“Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu” (Efesus 4:32).
Di dalam Efesus 4:30 kita diingatkan supaya jangan mendukakan Roh Kudus Allah (yang berdiam dalam tubuh kita, I Korintus 6:19). Apalagi menjelang hari penyelamatan, atau akhir zaman. Berarti kita harus selalu siaga, dan mengisi sisa hidup kita secara efektif.
Di dalam Efesus 4:31 kita dianjurkan atau diperintah oleh Tuhan supaya membuang hal-hal yang tak berguna, yaitu segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian, fitnah dan segala kejahatan.
Sangat tepat jika reformasi secara besar-besaran ini kita kaitkan dengan peringatan proklamasi kemerdekaan ke-68 negara kita.
Dan supaya lebih berbobot, marilah kita bertekad untuk mengisi kemerdekaan negara dan kemerdekaan jiwa, yang keduanya merupakan kasih karunia Kristus itu, dengan keramahan, kasih mesra, pengampunan, seperti yang dianjurkan Tuhan di dalam Efesus 4:32.
Firman Tuhan ini muncul secara manis di majalah kesayangan kita yang bertemakan HOSPITALITAS. Kata ini merupakan terjemahan dari kata benda bahasa Latin hospitium (kata sifatnya: hospitalis). Terjemahan langsung dari bahasa Yunani untuk kata ‘hospitalitas’ secara harfiah berarti cinta orang asing.
Jika Efesus 4:32 kita hubungkan dengan tema kita, berarti keramahan, kasih mesra dan pengampunan dimungkinkan untuk mengalir sampai pada orang-orang asing dalam kehidupan kita.
Jika kita perhatikan dengan teliti, tampak nyata adanya peningkatan sikap yang dituntut Tuhan dari kita, yaitu: Mula-mula kita mendekati sesama dengan keramahan, lalu lebih jauh dengan bahasa kasih mesra, kemudian sampai pada kerelaan untuk memberi ampun jika sesama kita sampai mengecewakan kita.
HOSPITALITY IS ONE FORM OF WORSHIP (Jewish Proverb)
Dalam Buku Be A Winner Like Me ada tulisan yang menarik dengan judul “Kebiasaan Positif”.
Hiasi bibir Anda dengan kebiasaan memuji dan bersyukur. Hati yang gembira lebih indah daripada nyanyian merdu.
Hiasi mata Anda dengan kebiasaan memandang dengan kelembutan dan kedewasaan. Kelembutan dan kedewasaan lebih indah daripada bulu mata dan kacamata termahal.
Hiasi telinga Anda dengan kebiasaan mau mendengarkan. Perhatian yang tulus lebih indah daripada aksesori termahal.
Hiasi wajah Anda dengan kebiasaan tersenyum dan bersukacita. Senyum dan sukacita lebih indah daripada kosmetik termahal.
Hiasi kepala Anda dengan kebiasaan kerendahan hati dan penguasaan diri. Kerendahan hati dan penguasaan diri lebih indah daripada mahkota termahal.
Hiasi tubuh Anda dengan kebiasaan hidup sehat. Kesehatan lebih indah daripada jubah terindah.
Hiasi tangan Anda dengan kebiasaan ringan tangan. Kerajinan lebih indah daripada jam tangan termewah.
Hiasi kaki Anda dengan kebiasaan melangkah dengan kebenaran. Integritas lebih indah daripada sepatu termahal.
Sebuah kebiasaan dapat mendorong menuju kesuksesan atau sebaliknya menarik kita pada kehancuran. Semuanya bergantung pada Anda. Jadi, mulai hari ini mari kita belajar membiasakan diri dengan hal-hal yang baik sampai kebiasaan itu tumbuh subur, berakar dengan kuat dan berbuah lebat dalam hidup kita.
Kebiasaan baik akan menjadi kekuatan karakter.
Apa yang dapat kita pelajari dari tulisan di atas itu?
1) Bahwa semua nasihat tadi sungguh sangat bagus oleh karena sejiwa dengan Firman Tuhan secara keseluruhan dalam Alkitab, maupun dalam Efesus 4:32. Dalam semua bidang hidup ini, kita selalu akan berjumpa dengan segala macam nasihat, peraturan, bahkan hukum-hukum yang sangat bagus dan berguna bagi kita, sebab sejiwa dengan Firman Tuhan. Dalam 1 Tesalonika 5:21 tertulis: “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.” Dengan mempergunakan Firman Tuhan, batu-uji yang ampuh itu, kita menguji segala sesuatu, lalu memegang yang baik.
Jadi, Firman Tuhan sesungguhnya sudah tersedia bagi kita untuk kita terapkan di dalam hidup ini, bagi kebaikan kita. Namun sayang seribu sayang, kita malas atau segan melakukannya. Mengapa? Karena Firman Tuhan kita pandang kurang menarik. Begitu muncul dalam bentuk-bentuk yang lain, seperti yang tersaji dalam tulisan di atas tadi (Kebiasaan Positif), langsung kita terima dengan bersemangat. Kalau begitu, Firman Tuhan bagaikan emas lantakan yang kurang menarik bagi anak-anak balita, tetapi sesudah diolah dan dibentuk menjadi gelang, kalung dan anting, maka berebutlah mereka untuk memiliki dan mengenakannya. Maka jangan kita kekanak-kanakan dalam menghadapi Firman Tuhan!
2) Bahwa keramahan, kasih mesra dan pengampunan itu adalah sikap yang sangat memesona, sungguh sangat langka dilakukan, walau sebenarnya sangat kita butuhkan di dalam pergaulan kita dengan sesama di mana pun juga. Dan juga sangat memberkati. Yang melakukan keramahan, kasih mesra dan pengampunan merasa berbahagia dan lega karena sudah hidup sebagai anak Tuhan. Begitu pula yang menerima keramahan, kasih mesra dan pengampunan memperoleh penyegaran, pencerahan dan dorongan yang kuat untuk memasuki masa depannya dengan hidup yang lebih baik.
3) Bahwa Tuhan sangat berkenan kepada setiap orang yang menghargai dan memberlakukan Firman Tuhan itu. Sebab Firman-Nya memang bukan hanya untuk didengar atau dimengerti saja, tapi untuk dilakukan supaya mendatangkan hidup penuh damai sejahtera dalam kasih Yesus Kristus. Rancangan Tuhan adalah: “Rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan” (Yeremia 29:11B).
TO GIVE OUR LORD A PERFECT HOSPITALITY, MARY AND MARTHA MUST COMBINE. (St.Teresa Of Avila)
Pdt. Em. Daud Adiprasetya
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.