SEHAT itu murah kalau tahu caranya. Ada banyak sumber yang memberi kita beragam wawasan sehat. Membaca, mendengar, mengikuti ceramah kesehatan, bagian dari upaya memperkaya bekal agar sehat benar menjadi murah, karena sakit, betapa pun ringan, barang pasti jadi mahal.
Tidak harus menjadi dokter untuk menjadi sesehat dokter. Buat menjadi sesehat orang Swiss pun tak perlu sekaya mereka. Kalau sekarang Anda merasa sudah tua, rencanakan dasawarsa terakhir hidup Anda menjadi masa terbaik dalam hidup Anda.
Anda mampu memilih sendiri cara untuk menjadi sehat. Kalau Anda merasa masa lalu Anda tidak begitu sehat, tidak pernah terlambat untuk membangun kembali kesehatan Anda. Yakinlah bahwa Anda belumlah mendekati akhir hidup.
Hidup adalah sebuah proyek, dan Anda manajernya. Apa yang Anda pikir dan lakukan tentang kesehatan merupakan investasi hari tua Anda. Potensi untuk sehat ditentukan oleh semua yang sudah Anda kerjakan sebagai manajer proyek. Kualitas hidup Anda merupakan akumulasi dari segala kebiasaan, keyakinan, sikap yang dijalani sepanjang proyek hidup Anda sampai hari ini. Targetnya supaya memperoleh hidup yang selalu baru di sepanjang usia.
Tak cukup hanya memperoleh umur panjang. Tujuan utama hidup bukan untuk menambah agar lebih tua belaka, melainkan melakoni hidup dengan benar pada setiap usia agar tetap sehat sepanjang hayat. Untuk itu harus pintar hidup.
Anda sendiri penentu hidup sehat, bukan orang lain. Peran dokter kecil saja. Pandai-pandai mengisi penuh gelas waktu hidup Anda. Di luar tangan Tuhan, kuota umur Anda ditentukan seberapa tebal buku hidup Anda. Bila bijak membaca buku hidup, kita boleh berharap ada bonus umur di tahun senja kita.
Mari kita baca otobiografi tubuh kita masing-masing. Baik buruknya masa tua nanti ditentukan pula oleh kesehatan kita sekarang. Kuasa, harta, kedudukan tidak akan ada artinya kalau tidak sehat. Konsep “Sehat Itu Murah” ingin menambah tebal buku hidup Anda. Saya mengajak Anda memulainya dari sekarang.
Untuk sehat, peran gen dalam sel tubuh Anda hanya sepertiga. Selebihnya soal gaya hidup. Mungkin Anda selama ini keliru memilih gaya hidup. Namun tak pernah terlambat buat membuka kembali lembaran sehat. Anggap hidup Anda bakal terulur lebih lama. Tukar kursi goyang Anda dengan sepatu olahraga, dan percaya kalau kesehatan terbaik itu ada di dapur Anda, bukan di restoran.
Sekarang kita memasuki “Graying Revolution”. Semakin banyak orang berumur panjang di dunia. Tapi tidak semua berbahagia. Karena memang tak cukup berumur panjang semata kalau ternyata tidak berkualitas. Target proyek hidup Anda haruslah bagaimana menjadi tua yang berkualitas. Untuk itu healthy-aging perlu dibangun. Dengan menjadi tua yang berkualitas berarti diri Anda adalah aset, dan bukan beban.
Anda harus berani menolak mengaku tua, kalau jiwa dan spirit Anda tetap belia. Kibarkan sikap Peter-Pan-Syndrome. Bahwa hidup cuma sekali. Pupuk dengan hal-hal yang positif saja. Pastikan dosis ketawa Anda tiga kali sehari. Dengan itu Anda bisa menghapus kesedihan dunia, dan sebuah kado hidup bugar akan dikirim buat Anda.
