Bakti Sosial (Baksos) Katarak tidak asing di telinga warga jemaat dan simpatisan GKI Pondok Indah. Kegiatan ini bisa dikatakan merupakan program rutin tahunan yang diselenggarakan gereja. Jemaat tidak saja mendoakan, tapi dengan hospitalitasnya juga bersedia memberikan dukungan, baik sebagai relawan, tenaga medis, panitia, bahkan—dengan berkat yang diterima dari Allah—memberikan persembahan agar gereja dapat membantu orang-orang yang membutuhkannya.
Aktivitas ini juga tidak saja dikenal di kalangan GKI Pondok Indah, tapi juga di gereja-gereja yang berada di ruang lingkup Klasis Jakarta II dan gereja-gereja mitra GKI Pondok Indah lainnya. Bahkan beberapa anggota jemaat di gereja-gereja tersebut mengenal GKI Pondok Indah melalui program ini. “O… GKI Pondok Indah yang ada Baksos Katarak setiap tahun, ya?” kata seorang sahabat yang dijumpai penulis. Ya, dengan kegiatan rutin ini, GKI Pondok Indah dikenal sebagai gereja yang peduli terhadap pergumulan para penderita katarak.
Di sebuah kelurahan di Tangerang, program ini dinantikan setiap tahun. Pada bulan April tahun ini, beberapa orang bertanya, “Kapan gereja bikin Baksos lagi?” Mereka biasanya mendengar kabar ini dari kawan mereka yang berhasil dioperasi. Ada juga yang menanti operasi bagi sisi mata lainnya yang tahun lalu belum dioperasi. Terlebih ketika BPJS—dengan peraturan saat ini—tidak terlalu mudah mengoperasi penderita katarak. Beberapa peserta bercerita bahwa mereka harus antre atau menunggu sampai katarak mereka ‘matang’ (stadium lebih lanjut) sebelum bisa dioperasi. Oleh karena itu mereka menantikan pelayanan dari GKI Pondok Indah.
Dari penuturan di atas, kita layak bersyukur bahwa Allah memberikan kita berkat untuk memberkati orang lain. Allah memakai kita untuk mengembalikan penglihatan bagi mereka yang nyaris buta karena katarak. Karena itu, panitia Baksos katarak tahun 2018 menetapkan tema anoigo (terbuka), yang tidak saja bermakna bahwa mata para pasien dicelikkan, tapi juga kualitas hidup dan kebahagiaan mereka dapat ditingkatkan. Bersyukurlah!
Dalam perjumpaan ini, GKI Pondok Indah perlu berefleksi secara khusus:
- Menangkal Prasangka Buruk Terhadap Gereja
Beberapa pasien sempat meragukan operasi yang dilaksanakan oleh gereja. Mereka memiliki penilaian awal bahwa gereja tidak bersahabat bagi mereka yang berbeda iman. Ada yang cemas akan menyangkal imannya dengan operasi di gereja. Ada juga yang secara lugas berkata takut adanya ‘kristenisasi’.
Namun setelah mengalami perjumpaan itu, prasangka itu lenyap. Ketika melihat hospitalitas panitia dari sejak pendaftaran sampai kehangatan para relawan dan pendamping, mereka tidak lagi merasa terancam. Mereka kagum bahwa semangat persahabatan itu sungguh terasa.
- Pembelajaran yang Unik
Meskipun telah dilaksanakan setiap tahun, panitia Baksos selalu menjumpai dinamika baru dalam pelayanan. Tidak pernah ada tahun yang sama, masing-masing ada tantangan imannya sendiri. Ribut rukunnya pun berbeda-beda. Panitia bukan hanya sibuk dengan urusan administrasi, melainkan juga ditantang berefleksi dan bertumbuh dalam iman, baik dalam relasi internal panitia untuk saling melengkapi dalam melayani, maupun dalam relasi eksternal dengan berbagai karakter pasien yang dijumpai. - Tidak Pernah Berkekurangan
Tuhan yang memanggil, Tuhan pula yang melengkapi. GKI Pondok Indah dan panitia Baksos membuktikannya. Selalu ada jalan bagi perbuatan baik yang diimpikan. Dari sisi dana, relawan, panitia, dokter PERDAMI, dan RS Dr. Suyoto, selalu dicukupi, tidak pernah berkekurangan. Terpujilah nama Tuhan! - Bahagia Melihat Kebahagiaan Orang Lain
Bukan hanya belajar empati dalam perjumpaan di pelayanan Baksos ini, panitia dalam kelelahan masing-masing juga merasa disegarkan oleh senyuman hangat para pasien yang disembuhkan Allah melalui program ini. Seorang dokter (Diana) yang menjadi relawan berujar demikian:Pertama kali saya terlibat sebagai relawan di Operasi Katarak Gratis yang merupakan kerja sama antara GKI PI & RS Dr.Suyoto, saya pikir bahwa hal ini tidaklah amat sulit, lagi pula saya ditempatkan di Pos Pengukuran Tekanan Darah. Piece of cake-lah, wong makanan sehari-hari kok. Namun nyatanya lebih sulit dari yang saya bayangkan. Sulit menerima kenyataan bahwa ada pasien yang sedemikian berharap bisa dioperasi, tapi tidak bisa lolos di pos saya karena tensinya terlalu tinggi. Sulit membayangkan berapa banyak lagi di luar sana yang begitu membutuhkan operasi katarak, tapi kemampuan kami terbatas. Dan yang pasti, saya sulit move on karena ketagihan melihat senyum bahagia penuh pengharapan dari para pasien yang keluar dari pos terakhir. Mereka tahu bahwa seminggu lagi mereka akan bisa melihat dengan jauh lebih baik. “Mau ikut lagi!” begitu kata saya kepada suami saya yang juga menjadi relawan kala itu.Ada kebahagiaan melihat orang lain berbahagia. Inilah energi yang diperlukan bagi pelayanan berikutnya. Keberhasilan tidak saja ditentukan oleh berapa banyak yang berhasil dioperasi, tapi juga bagaimana Allah menambahkan “minyak baru” bagi panggilan kita berikutnya.
Saudaraku, mari kita terus melayani, karena Allah memberkati kita. Berbahagialah mereka yang bersedia berbagi berkat-Nya dalam pelayanan kepada orang-orang yang membutuhkan. Diana menegaskan bahwa masih banyak di luar sana yang membutuhkan uluran tangan kita. Jangan lelah berbuat baik. Buatlah perjumpaan-perjumpaan yang penuh kasih dan kemurahan, niscaya kasih Allah dapat memulihkan kehidupan orang-orang yang kita sapa. Mari kita jumpai Kristus dalam diri mereka yang membutuhkan. (BA)
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.