Mengenal Sosok Herodes

Bedah Sejarah Israel Di Masa Yesus

Belum ada komentar 4267 Views

Herodes dalam Injil

Banyak orang tidak terlalu menaruh perhatian pada sosok Herodes dalam Injil. Kebanyakan mereka hanya tahu bahwa Herodes punya peran sentral pada awal kelahiran Yesus, dan pada saat Yesus akan disalibkan. Bahkan ada yang beranggapan bahwa Herodes yang membunuh anak-anak di peristiwa kelahiran Yesus sama dengan Herodes yang menyalibkan Yesus. Juga bahwa Herodes yang menyalibkan Yesus adalah Herodes yang ditampar malaikat Tuhan hingga kematiannya. Namun sebenarnya siapa Herodes Herodes itu? Ada berapa Herodes yang disebutkan dalam Injil? Herodes mana saja yang berkaitan dengan Yesus? Mengapa Herodes memegang peran penting dalam sejarah bangsa Yahudi di bawah pemerintahan Romawi? Dibandingkan dengan Pontius Pilatus, siapakah yang lebih tinggi jabatannya? Dan beberapa pertanyaan yang cukup mengusik lagi yang ternyata bisa diajukan untuk lebih mendalami siapa Herodes ini sesungguhnya.

Herodes, adalah nama sejumlah anggota dari Dinasti Herodes dari Yudea di Romawi Kuno. Sebenarnya ada beberapa Herodes yang terdapat dalam kisah Injil. Namun hanya Herodes yang diceritakan dalam Injil yang akan dibahas di sini untuk lebih memahami keberadaan, peran dan kisah penting di seputarnya yang akan menjelaskan secara lebih rinci pribadi masing-masing.

HERODES AGUNG

Herodes Agung (The Great Herod), yang juga dikenal sebagai Herodes I, adalah seorang raja boneka Romawi yang berkuasa di Yudea (sekitar 43SM- 4SM di Yerusalem). Ia diberi gelar Raja Yudea oleh Senat di Roma atas saran Markus Antonius dan Oktavianus, dua dari tiga penguasa pada Triumviratus Kedua Republik Roma sepeninggal Julius Caesar. Gelar ini kemudian dikukuhkan kembali oleh Kaisar Agustus.

Herodes Agung muncul dari keluarga Idumea yang kaya dan berpengaruh. Ayahnya adalah Antipater, orang Edom, pendiri Dinasti Herodes, dan ibunya Sipros, seorang putri dari Petra di Nabatea. Orang Idumea merupakan keturunan orang-orang Edom (bani Esau). Mereka menetap di Idumea, yang dulunya dikenal sebagai Edom, di seluruh Yudea. Ketika Yohanes Hirkanus dari keluarga Makabe menaklukkan Idumea pada 130-140 SM, ia menuntut semua warga Idumea menaati hukum Yahudi atau pergi dari tempat itu. Kebanyakan orang Idumea lalu memeluk agama Yahudi dan menjadi proselit, yakni berganti agama menjadi penganut agama Yahudi (Yudaisme). Kalau orang itu laki-laki, dia harus disunat untuk menjadi proselit. Dengan begitu mereka disebut bangsa pendatang (proselyte) yang mengenyam hak tamu dan berada di bawah perlindungan hukum Yahudi.

Herodes mengidentifikasikan dirinya sebagai Yahudi, meskipun menurut hukum Torah ia bukan Yahudi. Ia hanyalah keturunan orang Edom yang menjadi proselit. Meskipun menganut agama Yahudi, orang Edom bukanlah bangsa Yahudi, mereka hanyalah pendatang/tamu. Namun untuk mengukuhkan klaim dan pengaruhnya sebagai orang Yahudi, Herodes I bertunangan dengan putri Mariamne yang masih remaja, dari dinasti Hasmonean, yang merupakan penguasa kehormatan Yudea. Karena saat itu ia sudah menikah, maka ia menyingkirkan istrinya, Doris, untuk memuluskan jalannya menikahi putri Mariamne.