Rajin check up kesehatan saja belum cukup. Anda juga montir yang perlu cerdik melakukan check up terhadap kehidupan. Ciptakan kegembiraan bagi orang lain juga. Manfaatkan setiap kesempatan, agar otak tidak tidur, dan hari-hari selalu terasa baru. Untuk bisa menjadi begitu, sehat kuncinya. Orang yang sehat sudah merasa bersyukur walau sekadar menjadi orang biasa belaka. Seseorang menjadi sangat kaya-raya bila sehat.
“Sehat Itu Murah” bukan slogan, melainkan keyakinan medis yang saya kumpulkan, dan simpulkan sendiri. Dari pergaulan keseharian dengan pasien, surat-surat konsultasi yang saya terima, pertanyaan yang diajukan selama seminar, dan talkshow, makin meyakinkan saya bahwa untuk sehat ternyata tidak mahal. Setiap orang punya potensi untuk bisa tiba sampai ke situ, asalkan mau.
Konsep “Sehat Itu Murah” saja mungkin tidak lengkap. Namun yang sekecil ini pun ingin menambah tebal buku hidup Anda. Tidak ada cara lain untuk menjadi sehat. Mungkin Anda harus menyetel ulang mesin hidup Anda jika keliru. Saya tahu tidak mudah. Tapi Anda bisa.
***
Sebuah studi mengungkapkan kalau tubuh manusia didesain buat bisa bertahan hidup sampai 120 tahun (Maximum Life Potential, Dr. Walter M. Bortz). Namun lebih banyak orang yang hidupnya tidak panjang. Apa masih mungkin sekarang ini setiap orang mampu menempuh umur sepanjang itu? Saya mengajak Anda menjawabnya bisa.
Rata-rata orang lebih duapertiga masa hidupnya dihabiskan untuk bekerja. Bukan sedikit yang sampai menjelang ajal masih terus mencari nafkah. Aktivitas otak sepanjang hayat eloknya memang tidak boleh ikut pensiun. Namun aktivitas fisik berlebihan tanpa henti membuat tubuh lekas lapuk, dan aus. Mereka yang bekerja fisik tanpa henti sampai uzur, Maximum Life Potential-nya berisiko tidak lagi penuh lantaran masalah kesehatan bakal lebih banyak muncul di hari tua.
Seseorang dikatakan mampu menikmati hidup, dan hidup dirasakan bermakna kalau hidupnya ditempuh dengan seimbang (harmoni). Untuk itu tak perlu hidup berlebihan. Perlu menyediakan waktu untuk merenung. Punya waktu untuk ‘time-out’ sejenak, melakukan check up juga terhadap kehidupan. Tahu pula kapan saatnya harus minggir menepi (“Ruralisasi”).
Agar menjadi kurang bermasalah dalam kesehatan, pikirkan pula seberapa bagus harusnya kita memperlakukan tubuh di sepanjang hidup. Cukupkah gizi, sehingga mesin tubuh kita awet tahan lama. Cukupkah jeda harian sehingga roda dan ban tubuh kita tidak lekas aus, dan gundul. Sudah cukupkah tenang dan ayem jiwa kita.
Jiwa yang gundah merusak badan juga. Stres sendiri merongrong tubuh. Kencing manis, jantung koroner, darah tinggi, lemak darah, begitu juga kanker diperburuk oleh stres. Barangkali itu sebab usia krisis orang di dunia yang dulu rata-rata baru terjadi setelah usia 50, cenderung dirundung stres yang berkepanjangan (malstress), krisis orang sekarang sudah muncul ketika umur sebelum 40 tahunan.
Kita melihat semakin banyak kasus psychosomatic muncul pada orang sekarang. Inilah bentuk keluhan penyakit di badan yang dihibahkan oleh jiwa yang gundah. Bentuk penyakit badan yang muncul akibat jiwa yang merana.
***
SESUNGGUHNYA masihkah ada yang bisa kita lakukan agar tidak punya masalah kesehatan sampai di ujung hayat? Inilah beberapa butir yang masih mungkin kita kerjakan demi tetap sehat berkualitas sampai di ujung umur.
