Manusia-manusia Kuat

kisah tentang orang-orang yang menguatkan sesama dalam kelemahan mereka

Belum ada komentar 104 Views

HUT ke-6 Paguyuban Pelangi Bertepatan dengan hari ulang tahun keenamnya, 23 Juni 2021, Paguyuban Pelangi menerbitkan sebuah buku yang berjudul Manusia-Manusia Kuat. Buku ini berisi kesaksian perjuangan 11 orang penyintas kanker dengan berbagai ragam kanker dan pengalaman terkejut, sedih, tidak terima dan putus asa, saat divonis sebagai pengidap kanker. Mereka juga mengisahkan perjuangan mereka hingga sembuh. Akhirnya, mereka sampai pada suatu titik di mana mereka mampu bersyukur, dan bahkan bisa menginspirasi, mendampingi, memotivasi, dan menguatkan para penderita kanker lainnya, terutama yang baru saja didiagnosis kanker atau yang sedang berusaha mengatasinya.

Kisah mereka bukanlah tentang hal-hal ajaib yang mereka alami atau kehebatan perjuangan mereka, melainkan justru merupakan pergumulan dalam kerapuhan mereka menerima kenyataan berat ini. Juga ada rasa tidak terima karena harus mengalaminya. Jadi, upaya berbagi cerita ini diharapkan dapat lebih dekat menyapa para penyintas kanker lain yang membacanya. Melalui kejujuran kisah-kisah ini, para pembaca dapat melihat sosok orang-orang biasa yang tidak punya kekuatan, keteguhan, dan iman yang super untuk melalui semua proses pengobatan menuju kesembuhan mereka. Perjuangan ke- 11 penyintas kanker ini diharapkan bisa menumbuhkan inspirasi, harapan, dan kesadaran untuk bersyukur dalam segala keadaan, dan makin kuat menghadapi hidup ini.

Beban yang Takkan Berlebih

Namun yang istimewa, di tengah peristiwa yang berat itu, hampir semua penyintas mengingat apa yang dikatakan di dalam Kitab Suci, yakni: Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya – 1Korintus 10:13. Mereka tetap datang memohon dan berharap kepada Tuhan agar berkenan menyertai mereka. Meskipun para penutur berasal dari keyakinan yang berbeda-beda, tapi pemahaman akan penghiburan, janji, dan penyertaan Tuhan tetap mereka pegang dalam pergumulan dan perjuangan itu.

Dengan demikian kisah-kisah yang diceritakan dalam buku ini adalah pengalaman orang orang biasa yang melalui penderitaan dengan penyertaan Tuhan, sehingga meskipun mereka sakit dan tersiksa, tapi mereka tidak kehilangan semangat dan harapan, apalagi iman. Mereka bahkan menjadi orang-orang yang penuh syukur dan berusaha mewujudkannya dengan menguatkan orang orang lain melalui kisah dan pengalaman mereka.

Di sini akan ditampilkan ringkasan kesaksian dari salah seorang penyintas yang berkenan berbagi pengalamannya di buku ini. Kepolosan dan kejujurannya dalam mengungkapkan kenyataan yang dihadapi dalam kerapuhannya, membuat para pembaca ikut merasakan penderitaannya. Namun penyertaan Tuhan yang sangat ajaib mengantarkannya pada pengalaman pengalaman yang menakjubkan, yang membuatnya sangat bersyukur.

Tidak Satu Tapi Dua

Semua orang pasti terkejut ketika menemukan kenyataan—entah karena keterangan dokter atau hasil observasi mandiri—bahwa ia menderita penyakit tertentu. Lebih terguncanglagi ketika dalam masa proses pengobatannya, ternyata ada penyakit lain yang juga diidapnya.

Ibu Christiana Widiyasari diketahui mengidap penyakit Rhematroid Arthiritis (RA). Ia merasa terganggu oleh sakitnya itu, yang menahan dan membelenggu kegiatannya. Rasa nyeri dan ngilu itu tidak saja dirasakan pada persendian-persendiannya, tapi juga pada ototnya. Ia jadi sulit beraktivitas, bahkan bergerak. Dalam proses pengobatan terhadap penyakit Rhematroid Arthiritis (RA) yang dideritanya itu, ia harus menerima kenyataan pahit didiagnosis mengidap tumor ganas pada payudaranya yang harus diangkat melalui operasi.