Menerima Kekuasaan

Herodes I mendapatkan kekuasaan atas Yudea dari ayahnya, yang diangkat sebagai prokurator untuk Yudea pada tahun 47 SM dan kemudian menunjuknya sebagai Gubernur Galilea. Herodes sepertinya juga membaktikan diri dan pemerintahannya untuk kemakmuran bangsa Yahudi. Ia menurunkan pajak untuk meningkatkan perekonomian, mengimpor gandum dari Mesir untuk mengatasi kekeringan hebat yang menyebabkan kelaparan dan pandemi. Herodes juga membangun teater/ amfiteater dan istananya, bahkan merekonstruksi Bait Suci Kedua (setelah yang pertama dihancurkan Babylonia pada tahun 586 SM dan dibangun kembali atas persetujuan Darius Yang Agung, dan selesai pada tahun 515 SM). Karena itu pada zaman Yesus, Bait Suci Kedua itu disebut juga sebagai Bait Suci Herodes.

Pembunuhan dalam Keluarga

Herodes memerintah dengan tangan besi dan dalam ketakutan akan pemberontakan serta upaya pembunuhan atas dirinya. Herodes menghukum mati Ratu Mariamne dan Alexandra, mertuanya, yang dicurigai hendak membunuhnya. Herodes menikah kembali dengan Mariamne yang lain, anak perempuan Imam Agung Simon Boethus. Dengan alasan dan kecurigaan yang sama Herodes menghukum mati kedua anaknya dari Mariamne yang pertama, Alexandros dan Aristobulos pada tahun 7 SM. Tak lama sebelum kematiannya sendiri pada tahun 4 SM, ia juga menghukum mati putra mahkotanya, Antipatros, anak sulungnya dari Doris. Herodes menjadikan anaknya dari pernikahannya yang ke-4 dengan Malthace, orang Samaria, yakni Herodes Antipas, sebagai penggantinya. Herodes setidaknya memiliki 10 istri dan banyak anak, khususnya dengan istri-istrinya yang terakhir. Ia mempunyai lebih banyak anak perempuan, tetapi nama mereka tidak dicatat jelas, karena perempuan di kalangan orang-orang Romawi pada waktu itu tidak dianggap penting.

Ketika bagi banyak orang Kristen, Herodes paling dikenal dengan gambaran aksi brutalnya melalui serangkaian kisah perbuatan/ keputusannya yang berakhir dengan pembunuhan anak-anak di Betlehem, maka banyak pendapat yang mengatakan bahwa sangat bisa jadi hal itu adalah metafora terhadap pembunuhan anak-anaknya sendiri. Meskipun kisah itu hanya ada di Injil Matius dan tidak terdapat pada Injil kanonik yang lain, tetapi kisah kekejaman Herodes di Injil Matius dalam membunuh bayi-bayi di Betlehem sesuai benar dengan kelakuannya untuk mempertahankan kekuasaannya, seperti yang ditemukan dalam sejumlah catatan sejarah Romawi.

Akhir Hidup Herodes Agung

Herodes Agung yang dilahirkan pada tahun 73 SM, meninggal pada usia 70 tahun pada tahun 4 SM (2 tahun setelah kelahiran Yesus Kristus). Ia berkuasa sebagai raja Yudea selama 34 tahun (37 SM hingga 4 SM). Meskipun ia sudah menerima penunjukan dari ayahnya sebagai Gubernur Galilea sejak usia 25 tahun (47 SM), tetapi ia baru benar-benar dapat menaklukkan dan memerintah Yudea sebagai raja sejak tahun 37 SM. Setelah Herodes Agung meninggal dunia, kerajaannya dibagi-bagi di antara ketiga anaknya, yaitu Herodes Archelaus (Ethnarkh Samaria, Yudea, Idumea 4-6 M), Herodes Antipas (Tetrarkh Galilea dan Perea), serta Herodes Filipus (Tetrarkh Ituraea dan Thrachonitis). Namun demikian mereka tidak memerintah sebagai raja, tetapi hanya sebagai tetrarkh (kepala wilayah/etnis) saja.

