“Berilah Aku minum.” (Yoh. 4:7)
Seorang perempuan Samaria berada di sumur siang hari bolong; waktu yang tidak biasa untuk mengambil air. Mungkin saja perempuan ini menghindar dari cibiran orang; ia tidak mau mendengar kehidupannya yang kelam menjadi bahan gosip di sumur itu. Saat itulah Yesus menjumpai dia.
Tentu saja Yesus mengenal betapa dalamnya gambaran negatif perempuan ini tentang dirinya sendiri. Yesus menjumpainya tidak untuk mengadili dan menghukumnya. Dia juga tidak meninggikan diri atau memberikan nasihat-nasihat moral kepadanya. Namun, Ia datang kepada perempuan itu sebagai pengemis yang letih, haus, lalu minta tolong agar perempuan itu melakukan sesuatu bagi diri-Nya. Ia mulai berdialog dan menciptakan relasi. Perempuan itu sudah kehilangan sepenuhnya kepercayaan akan kebaikan dirinya. Namun, Yesus memercayainya. Dengan memercayai perempuan itu, Yesus mengangkat dia, mengembalikan kepercayaan dan harga dirinya.
Yesus menunjukkan kepada kita cara mendekati orang terluka dan hancur hidupnya: tidak sebagai orang yang merasa diri lebih tinggi, tetapi dengan rendah hati, sebagai seorang pengemis! Nah, bagaimana sikap kita, sudahkah belajar dari Yesus? Orang-orang yang sudah malu terhadap dirinya sendiri, tidak membutuhkan orang lain yang akan membuat mereka merasa lebih malu lagi. Mereka membutuhkan orang yang dapat memberikan pengharapan dan menghargai mereka! [Pdt. Nanang]
REFLEKSI:
Merasa diri lebih baik dan menghakimi orang lain bukanlah perilaku murid Yesus.
Ayat Pendukung: Kel. 17:1-7; Mzm. 95; Rm. 5:1-11; Yoh. 4:5-42
Bahan: Wasiat, renungan keluarga
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.