1. Umur tubuh kita (Maximum Life Potential) Ditentukan oleh kualitas pembuluh darah yang berada di dalamnya. Pembuluh darah bertugas memasok makanan bagi seluruh sel tubuh. Agar pembuluh darah optimal melaksanakan tugasnya bukan saja dindingnya yang harus tetap elastis, melainkan perlu dicegah agar tak menumpuk karat lemak (atherosclerosis) di dalam sana. Untuk itu kadar lemak dalam darah (cholesterol, triglyceride) tidak boleh terus menerus dibiarkan tinggi. Kencing manis, darah tinggi, asam urat, dan radikal bebas sendiri berkomplot membantu menambah tebal karat lemak dinding pembuluh darah.
Dengan bertambahnya usia, dinding pembuluh darah sendiri akan semakin mengeras dan kaku (arteriosclerosis). Proses kekakuan ini dipercepat selain bila nutrisi yang kita konsumsi tidak selalu lengkap, kondisi darah tinggi pun tetap kita pelihara. Untuk itu selain darah tinggi harus dikontrol, menu harian perlu kecukupan seluruh ragam zat gizi, termasuk sejumlah vitamin dan mineral yang membantu memelihara pembuluh darah tubuh kita tetap belia.
Namun dinding pembuluh darah yang masih elastis dan tanpa karat lemak saja belum cukup untuk menyehatkan jika kualitas darah yang mengalir di dalamnya tidak normal. Darah dikatakan sehat kalau penuh bermuatan oksigen selain lengkap pula zat nutrien yang dikandungnya. Untuk itu perlu olah napas (lewat bergerak badan dan meditasi) selain tetap doyan makan apa saja menu berkualitas (menjadi pemakan segala).
Dinding pembuluh darah yang sehat, darah yang berisi lengkap muatan oksigen dan nutriennya masih belum menjamin makanan itu bisa tiba ke dalam sel yang membutuhkannya bila jantung tidak memompa optimal. Maka kerja jantung perlu optimal. Dengan cara begitu sel-sel tubuh tidak kekurangan makanan, dan optimal menunjang tubuh. Sekian miliar sel tubuh tetap bugar dan tidak layu.
Sel-sel tubuh membentuk jaringan. Jaringan membentuk organ. Jika organ tubuh tidak mendapatkan makanan yang optimal porsi maupun kualitasnya, mereka akan lekas merana. Sel organ yang merana akan kian mundur fungsinya.
Jika semua organ tubuh mengendur fungsinya, mesin tubuh tidak bekerja optimal. Kondisi ini yang memunculkan gejala penurunan vitalitas fisik. Kasus “tidak-sehat-tidak-sakit” di kalangan orang modern berhulu dari kondisi seperti ini juga. Sel kekurangan zat gizi, selain tidak selalu kecukupan oksigen.
Kasus lesu-letih-lemah lazim dikeluhkan orang sekarang. Dokter dihadapkan pada kenyataan pasien minta dokter membuatkan resep untuk mendongkrak vitalitasnya yang dirasakan pasien semakin mundur. Kasus demikian lazim bermula dari sel tubuh yang dibiarkan berlama-lama menderita kekurangan pasokan makanan yang dibutuhkannya.
Kondisi itu bisa sebab pembuluh darahnya sendiri yang sudah tidak sehat, atau bisa juga sebab kualitas darahnya yang kurang gizi, atau boleh jadi sebab kerja jantung yang memang sudah lemah (akibat penyakit atau kurang bergerak badan), atau gabungan dari ketiganya.
Sel-sel tubuh yang kekurangan makanan akan menjadikannya cepat aus dan lekas tua. Tanpa harus kekurangan pasokan makanan saja, dengan bertambahnya usia, sel-sel tubuh mengalami proses degeneratif. Menyaksikan semakin lajunya proses degeneratif itulah yang kemudian menggerakkan Linus Pauling, peraih Nobel vitamin C, mengubah paradigma hidup sehat dengan menilik langsung pada nasib menjadi krisisnya sel tubuh kebanyakan orang modern (Konsep “Orthomolecular Medicine”).