Herodes Arkhelaus dan Herodes Antipas adalah anak Herodes Agung dari pernikahan dengan istri keempatnya, Malthace, orang Samaria, sedang Herodes Filipus adalah anak dari pernikahan dengan istri kelimanya, Cleopatra dari Yerusalem. Ada juga Herodes yang lain, yakni anak Herodes Agung dari pernikahannya dengan Mariamne yang kedua yang disebut Herodes II atau Herodes Filipus I yang tidak banyak diceritakan dalam kelanjutan kisah keluarga dan pemerintahan Herodes.

HERODES ARKHELAUS

Dikenal juga sebagai ‘Herodes Etnarkos’, seperti yang tertulis dalam mata uang logamnya, memerintah Yudea ‘di tempat ayahnya, Herodes’ dari tahun 4 SM hingga 6 M, tanpa gelar raja. Herodes Arkhealus tercatat sebagai Herodes terburuk di antara klan Herodes. Ia melanggar agama Yahudi, hal yang paling dipegang erat dan dibanggakan ayahnya—yang hanya seorang proselit—agar tetap mendapatkan restu bangsa Yahudi dalam pemerintahannya, dengan mengawini Glaphyra, janda dari Alexander, saudara seayahnya.

Pembantaian di Bait Allah

Dia diproklamasikan sebagai raja oleh tentara, tetapi menolak untuk menerima gelar itu hingga ia mengajukan klaim kepada Kaisar Augustus di Roma.

Herodes Arkhelaus memerintah dengan keras dan kejam sehingga rakyat sangat menderita dan tidak bisa menoleransi kekejamannya. Pejabat-pejabatnya memerintahkan hukuman mati atas 2 orang guru dan 40 remaja. Rakyat yang memprotes tindakan kejam itu dan menuntut pelakunya dihukum, dihabisi dengan sangat kejam di pelataran dalam Bait Allah, jumlah mereka sekitar 3000 orang. Kemudian ia mengumumkan ke seluruh daerah kekuasaannya bahwa perayaan Paska tahun itu dibatalkan. Hal itu dilakukannya sebelum berangkat ke Roma.

Diangkat Jadi Penguasa

Arkhelaus segera berlayar ke Roma, menghadap Kaisar dan menghadapi sekelompok musuh-musuhnya. Di Roma ia ditentang oleh Antipas, saudaranya sendiri, dan oleh banyak orang Yahudi, yang takut akan kekejamannya. Ancaman Arkhelaus yang berujung tewasnya 3000 orang dalam Bait Allah dianggap bukan saja ancaman bagi para penyembah Allah di Yerusalem pada hari Paska, melainkan juga ancaman bagi Kaisar sendiri, karena Arkhelaus bersikap sebagaimana seorang raja, sebelum gelar itu diberikan oleh Kaisar. Namun pada akhirnya Kaisar Agustus tetap mengukuhkannya sebagai penguasa wilayah Samaria, Yudea, dan Idumea dengan gelar etnarkh saja, bukan raja.

Dipecat dan Dibuang

Keberatan dengan penganugerahan itu serta terusnya praktik kekejaman pemerintahan Arkhelaus, akhirnya mendorong para ningrat Yudea dan Samaria mengirimkan utusan ke Roma menghadap Kaisar Agustus untuk mengadu sambil memberikan peringatan bahwa jika Arkhealus tidak disingkirkan, maka pemberontakan massal tidak akan bisa dicegah dan akibatnya akan buruk bagi Romawi. Kaisar Agustus merespons dengan memecat dan membuang Herodes Arkhelaus dari singgasananya ke Vienne di Gaul (daerah Perancis Selatan sekarang). Yudea kemudian dijadikan satu propinsi Romawi dan diperintah oleh seorang Gubernur yang ditunjuk oleh Roma. Pada masa pelayanan Yesus, Gubernur propinsi Yudea adalah Pontius Pilatus.

