SEDEKAH BUMI – Acara Kebersamaan Wilayah Lebak Bulus & TCCC

Belum ada komentar 45 Views

Ada yang berbeda pada acara kebersamaan Kombas bulan Mei lalu, karena kali ini wilayah Lebak Bulus bergabung dengan wilayah TCCC. Bukan hanya itu, tema yang diangkat pun sangat menarik dan terdengar kurang lazim, yaitu ‘Sedekah Bumi’. Mengapa Sedekah Bumi?

Sesuai dengan dokumen visi-misi GKI Pondok Indah, gereja bertugas untuk melakukan pembinaan dan pelatihan metode analisis sosial bagi warga jemaatnya sehingga pelayanan dapat dilakukan dengan tepat sasaran dan kontekstual dengan lingkungan atau domisili warga jemaat. Untuk itulah pada sekitar pertengahan tahun 2017 yang lalu, gereja mengadakan seri pelatihan analisis sosial, yang tujuan utamanya adalah untuk mempersiapkan program-program yang ada di Community Center.

Dalam acara tersebut, hadir 3 orang warga Kombas Compassio (sub wilayah Lebak Bulus yang bermukim di Vila Delima, Serenia, Bumi Karang Indah, Lb. Bulus Indah, Pertanian dan sekitarnya) yaitu Victor, Vanessa dan saya sendiri, Benny Murtono. Pada akhir pelatihan, pada saat kami diminta untuk membuat usulan program yang relevan, kami memilih untuk memberi perhatian pada komunitas Sanggabuana, suatu komunitas pelestarian alam dan lingkungan hidup yang terletak dalam wilayah Kombas kami.

Memang, usulan itu tampaknya tidak relevan dengan keberadaan gedung Community Center. Namun, usulan tersebut sejalan dengan salah satu misi Community Center, yaitu membekali warga jemaatnya untuk hidup dan melayani di lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Bagi kami, usulan ini menjadi amat relevan mengingat selama ini Kombas kami belum memiliki sarana pelayanan keluar seperti Kombas-Kombas lain yang telah memiliki program kerjasama dengan PAUD, Posyandu, dsb.

Mengingat kedua rekan saya tadi berlatar belakang Guru Sekolah Minggu, sebetulnya kami memiliki keprihatinan untuk meredam paham dan aksi radikalisme melalui anak-anak. Kami percaya bahwa melalui bacaan yang tepat, radikalisme dapat dihambat dan dikurangi. Membuka pos perpustakaan melalui kerja sama dengan PAUD dan Posyandu yang sudah ada merupakan idealisme program ini. Akhirnya, sekitar Agustus 2017 lalu, kami melakukan survei dan berkenalan dengan pimpinan Sanggabuana, yaitu Mang Idin, melalui bantuan Pak Daniel, warga kami yang juga tetangga terdekat Sanggabuana. Sayang sekali, dalam observasi kami terlihat bahwa penduduk di sekitar komunitas ini pada umumnya justru sudah berusia senja dan sedikit sekali terdapat anak-anak, sedangkan kegiatan-kegiatan di komunitas ini sendiri banyak dikerjakan dan didukung oleh relawan dari berbagai tempat, termasuk mahasiswa yang sedang praktik.

Tim ini bertambah anggotanya dengan bergabungnya Bpk. Daniel Irnawan dan Pdt. Tumpal Tobing. Kami mendiskusikan hal-hal yang paling realistis untuk dilakukan. Pak Daniel, selaku mantan Ketua Kombas, menceritakan bahwa acara jalan pagi adalah kegiatan Kombas yang dulu sering dilakukan di Komplek Vila Delima setiap tanggal 17 Agustus. Kebetulan, kami baru saja berjalan dari Sanggabuana menuju Vila Delima sembari menyusuri bantaran kali, lembah, dan perkebunan. Dari situlah muncul ide untuk melakukan Fun Walk bersama warga Kombas Compassio, menuju hutan kota Sanggabuana. Kunjungan ini juga amat Mang Idin harapkan, mengingat kita selaku warga Kombas adalah tetangganya. Untuk program selanjutnya, terkait kebutuhan warga setempat, walau belum terlihat adanya kebutuhan buat anak-anak, terbuka sekali bila kita bisa melakukan baksos kesehatan di sana, terutama bagi para relawan Sanggabuana dan bagi warga di Jalan Taman Sari 1, Karang Tengah, Lebak Bulus.