2. Jadi upaya menyehatkan tubuh berarti harus ditujukan pada upaya menyehatkan seluruh sel tubuh. Supaya sel tubuh sehat dan jaringan organ yang dibangunnya bekerja normal, pasokan makanannya pun harus optimal.
Untuk itu pembuluh darah di seluruh tubuh perlu dirawat. Caranya, selain menu harian meja makan keluarga perlu ditata porsi dan kelengkapan nutriennya, semua penyakit yang merongrong keutuhan pembuluh darah, khususnya oleh kencing manis, darah tinggi, asam urat, radikal bebas, harus disingkirkan. Untuk bisa mencapai itu, selain perlu obat dan pantang ini-itu, perlu pula menu seimbang, yakni menu yang memadai porsi dan lengkap pula seluruh nutrien yang dibutuhkan tubuh.
Kasus orang modern “kurang gizi” bagian yang tengah diperhatikan oleh penganut “Orthomolecular Medicine”. Dari situ pula muncul alasan mengapa sekarang begitu banyak makanan suplemen ditawarkan. Menu barat yang keliru namun menjadi masalah orang Indonesia karena kita meniru pilihan makan yang tidak tepat.
3. Radikal bebas (free radicals) ada di dalam dan di luar tubuh. Tubuh sendiri memproduksi antioxidant untuk menawarkan racun radikal bebas yang terbentuk dalam tubuh. Namun kehidupan zaman sekarang yang penuh polusi (udara, air, makanan, overtraining), antioxidant yang tubuh produksi sudah tak mampu lagi menawarkan begitu meruahnya radikal bebas yang kian mencemari tubuh.
Untuk mengurangi tumpukan radikal bebas, kita bisa menata hidup dengan memilih gaya dan pola hidup yang lebih arif dalam soal makan, bekerja, aktivitas harian, dan pilihan berdomisili.
4. Usahakan agar menu harian lebih alami, menjauhkan makanan olahan (junk food), kini menjadi kiblat orang di negara maju. Kita sendiri malah bangga kalau bisa makan burger, steak, dan menu fast food, serta junk food yang sebetulnya sudah banyak kehilangan zat gizinya, dan tergolong boros lemak, gula, dan garam. Jenis menu begini yang bikin lemak dalam darah kita cenderung lebih tinggi dari normal.
Anggapan semakin gemuk semakin memberi kesan makmur harus pupus dari benak anak-anak kita. Bukan yang gemuk melainkan yang tidak gemuk justru yang tergolong sehat. Begitu hendaknya kita sampai ujung usia.
STATUS kesehatan seseorang mencerminkan otobiografi menu hariannya sepanjang hidupnya. Menu modern di satu sisi bikin kelebihan gizi sehingga menjadikan berat badan selalu melebihi ukuran normal. Pada sisi lain bikin banyak orang yang hidupnya kecukupan berisiko kekurangan gizi. Kenapa?
Tidak sedikit di Amerika orang yang kekurangan asupan mineral, termasuk trace elements akibat monodiet, selain memilih menu olahan yang gizinya sudah kritis. Tubuh membutuhkan lebih 45 jenis nutrien setiap hari. Sebagian tidak bisa dibuatnya sendiri (essential) dan hanya mengandalkan dari menu harian.
Makanan kalengan, masakan olahan, junk food, fast food, merupakan “menu ampas’, sebab sudah banyak kehilangan zat gizi akibat cara panen, cara simpan, cara olah yang salah. Sementara lapisan permukaan tanah (topsoil) bumi kita sudah luruh ke laut sehingga kehilangan sebagian besar unsur hara yang dibutuhkan tanaman, ternak, maupun tubuh manusia.