Catatan Alkitab

Arkhelaus disebutkan dalam Injil Matius (Matius 2:13-23). Saat itu Yusuf, Maria dan Yesus Kristus berada di Mesir. Setelah Herodes Agung mati, tampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi di Mesir, katanya: “Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya dan berangkatlah ke tanah Israel, karena mereka yang hendak membunuh Anak itu, sudah mati.” Lalu Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya dan pergi ke tanah Israel. Namun setelah didengarnya bahwa Arkhelaus menjadi raja di Yudea menggantikan Herodes, ayahnya, ia takut ke sana. Karena dinasihati dalam mimpi, pergilah Yusuf ke daerah Galilea. Setibanya di sana ia pun tinggal di sebuah kota yang bernama Nazaret.

Permulaan dan kesimpulan perumpamaan Yesus mengenai talenta pada Injil Lukas pasal 19 mungkin merujuk kepada perjalanan Arkhelaus ke Roma. Sejumlah penafsir menyimpulkan bahwa perumpamaan perumpamaan Yesus menggunakan peristiwa-peristiwa yang dikenal orang-orang untuk menyampaikan ajaran-ajaran rohani secara lebih nyata.

“Ada seorang bangsawan berangkat ke sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan setelah itu baru kembali… Akan tetapi orang-orang sebangsanya membenci dia, lalu mengirimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan: ‘Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami’…’Akan tetapi semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku.’” (Lukas 19:12, Lukas 19:14, Lukas 19:27).

HERODES ANTIPAS

Herodes Antipas adalah raja wilayah yang meliputi Galilea dan Perea. Ia berkuasa antara tahun 4 SM hingga tahun 39 M. Tanggal kelahirannya tidak diketahui, tetapi dapat dipastikan sebelum tahun 20 SM. Ia menggunakan nama Antipas agar berbeda dari yang lain. Herodes Antipas adalah adik kandung dari Herodes Archelaus, dan saudara tiri Herodes Filipus II, ketiganya dididik di Roma. Ia merupakan anak yang paling pintar dari semua anak Herodes Agung. Ia juga tokoh pembangunan besar, seperti ayahnya. Ia membangun kota besar di Galilea dan menamainya Tiberias untuk menghormati Kaisar Tiberius.

Pernikahan Tak Halal

Ketika Antipas berada di Roma untuk lebih memajukan pendidikannya dengan belajar tentang Helenisme dan budaya Romawi, pada saat itulah diperkirakan ia mengenal Herodias, istri saudaranya Herodes Filipus I yang memang tinggal di sana. Antipas kemudian bersepakat untuk menikah dengan Herodias yang bersedia menceraikan suaminya. Untuk itu Antipas juga menceraikan istrinya Phasaelis, putri Aretas IV Philopatris dari Nabatea agar bisa hidup bersama ‘gundik’-nya, Herodias.

Herodias sebenarnya masih keponakan perempuan Herodes Antipas yang sudah menikah dengan Herodes Filipus I (pamannya sendiri, saudara tiri Antipas) dan mempunyai seorang putri, bernama Salome. Oleh karena itu Yohanes Pembaptis menegurnya: “Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!” Hal itu membuat Herodes Antipas dan Herodias sangat marah dan ingin membunuh Yohanes, tetapi Antipas takut kepada orang Yahudi karena pengaruh Yohanes—sebagai nabi—begitu besar di antara mereka. Herodes menambah kejahatannya dengan memasukkan Yohanes ke dalam penjara, sehubungan dengan peristiwa Herodias itu.