Dalam kesedihan dan kegalauanya, ia mencoba untuk tetap tenang dan tidak menunjukkan kelemahan—karena akan melemahkan orang orang yang dikasihinya— terutama di depan kedua anaknya yang sedang bertumbuh serta ibunya yang sudah sepuh dan sendiri.

Kesembuhan dan Kemunculan

Melalui sebuah pengalaman spiritual yang sangat biasa dan sederhana, ia mengalami jamahan kasih Tuhan yang begitu besar dalam mengatasi penyakit Rhematroid Arthiritis (RA) tersebut. Meskipun penyakit itu masih ada, tapi sudah tidak terlalu membebaninya lagi. Namun kelegaan itu segera disusul oleh rasa terguncang saat ia harus menjalani operasi pengangkatan payudara.

Ia harus menghadapi kenyataan bahwa kini fisiknya tidak sempurna lagi. Ia sering mengambil waktu tertentu untuk menyendiri dan menangis sepuas-puasnya di kamar agar tidak dilihat anak-anaknya. Ia bertanya kepada Tuhan, mengapa memperkenankannya mengalami hal hal itu. Meskipun dilanda rasa marah, kecewa, sedih, dan putus asa, tapi ia tetap berusaha untuk berdoa dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Menjaga Orang-orang Terkasih

Namun menyadari perannya sebagai orang tua tunggal yang menjadi tumpuan dan teladan bagi anak anaknya, ia berusaha setenang mungkin menjalani kehidupan pasca operasinya. Ia tidak mau terlalu lama terpuruk dan meratapi keadaan. Setelah merasa cukup memberi waktu bagi dirinya untuk menangis dan bersedih, ia segera berupaya memulihkan kondisi hati dan pikiran agar kembali tegar dan ceria sehingga orang-orang di sekelilingnya tidak khawatir.

Delapan tahun setelah melalui perjuangan berat menjaga perasaannya sendiri dan orang-orang yang dikasihinya, kini ia berada dalam kondisi sehat dan sudah bisa bebas beraktivitas kembali. Bukan hanya itu, ia bahkan menjadi pegiat yang mengingatkan pentingnya deteksi dini kanker payudara. Ia juga menjadi aktivis di komunitas komunitas penyintas kanker serta menjadi pendamping untuk berbagi pengalaman dengan mereka yang baru terdiagnosis kanker.

Syukur yang Menguatkan

“Aku bahagia dengan semua yang kualami dalam hidup ini. Semuanya memberikan pengalaman yang sangat berharga, betapa hidup itu indah bila kita bisa bersyukur dalam setiap keadaan, karena Tuhan tidak akan pernah meninggalkanku. Aku tahu pasti, ini jawaban atas kerinduanku untuk melayani, Tuhan mengizinkan aku untuk mengalami sakit, supaya aku bisa berempati dan mengandalkan Tuhan dalam hidupku.” Demikian tulisnya mengakiri kesaksian panjangnya yang sungguh menguatkan.

Manusia Kuat

Itulah penuturan salah satu penulis yang disebut Manusia Kuat dalam buku ini. Sekali lagi manusia kuat bukanlah orang yang tidak pernah terpuruk dan menangis, tetapi orang yang selalu berupaya bangkit dari keterpurukannya dan meneruskan langkah menuju pencapaiannya. Manusia kuat mempersaksikan kisah dan kasih Tuhan yang menyertainya dalam pergumulan menghadapi persoalan, beban, dan derita yang ditanggungnya. Manusia kuat mampu memahami dan mengambil hikmah dari perjalanannya itu, dengan keyakinan bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkannya. Manusia kuat berbagi keyakinan bahwa apa yang dialaminya dapat juga menjadi berkat bagi orang lain yang membutuhkan perhatian, penguatan, bahkan pertolongan. Manusia kuat mau dan mampu menguatkan serta menginspirasi orang lain.

