Kolostrum

Ramai-ramai Menyusu Kolostrum Agar Panjang Umur

Belum ada komentar 42 Views

Hampir semua ada gantinya untuk bekal menempuh umur yang semakin menuju tua, kecuali satu hal. Yaitu kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan yang cukup, waktu muda tersia-sia, dan hari tua tak lagi berkualitas. Ketika tubuh sudah tak berdaya, dari mana lagi berharap kekebalan itu datang? Semakin ranum umur, semakin susut kapasitas organ tubuh kita. Umur panjang terkait dengan masih awetnya kerja pabrik-pabrik hormon di dalam tubuh. Termasuk apakah sistem kekebalan tubuh masih belum lumpuh.

Dr. Robert Butler pernah mengatakan kalau tubuh manusia diprogram mampu bertahan hidup sampai 120 tahun. Kalau tak banyak orang sampai ke situ, penyebabnya ada dua. Sistem kekebalan tubuh mulai lumpuh, atau zat anti tubuh sudah tandas. Pada saat yang sama beragam bibit penyakit lama kian beringas, sedang untuk menumpas hama penyakit yang baru, penangkalnya kita masih belum punya.

Dengan semakin bergesernya umur, dayatahan tubuh perlu terus didongkrak. Untuk sebagian penyakit infeksi tubuh kita masih bisa kebal. Namun masih ratusan jenis bibit penyakit di mana-mana menghadang umur kita. Tidak semua bisa dilawan lewat imunisasi. Upaya medik sendiri baru sebatas memanfaatkan vitamin, mineral, obat, atau bahan berkhasiat yang diduga bisa bergotong-royong mengungkit sistem imun tubuh, kekebalan tubuh kita.

Bukan itu saja derita kehilangan manusia direnggut ketika umur kian mengulur. Di usia tua otot susut hampir sepuluh kilo, masa tulang ciut sepertujuhnya, tinggi badan berkurang dua inci, dan seks pun semakin menguncup. Orang medis menemukan penyulihnya pada androgen (DHEA), sebuah molekul hormon buatan yang digandrungi orang modern, selain minta bantuan hormon pertumbuhan hasil bioteknologi (h-GH). Tapi itu saja belum membuat tubuh bertambah kebal dihadang aneka bibit penyakit.

Lagi pula berpihak pada hormon buatan, banyak orang merasa takut. Harapan satu-satunya tinggal pada janji kolostrum, sang ”susu perdana” dari mana zat kekebalan bagi setiap bayi baru lahir dengan sempurna Tuhan kirimkan.

Selain berisi zat yang bikin tubuh tahan segala penyakit infeksi, kolostrum dalam ASI manusia berisi hormon pertumbuhan juga (human-Growth Hormone). Hormon jenis ini bukan hanya istimewa bagi yang berusia tua, yang belia pun perlu rajin-rajin memetiknya. Termasuk yang bisa dimanfaatkan dari susu perdana hewan.

Seorang ibu manusia tak punya cukup banyak kolostrum. Apalagi kalau niatnya untuk produksi skala besar. Kita harus meminjamnya dari ibu sapi, sapi yang sehat. Seekor sapi baru melahirkan memproduksi tak kurang dari 5 galon kolostrum. Jumlah sebesar itu melebihi kebutuhan bayi sapi.

Maka beralasan kalau manusia sekarang mengambil kesempatan memanfaatkannya tanpa perlu merampas hak anak sapi. Kolostrum dilindungi oleh zat antirusak (protease inhibitor) terhadap enzym pencernaan, sehingga sekalipun melewati usus, zat berkhasiat pemberi kekebalan tubuh yang dikandungnya tetap saja utuh.

Sejumlah dokter di dunia menyampaikan pengakuan tulusnya kalau jasa kolostrum memang sungguh luar biasa. Belum ada zat pengganti lain yang sekuat dan selengkap yang bisa kolostrum berikan, ketika usia kita kian merangkak tua, dan yang muda pun kini mulai tak berdaya.

Untuk sekian jenis virus yang menghantui kita di mana-mana, juga di hadapan kita sekarang, musuh perongrong umur yang obatnya kita tak punya, namun kolostrum senantiasa siap menghadang.

Kita sadar di mana-mana kita mudah berjumpa dengan virus AIDS, virus hepatitis B dan hepatitis C, virus herpes, virus flu burung, SARS, dan banyak lagi. Di luar virus, kita gampang dihadang pula oleh sekian jenis bakteri, parasit, atau jamur. Untuk bisa menyingkirkan itu semua, kolostrum berada di barisan depan pertahanan tubuh kita. Termasuk untuk reaksi alergi yang bersifat janggal.

Kolostrum mengandung lebih sembilan puluh zat gizi, selain zat-zat berkhasiat lain. Kandungan ini bekerja erat bahu-membahu membangun tubuh bayi yang selain menjadi kuat melawan infeksi, laju pula gerak pertumbuhannya.

Bagi tubuh orang dewasa, kolostrum tak ubahnya imunisasi alami. Imunisasi yang tak ada duanya saking paling lengkap gatra perlindungannya. Ia kini agaknya satu-satunya perangkat zat spesial untuk melindungi tubuh manusia dari ancaman beraneka ragam penyakit infeksi.

Bagi semua makhluk menyusui, sifat kolostrum tak berbeda, sehingga masih berkecocokan kendati diberikan untuk mamalia jenis lain. Di usus kita, zat kekebalan dalam kolostrum akan diserap darah kemudian mengalir ke seluruh tubuh.

Bersama aliran darah, zat kekebalan kolostrum lalu memasuki pelosok-pelosok tubuh, siap menggempur siapa pun hama penyakit yang sudah telanjur memasuki tubuh. Sebagian di antaranya tetap berada dalam tabung usus, menumpas infeksi yang tumbuh di dalam sana. Peran kolostrum tak ubahnya antibiotika serba bisa. Bedanya, ia berasal dari alam.

Satu kelebihan kolostrum yang tidak dipunyai pengungkit kekebalan tubuh buatan lainnya. Bahwa ia tidak pernah merugikan tubuh kita. Berapa mangkuk pun kolostrum kita konsumsi, tak ada satu pun jejak kejelekan ia sisakan pada tubuh kita, selain badan yang menjadi bertambah kebal, kembali belia, atau sekurang-kurangnya menjadi tidak lekas tua.

Untuk mendapatkan kolostrum, kini kita tak perlu langsung menyusu pada sapi, melainkan sudah dikemas menjadi susu bubuk. Layaknya cucu atau buyut kita yang masih mengonsumsi susu kaleng, dan bukan aib bila kita masih ikut menyusu juga.

Dr. Handrawan Nadesul

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Kesehatan
  • MINDFUL EATING
    Alasan terutama untuk menjadi mindful adalah dengan menyadari bahwa tubuh ini adalah bait Allah yang perlu kita syukuri dan...
  • Demam Berdarah Bisa Dicegah
    Demam berdarah dengue (DBD) diberitakan berjangkit di sejumlah daerah sekarang ini. Penyakit ini buat kita dianggap jamak. Apakah memang...
  • Menunda Proses Menua
    Menua itu pasti, tetapi ilmu dan teknologi medis bisa menundanya. Berumur panjang itu pilihan, bukan menerima keadaan, melainkan memilih...
  • Nasib Kita Di Hadapan COVID
    Sekarang ini makin banyak orang gelisah, galau, khawatir, takut, dan fobia di tengah ingar bingar informasi yang “mis” maupun...