Eksekusi Yohanes Pembaptis

Pada suatu kesempatan Herodias yang masih menyimpan kemarahan karena ditegur Yohanes memanfaatkan sebuah kesempatan yang diperoleh anaknya, Salome, yang mendapatkan kemurahan Herodes Antipas untuk meminta apa pun yang diingininya. Atas siasat Herodias, Salome meminta kepada Herodes agar Yohanes dipenggal dan kepalanya disuguhkan kepadanya dalam sebuah talam. Yohanes dieksekusi di penjara benteng Machaerus.

Setelah kematian Yohanes, Herodes Antipas terus merasa bersalah dan sempat merasa cemas ketika mendengar cerita orang tentang Yesus. Ada yang mengatakan bahwa Yohanes telah bangkit dari antara orang mati. Ada lagi yang mengatakan bahwa Nabi Elia telah datang kembali. Namun ia yang merasa telah memenggal kepala Yohanes berkata dalam hatinya: “Bukan, Dia itu Yohanes yang sudah kupenggal kepalanya, dan yang bangkit lagi.” Karena itu ia ingin bertemu dengan Yesus. Sekelompok orang Farisi memperingatkan Yesus bahwa Herodes Antipas sedang merencanakan kematian-Nya, setelah Yesus mengecam raja wilayah itu sebagai seekor ‘serigala’ dan menyatakan bahwa Ia, Yesus, tidak akan menjadi korban rencana seperti itu karena ‘seorang nabi tidak binasa jauh dari Yerusalem’.

Pengadilan Yesus

Ketika Yesus diadili, Pilatus mengetahui bahwa Yesus adalah seorang Galilea yang berada di wilayah Herodes, sehingga mengirim-Nya ke Antipas, yang juga berada di Yerusalem pada saat itu. Awalnya Antipas senang melihat Yesus. Ia berharap untuk menyaksikan-Nya melakukan mukjizat, tetapi manakala Yesus tetap diam ketika ditanyai, Antipas mengejeknya dan mengirim-Nya kembali ke Pilatus. Peristiwa ini meningkatkan hubungan baik di antara Pilatus dan Herodes meskipun mereka sebelumnya bermusuhan. Pilatuslah yang kemudian mengeksekusi Yesus untuk disalibkan karena kuasa untuk menjatuhkan hukuman mati hanya ada pada pemerintah Romawi. Sebenarnya Pilatus tidak perlu mengirim Yesus ke Antipas, ini mungkin sekadar upaya untuk menunjukkan keseganan terhadap tetrarki serta mencoba menghindari perseteruan dengan otoritas Yahudi sendiri. Ketika Yesus dikirim kembali, Pilatus masih bisa mewakili kegagalan Antipas untuk menghukum, yang merupakan dukungan atas pandangannya sendiri bahwa Yesus tidak melakukan pelanggaran berat yang membuatnya bertanggung jawab atas eksekusi Yesus. Namun toh akhirnya ia cuci tangan dan menyerahkan keputusan untuk menghukum Yesus kepada orang-orang Yahudi, dan ia menjadi eksekutornya.

Pada tahun 36 M konflik antara Aretas di Nabatea yang disebabkan perceraian Antipas dan pertentangan para pemimpin atas wilayah, berkembang menjadi perang terbuka. Pasukan Antipas menderita kekalahan hebat setelah para buronan dari bekas tetrarki Herodes Filipus II berpihak kepada bangsa Nabatea. Beberapa orang Yahudi berpikir bahwa kehancuran tentara Herodes Antipas (oleh raja Aretas) datang dari Allah, dan sangat adil, sebagai hukuman atas apa yang dilakukannya terhadap Yohanes Pembaptis karena Herodes membunuhnya.

Pengasingan dan Kematian

Jatuhnya kekuasaan Antipas disebab kan oleh Caligula dan keponakannya sendiri Agripa, saudara Herodias. Ketika Caligula akhirnya menjadi kaisar pada tahun 37 M (setelah kematian kaisar Tiberius), Agripa diberikan wilayah pemerintahan bekas tetrarki Filipus II (yang sedikit diperluas), dengan gelar raja.

