Lihat, seperti mata para hamba laki-laki tertuju kepada tangan tuannya, seperti mata hamba perempuan tertuju kepada tangan nyonyanya, demikianlah mata kita tertuju kepada TUHAN, Allah kita, sampai Ia mengasihani kita. (Mazmur 123:2)
“Self-serving bias” adalah sebuah istilah dalam psikologi yang merujuk pada kecenderungan manusia untuk menyalahkan faktor eksternal ketika mengalami hal-hal buruk dan memberikan penghargaan kepada diri sendiri ketika hal-hal baik terjadi. Dengan kata lain, self-serving bias adalah suatu kondisi di mana kita tidak pernah sanggup memeriksa diri dengan benar. Kita akan selalu menganggap diri kita benar, sedangkan orang lain salah.
Pemazmur mengungkapkan bagaimana seharusnya kita sebagai manusia memandang TUHAN, yaitu seperti seorang hamba yang memandang tuannya dan memohon belas kasihan. Pemazmur mengajak umat untuk menempatkan diri sebagai manusia yang membutuhkan belas kasihan TUHAN. Bagai seorang hamba yang matanya tertuju pada tuannya, demikianlah manusia memandang TUHAN.
Dalam hidup, kita cenderung merasa diri benar dan tidak cukup menyadari kebutuhan akan belas kasihan Tuhan. Kita juga cenderung kurang objektif dalam menilai diri sendiri, bahkan tidak jarang kita lalai untuk memeriksa diri. Kita sering datang dengan sikap pongah dan sombong. Mari kita belajar untuk datang dengan kerendahan hati untuk memohon belas kasihan-Nya. Mari kita ubah cara kita berdoa, tidak hanya datang untuk meminta, tetapi juga dengan menyadari betapa kita membutuhkan kasih dan belas kasihan Tuhan. [Pdt. Cordelia Gunawan]
REFLEKSI:
Datanglah ke hadirat-Nya dengan rendah hati dan memohon belas kasihan, karena kita hanyalah seorang pendosa.
Ayat Pendukung: Ayb. 20:1-11; Mzm. 123; 2 Ptr. 1:16-21
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.




Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.