Hari demi hari berjalan, sayang sekali tim ini larut dalam kesibukan masing-masing dan rencana ini terhenti sekitar Oktober lalu. Sampai pada akhirnya seorang Penatua Wilayah mengingatkan bahwa sebetulnya gereja memiliki anggaran dan program kebersamaan untuk wilayah Lebak Bulus, tentu termasuk Compassio di dalamnya. Berdasarkan pengamatan Mabid Persekutuan pula, kebutuhan kebersamaan ini juga muncul di wilayah TCCC, mengingat acara sejenis sudah lama tidak dilakukan. Akhirnya, Majelis Jemaat memutuskan untuk melaksanakan crash program, gabungan kebersamaan wilayah Lebak Bulus dan TCCC. Gayung pun bersambut, setelah 4 bulan mati suri kami bergegas untuk membentuk panitia bersama dengan rekan-rekan dari TCCC dan Lebak Bulus lainnya, hanya kurang dari dua bulan sebelum waktu pelaksanaan.

Survei tambahan dilakukan bersama dengan teman-teman yang baru bergabung, sampai akhirnya konsep “Sedekah Bumi” ini kita matangkan, yang tidak lain sebetulnya ide dari Mang Idin juga. Awalnya kami bergumul dengan penamaan Sedekah Bumi ini, namun Pdt. Bonnie Andreas yang juga baru bergabung, akhirnya ikut memperkuat pendasaran konsep ini. Di luar dugaan, warga yang mendaftar mencapai 215 orang, walau pada waktu pelaksanaanya hanya 174 orang yang dapat hadir (119 dari Lebak Bulus dan 55 dari TCCC), dengan beragam jenjang usia antara 3 sampai 70-an tahun. Mungkin karena nama acara ini unik, atau, sudah cukup lamakah warga merindukan acara kebersamaan, sehingga cukup banyak yang mendaftar dan hadir?

Syukur pada Allah, acara Kebersamaan yang dikemas dalam bentuk Fun Walk itu dapat berlangsung dengan lancar. Diadakan pada tanggal 1 Mei yang bertepatan dengan Hari Buruh. Dimulai pada pk. 08.00 pagi, kegiatan diawali dengan pembagian kelompok.

Dibagi dalam 8 kelompok yang masing-masing terdiri atas sekitar 12 sampai 15 orang, setiap kelompok diberi tugas untuk membuat yel-yel kelompok, mencari persamaan dari setiap anggota kelompok minimal 3 persamaan, misal memiliki tanggal lahir yang sama, warna favorit yang sama, dan lain-lain. Tugas berikutnya dari setiap kelompok adalah mengumpulkan dedaunan atau ranting kering di sepanjang rute fun walk yang kemudian akan digunakan untuk membuat benda atau bangunan, dengan bantuan alat-alat yang sudah dibagikan panitia sebelumnya seperti pita, tusuk gigi dan sedotan. Benda atau bangunan ini dibuat setelah kegiatan fun walk selesai dan dipresentasikan di hadapan seluruh peserta yang ada.

Sambil menikmati pemandangan yang ada, warga jemaat diberi pencerahan sejarah dari situs tersebut dan bagaimana pengelolaannya, mengenal tanaman konservasi serta belajar tentang pengelolaan sampah dan bagaimana sungai dibersihkan. Kegiatan ini dilakukan di teater terbuka yang ada di dalam hutan kota Sanggabuana. Mang Idin juga menceritakan tentang usaha serta perjuangannya dalam membangun dan mempertahankan situs ini. Beliau juga mengajak anak-anak untuk mulai belajar tentang alam serta bagaimana menjaganya.

Terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan acara ini dengan segala kelebihan dan kekurangannya, kita ditantang untuk menindaklanjuti program tersebut, misalnya melakukan baksos kesehatan di sana atau membentuk Kombas non-territorial yaitu Kombas Pelestari Alam dan Lingkungan. SYABAS!
(BM/adt)

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Antar Kita
  • WEEKEND PASUTRI
    WEP adalah singkatan dari Weekend Pasangan Suami Istri, suatu program belajar bersama selama 3 hari 2 malam untuk pasangan...
  • GKI ORCHESTRA: Kidung Pengharapan
    Sekilas tentang GKI Orchestra GKI Orchestra merupakan ruang bagi remaja-pemuda dari seluruh GKI untuk memberikan talenta dan kerinduannya dalam...
  • Mata Air Kasih-Nya
    Yesus adalah Raja, ya benar, tetapi Ia berbeda dari raja yang lain. Sebuah Kerajaan, memiliki bendera, apapun modelnya, bahkan...
  • BELAJAR MELAYANI SEDARI KECIL
    Ibadah Anak/Sekolah Minggu sudah selesai, tapi masih banyak Adik adik Sekolah Minggu yang belum beranjak meninggalkan sekolah Tirta Marta...