Herodias iri pada keberhasilan Agripa, dan membujuk Antipas untuk pergi ke Roma dan menghadap Caligula dan meminta gelar raja bagi dirinya sendiri. Namun pada saat yang sama Agripa menyajikan kepada kaisar daftar tuduhan terhadap penguasa wilayah itu bahwa ia sedang berkomplot melawan kaisar dengan memberikan catatan bahwa Antipas memiliki persediaan persenjataan yang cukup untuk 70.000 orang. Mendengar pengakuan Antipas, Caligula memutuskan Antipas bersalah atas tuduhan konspirasi. Pada musim panas tahun 39 M, harta dan wilayah Antipas diserahkan kepada Agripa, dan ia dibuang ke pengasingan, didampingi istrinya, di Antiquitates Iudaicae (Lugdunum) di Gaul (sekarang dikenal dengan Lyon, wilayah Perancis Selatan). Ia meninggal di sana, pastinya setelah tahun 39 M. Herodes Antipas dikatakan sebagai seorang yang berpikiran ringan, sensual dan jahat.

HERODES FILIPUS I

Herodes Filipus I, yang juga sering disebut sebagai Herodes II, adalah anak Herodes Agung dengan istrinya Mariamne, anak Simon. Ia banyak dirancukan dengan Herodes Filipus II, raja wilayah Iturea dan Trakhonitis.

Eksekusi Herodes Agung atas kedua putranya yang lahir dari istrinya Mariamne yang pertama, Alexander dan Aristobulus IV pada tahun 7 SM, membuat putri terakhir Aristobulus IV, Herodias, menjadi yatim piatu dan masih di bawah umur. Herodias kemudian dipertunangkan dengan Herodes II, paman tirinya, dan hubungannya dengan garis keturunan Hasmonean mendukung hak suami barunya untuk menggantikan ayahnya. Hal ini menyebabkan tentangan terhadap pernikahan itu dari Antipater, putra sulung Herodes Agung dari Doris, sehingga Herodes Agung menurunkan Herodes II ke urutan kedua dalam suksesi.

Eksekusi terhadap Antipater pada tahun 4 SM setelah gagal merencanakan untuk meracuni ayahnya, menjadikan Herodes II sebagai putra sulung Herodes Agung yang masih hidup. Namun mungkin karena kasusnya di atas dan Herodes II tidak turut terlibat dalam peran penting di pemerintahan ayahnya, maka hak Herodes II sepertinya dianulir. Sesaat sebelum meninggal pada tahun 4 SM, Herodes Agung membuat surat wasiat yang mengangkat Herodes Antipas sebagai putra mahkotanya.

Herodes Filipus I (Herodes II) tinggal di kota Roma sebagai warganegara biasa bersama istrinya, Herodias, dan putrinya, Salome, karena itu ia selamat dari pembersihan ranjang kematian ayahnya. Herodes Antipas dan saudara tirinya yang tersisa berbagi Yudea di antara mereka.

Herodias kemudian diambil oleh saudaranya yang lain, Herodes Antipas, raja wilayah Galilea, menjadi istrinya. Sejarahwan Roma-Yahudi Flavius Josephus menuliskan penilaiannya terhadap sikap moral Herodias: “Herodias membawa kekacaukan pada hukum negara kita, ia menceraikan diri dari suaminya ketika suaminya masih hidup, dan menikah dengan Herodes Antipas.” Hal inilah yang ditentang oleh Yohanes yang menyebabkan kematiannya, karena ia menegur Herodes Antipas dan Herodias atas perbuatan mereka yang tercela itu. Baik Yohanes maupun Yosefus menganggap apa yang dilakukan Antipas dan Herodias adalah perzinahan.

Salome, anak Herodias dengan Herodes Filipus I, nantinya menikahi kakek-pamannya, Herodes Filipus II, raja wilayah Iturea dan Trakhonitis.