Sayur mayur, dan ternak yang kita konsumsi sekarang ini sudah tidak lengkap lagi kandungan zat gizinya dibanding yang dikonsumsi nenek moyang kita dulu. Jika tubuh kekurangan zat gizi yang tubuh tidak bisa membuatnya sendiri, lama kelamaan akan mengganggu mesin tubuh juga. Sakit gizi macam begini yang kini banyak diderita orang modern dalam bentuk keluhan dan gejala yang beraneka: antara lain keluhan letih-lelah-lesu. Tak sedikit keluhan orang sekarang yang bukan suatu entitas penyakit. Bisa jadi hanya sekadar “kurang gizi” orang modern.
Bisa dimengerti jika banyak kasus penyakit jantung, hati, prostat, pankreas, atau organ lainnya sampai gangguan jiwa muncul hanya lantaran kekurangan trace elements tertentu. Inilah mineral alit yang dibutuhkan dalam dosis yang amat kecil, namun menimbulkan gangguan bila tubuh tidak mendapatkannya setiap hari. Tubuh kita membutuhkan puluhan jenis trace elements, yang tidak selalu tersedia dalam menu harian kita sekarang ini bila pola makan masih monodiet selain memilih “menu ampas”.
Kaitan zinc dengan gangguan prostat, chromium dengan kencing manis, selenium dengan jantung, dan banyak riset baru mengungkapkan betapa esensial peranan mineral dan trace elements dalam memunculkan banyak “penyakit” (kurang gizi) yang mengejewantah sebagai keluhan dan gejala yang mungkin bukan entity suatu penyakit.
Polusi kita sudah bikin kuyup manusia di mana-mana. Udara yang kita hirup setiap detik polutannya sudah melebihi ambang yang diperkenan. Air yang kita minum belum tentu cukup mineralnya selain banyak cemarannya. Menu harian kita juga sudah tercemar pengawet, zat warna, penyedap, selain bibit penyakit, serta radikal bebas yang memberi andil untuk mencetuskan banyak penyakit termasuk risiko terkena kanker.
HIDUP sehat sampai tua itu hidup yang senantiasa terjaga tertib dan teratur. Tertib dan teratur waktu makan, waktu bekerja, waktu jeda, dan waktu melepas lelah, rekreasi, selain rutin bergerak badan. Merasa diri bermakna. Bukan saja tahu arah ke mana hidup, melainkan juga benar menempuhnya di mata Tuhan.
Tak perlu minta bukti lagi kalau hidup kurang gerak (sedentary life) bakal meningkatkan risiko jantung koroner, atau stroke, sama jahatnya dengan merokok dan minuman keras. Ada baiknya mulai berpikir untuk ‘do by yourself’ dalam keseharian (menjadi Inem di rumah sendiri, atau tak malu menjadi suami yang “Mr. Mom”, apa salahnya ikut mengganti popok bayi, menggendong anak, mencuci baju, mengepel dan mencuci piring, oleh karena semua pekerjaan rumah tangga merupakan exercise paling alami bagi otot tubuh kita tanpa perlu menyisihkan waktu khusus seperti kalau untuk golf, atau tennis, dan fitness, misalnya).
Untuk vitamin batin kita perlu menyediakan waktu buat rekreasi, dan banyak tertawa. Dosis tertawa sekurang-kurangnya tiga kali sehari, kalau bisa sampai terpingkal-pingkal. Tertawa menyehatkan jantung dan paru-paru, selain menambah deras aliran darah. Tertawa juga meningkatkan hormon endorfin, morfin yang diproduksi tubuh, untuk mengendurkan rasa perih-pedih kehidupan.
Biasakan mengajak otak tetap aktif, senantiasa berpikir positif (bagian dari kuasa doa), dan mengasah otak kanan dengan lebih sering menikmati produk kesenian (musik, pameran lukisan, sastra), selain dengan brain-gym, sehingga berhasil membangun hidup seimbang antara pikir, laku, dan rasa.
Dr. Handrawan Nadesul