihat yang makannya rakus dan tidak pantang, tidak semua terserang jantung koroner. Kehadir-an multifactorial ini alasannya.
Cegah sejak bayi
Bahwa untuk menjadi sehat itu perlu berinvestasi. Investasi sehat sudah dilakukan sejak masih bayi. Terlebih bila mewarisi turunan kolesterol tinggi. Caranya tiga. Badan tidak gemuk, kontrol lipid bila lebih dari normal, gerak badan rutin setiap hari, kendurkan stres. Kendalikan pula diabetes dan hipertensi bila ada. Begitu juga asam urat. Kontrol pula semua faktor lainnya yang diketahui sebagai penyumbang terjadinya jantung koroner. Selain itu hidup lebih ayem.
Melihat pola dan gaya makan orang sekarang, sejak kecil anak sudah terbentuk pi-lihan menu Barat. Pilihan menu yang tidak tepat dengan kodrat tubuh itulah menjadi faktor terbesar terjadinya kebanyakan penyakit orang sekarang. Termasuk mengapa kanker lebih banyak muncul sekarang, juga soal pilihan menu yang salah.
Kalau semua faktor yang menyumbangkan terbentuknya sumbatan koroner kita kendalikan, maka proses menjadi tersumbatnya pembuluh koroner, bisa kita hentikan. Hanya bila proses terbentuknya sumbatan koroner kita hentikan, serangan jantung bisa kita gagalkan.
Dr. Handrawan Nadesul
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.