HERODES FILIPUS II

Herodes Filipus II adalah raja wilayah Iturea dan Trakhonitis (Philip tetrarch of the region of Ituraea and Trachonitis) yang disebut dalam bagian Perjanjian Baru. Ia memerintah dari tahun 4 SM hingga tahun 34 M. Filipus adalah putra Herodes Agung dari istri kelimanya, Cleopatra dari Yerusalem. Nama lahirnya adalah Filipus bin Herodes dan tidak ada bukti sejarah dia menggunakan nama ‘Herodes’ di depan namanya, tidak seperti saudara-saudaranya yang lain yang menggunakan nama ‘Herodes’ sebagai nama dinasti dari Herodes Agung.

Di antara saudara-saudaranya, Filipus mewarisi bagian timur laut kerajaan ayahnya, raja Herodes Agung, dan memerintah sebagai tetrarkh pada zaman kaisar Romawi Tiberius, seperti yang dicatat dalam Injil Lukas 3:1-2: “Dalam tahun ke-15 dari pemerintahan Kaisar Tiberius ketika Pontius Pilatus menjadi wali negeri (prefek untuk provinsi Romawi) Yudea, dan Herodes (Antipas) raja wilayah Galilea, Filipus (Herodes Filipus II), saudaranya, raja wilayah Iturea dan Trakhonitis, dan Lisanias raja wilayah Abilene, pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi Imam Besar, datanglah firman Allah kepada Yohanes (Pembaptis), anak Zakharia, di padang gurun.”

Raja Filipus membangun kota Kaisarea Filipi, yang diberi namanya sendiri untuk membedakan dengan kota Kaisarea (Maritima) yang terletak di tepi Laut Tengah, dan menjadi ibu kota pemerintah Romawi untuk daerah itu. Ketika Yesus beserta murid-murid-Nya berangkat ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi, di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid Nya: “Kata orang, siapakah Aku ini? Siapakah Anak Manusia itu?” Di sini Petrus menjawab bahwa Yesus “… adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” yang merupakan pengakuan pertama kali murid-murid-Nya atas status Yesus.

HERODES AGRIPA I

‘Raja Herodes’ yang dikenal sebagai Agripa adalah anak dari Aristobulus dan cucu dari Herodes Agung. Herodes Agripa I disebut ’raja’ untuk membedakannya dengan pamannya Herodes Antipas yang hanya raja wilayah (tetrarkh). Setelah ayahnya menjalani hukuman mati pada tahun 7 SM, ia dibesarkan di Roma dan erat berhubungan dengan keluarga kaisar. Pada tahun 23 M ia mempunyai utang yang sedemikian besarnya sehingga ia harus meninggalkan Roma. Untuk suatu kurun waktu tertentu ia menerima perlindungan di Tiberias dari pamannya, Herodes Antipas, berkat bantuan kakak perempuannya, Herodias, yang baru saja dinikahi Antipas. Namun dia bertengkar dengan Antipas. Pada tahun 36 M ia kembali ke Roma. Di sini ia melukai perasaan kaisar Tiberius lalu dipenjarakan. Namun satu tahun kemudian, setelah Tiberius meninggal, ia dibebaskan oleh penggantinya, yakni Gayus (Caligula) yang bahkan menganugerahinya gelar raja dengan wilayah timur laut Palestina sebagai kerajaannya.

Menjatuhkan Herodes Antipas

Herodes Agripa melaporkan dan menuduh Herodes Antipas melakukan persekongkolan melawan Caligula, sehingga Herodes Antipas dihukum dan dibuang ke Lugdunum di Galia (sekarang Lyon, di Perancis Selatan) pada tahun 39 M. Setelah itu daerah Galilea dan Perea ditambahkan oleh Caligula ke dalam kerajaan Agripa. Sesudah Caligula menjadi kaisar pada tahun 41 M, wilayah Agripa diperluas lagi dengan memberikan kepadanya Yudea dan Samaria. Dengan demikian wilayah kerajaannya sama luasnya dengan kerajaan kakeknya (Herodes Agung). Ia menjadi raja atas seluruh negeri bangsa Yahudi dan berkuasa dari tahun 41-44 SM.

