Perasaan Belum Berbakti dan Sudah Berbakti

Perasaan Belum Berbakti dan Sudah Berbakti

Komentar ditutup 23 Views

Kasus 1: Seorang teman saya tidak bisa hadir di Kebaktian Minggu (entah berhalangan atau memang lagi pingin mbolos). Hari-hari kemudian sepanjang minggu itu dia “merasa” tidak nyaman (mungkin merasa bersalah), dan pada kebaktian Minggu berikutnya dia berdoa minta ampun pada Tuhan.

Kasus 2: Saya sering mengikuti beberapa kegiatan gereja, misal-nya: Persekutuan Doa Pagi, MPD, PTJ atau Kebaktian Keluarga/Kebaktian Syukur dll. Dari kegiatan-kegiatan tersebut saya mendapatkan banyak hal seperti pengetahuan tentang Injil, per-jumpaan/keakraban dengan sesama anggota, bisa juga iman yang dikuatkan, bahkan merasakan pe-meliharaan Tuhan, dst. Pada suatu hari Minggu dengan pembenaran diri sendiri: baru saja “kebaktian” koq kebaktian lagi; sehingga muncul pendapat pribadi, ah, libur sekali-sekali tak apalah.

Pertanyaan: Mohon berikan pandangan yang betul mengenai berbakti baik Kebaktian Minggu maupun kebaktian lainnya sehingga sikap kita benar menurut terang firman Allah. Terima kasih.

BebeEs-JKT

Pdt. Rudianto Djajakartika:

Saudara BebeEs yang terkasih,

Saya pakai kata ‘ibadah’ saja ya, ketimbang kata ‘kebaktian’. Lebih cocok dengan bahasa Alkitab. Nah, dalam Alkitab kata ibadah itu paling tidak punya dua arti:

1. Ritual keagamaan (Kel. 13:5)
2. Perilaku hidup kita sehari-hari (Roma 12:1)

Jadi, ketika kita datang ber-ibadah pada hari minggu, itu adalah ibadah kita. Tetapi ketika kita mengunjungi orang sakit misalnya, juga merupakan ibadah kita. Namun harus diingat, bahwa dalam Alkitab juga ada hukum Sabath (hukum ke 4), yang lebih merujuk pada kegiatan ritual mingguan, meskipun arti hukum sabath tentu lebih dari itu. Nah, hukum sabath inilah yang oleh gereja awal diubah menjadi ibadah minggu (disesuaikan dengan ke-bangkitan Kristus).

Berdasarkan penjelasan tadi, menjadi jelas, yang dimaksud ibadah sesungguhnya sangatlah luas, tidak terbatas hanya pada ibadah minggu. Ketika anda ikut MPD, persekutuan wilayah dan lainnya, itu juga adalah ibadah. Bahkan, hidup anda sehari-hari yang terarah pada Kristus adalah juga ibadah. Karena itu, kita tidak perlu ‘merasa bersalah’ atau merasa ‘belum beribadah’ ketika kita tidak sempat beribadah hari minggu karena mengantar tetangga ke rumah sakit, misalnya. Sebab yang kita lakukan tadi juga adalah ibadah. Tetapi, bukan berarti ibadah minggu lalu bisa kita substitusi begitu saja dengan kegiatan lain yang sudah kita lakukan.

Ada hukum Sabath, yang mengajak kita untuk beribadah secara khusus setiap hari minggu. Karena itu pergi beribadah setiap minggu tetap harus dilakukan, meski setiap hari adalah ibadah kita. Namun bila karena menolong orang, kita tidak bisa beribadah di hari minggu, tentu Tuhan bisa mengerti dan kita tidak perlu merasa bersalah karenanya. Di sisi lain, jangan karena sudah beribadah hari minggu lalu kita mengabaikan hidup kita sehari-hari. Pada hakekatnya, ibadah adalah hidup kita setiap hari. Kita harus mengarahkan diri kita kepada Tuhan dalam keseharian kita, namun di hari minggu mengambil bentuk yang lebih khusus melalui ibadah minggu.

Demikian penjelasan saya, selamat beribadah setiap hari dan secara khusus di hari minggu.

 

Arsip kategori Pastoralia
  • KAMI BERTANYA
    KAKAK PENDETA MENJAWAB
    Kak, kenapa kalau saya disuruh ikut doa sama papa mama kok ngantuk terus nggak konsentrasi, apalagi kalau doanya lama?...
  • Yesus yang Sulung
    Bapak Pendeta yang baik, Mohon pencerahan dari Bapak perihal kebangkitan orang mati. Dalam Kolose 1:18 dikatakan bahwa: Ialah kepala...
  • Kerajaan Surga vs Kerajaan Allah?
    Bapak Pendeta yang baik, 1. Apakah sebenarnya yang disebut dengan Kerajaan Allah itu? Samakah ia dengan Kerajaan Surga? Saya...
  • Tentang Hari Sabat
    Bapak Pendeta yang baik, Mohon pencerahan dari Bapak Pendeta atas kebingungan serta ketidakmengertian saya supaya iman dan ibadah saya...