Mengambil Hati Orang Yahudi

Ia membutuhkan kebaikan orang Yahudi untuk memandangnya sebagai keturunan keluarga Hasmonae (dari neneknya, Mariamne yang pertama) dan ia berusaha menyatakannya. Ia berusaha menyenangkan hati orang-orang Yahudi yang tidak menyukai peringatan dan terguran yang disampaikan oleh para rasul dengan menangkap dan mengadili serta berusaha membunuh para rasul itu di hadapan orang Yahudi. Ia memerintahkan pembunuhan rasul Yakobus, saudara rasul Yohanes, dengan pedang. Ketika ia melihat bahwa hal itu menyenangkan hati orang-orang Yahudi, ia mereruskan aksinya dengan menangkap Petrus untuk dihukum dengan cara yang sama. Namun malam sebelum Herodes Agripa menghadapkan Petrus kepada orang banyak, Tuhan menolong dan melepaskan Petrus dari tahanan Herodes. Herodes yang marah dan tidak berhasil menemukan Petrus membunuh semua penjaga yang malam itu ditugaskannya menjaga Petrus.

Akhir Hidupnya

Ketika ia hendak melaksanakan janji pendamaiannya dengan orang Tirus dan Sidon di Kaisarea, ia mengenakan pakaian kerajaan serta duduk di atas takhta sambil berpidato kepada mereka. Rakyat yang mengelu elukannya menyambut pidatonya dan mengatakan: “Ini suara allah dan bukan suara manusia.” Herodes Agripa begitu bangga atas sambutan dan pengakuan rakyatnya. Ia menarik napas panjang dan membusungkan dada. Namun tanpa dinyana, tiba-tiba malaikat Tuhan menamparnya karena ia tidak memberi hormat kepada Allah. Ia mati seketika itu juga secara hina hingga dikatakan tubuhnya dimakan cacing-cacing. Ia meninggikan diri sehingga direndahkan sampai serendah-rendahnya oleh Tuhan. Herodes Agripa I meninggalkan seorang anak laki-laki, Agripa II, dan dua anak perempuan, Bernike (lahir tahun 28 M), dan Drusila (lahir tahun 38 M).

Setidaknya itulah penuturan kisah para Herodes yang tercatat dalam Alkitab untuk kita ketahui serta pahami secara lebih detail agar tidak salah kira mengenai pribadi dan peran masing-masing. Semoga bermanfaat. Tuhan memberkati kita semua. Amin.

(Sujarwo)

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Artikel Lepas
  • Kami Juga Ingin Belajar
    Di zaman ini, dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat, manusia justru diperhadapkan dengan berbagai macam masalah...
  • KESAHAJAAN
    Dalam sebuah kesempatan perjumpaan saya dengan Pdt. Joas Adiprasetya di sebuah seminar beberapa tahun lalu, ia menyebutkan pernyataan menarik...
  • Tidak Pernah SELESAI
    Dalam kehidupan ini, banyak pekerjaan yang tidak pernah selesai, mulai dari pekerjaan yang sederhana sampai pekerjaan rumit seperti mengurus...
  • Mengenal Orang Farisi
    Bedah Sejarah Israel Di Masa Yesus
    Arti Kata Farisi Kata Farisi—yang sering diterjemahkan sebagai ‘memisahkan/terpisah’— menunjukkan sikap segolongan orang yang memisahkan diri dari pengajaran—bahkan pergaulan—...
  • T.E.M.A
    Setiap acara kegiatan di gereja, apakah itu Paska, Bulan Keluarga, Bulan Budaya atau Natal, selalu diberi tema, dan semua...