Semoga kesaksian di atas dapat menginspirasi para penyintas kanker yang membacanya, sehingga menumbuhkan harapan mereka bahwa bersama Tuhan, ‘masa depan sungguh ada’. Sesuai dengan salah satu tujuan pembentukan Paguyuban Pelangi untuk saling menginspirasi dan menguatkan sesama anggota, semoga buku ini dapat bermanfaat bagi para penyintas kanker lainnya yang masih berjuang menuju kesembuhan.

Kesan dan Komentar

Berikut komentar dari beberapa penyintas kaker yang sudah membaca buku ini. Ada harapan untuk bisa mendapatkan lebih banyak komentar dari para pembacanya, tapi peraturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) saat ini menyebabkan sebagian besar anggota Paguyuban Pelangi sulit mengambil buku yang baru jadi itu di Gereja Kristen Indonesia Pondok Indah.

Ibu Lestari Wahyu Indari:
Alhamdulillah, saya sudah membaca buku Manusia-Manusia Kuat. Buku ini bagus sekali dan sangat menginspirasi. Terima kasih kepada sahabat-sahabat yang sudah membagikan pengalaman berjuang melawan penyakit cancer.

Saya sangat terharu. Kesediaan melakukan sharing pengalaman melalui buku ini menjadikan saya merasa tidak sendirian dalam mengarungi hari-hari bersama kanker yang saya idap. Buku ini juga menambah semangat saya untuk terus berjuang semaksimal mungkin mendapatkan kesembuhan. Saya juga yakin sekali bahwa Allah selalu akan mendampingi dan menolong kita dengan kasih-Nya. Aamiin.

Bpk Hanny Seloadji:
Dari berbagai macam pengalaman medical yang luar biasa maupun perjalanan iman spiritual yang hebat dari para penyintas kanker, buku berjudul Manusia-Manusia Kuat ini amat informatif dan sangat inspiratif. Dibalut dengan cover warna pelangi yang indah yang melambangkan pengharapan dalam kasih-Nya.

Terima kasih saya ucapkan pada Paguyuban Pelangi. Semoga Paguyuban Pelangi bisa terus berkarya bagi sesama demi kemuliaan-Nya. Tuhan memberkati kita semua. Amin.

Ibu Nurti Sitanggang:
Buku ini sangat bagus. Ia memberikan solusi dan motivasi untuk kita yang masih menjalani pengobatan ini. Terima kasih kepada Paguyuban Pelangi yang telah menerbitkannya.

Saya juga sangat berbahagia turut serta di dalam Paguyuban Pelangi Pondok Indah. Saya merasa tidak sendiri. Banyak teman-teman sependeritaan yang semuanya baik hati, saling mendukung, dan saling memberikan support.

Semoga Paguyuban Pelangi Pondok Indah bisa semakin mewadahi para penyintas kanker dan menumbuhkan harapan untuk menikmati hidup yang telah dianugerahkan Tuhan ke depannya. Tuhan memberkati kita semua.

—0—

Buku yang dicetak terbatas dan dibagikan secara gratis ini sebenarnya bisa lebih memberi manfaat bagi yang tidak kebagian edisi cetaknya melalui upaya pendistribusiannya secara pdf untuk menjangkau pembaca dalam lingkup yang lebih luas. Upaya lain yang dapat dilakukannya adalah menyediakannya dalam satu drive tertentu untuk diakses secara bebas. Semoga ada yang berkenan menunjukkan kepeduliannya untuk mengurus dan memfasilitasi upaya tersebut. •

|Sujarwo

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Antar Kita
  • WEEKEND PASUTRI
    WEP adalah singkatan dari Weekend Pasangan Suami Istri, suatu program belajar bersama selama 3 hari 2 malam untuk pasangan...
  • GKI ORCHESTRA: Kidung Pengharapan
    Sekilas tentang GKI Orchestra GKI Orchestra merupakan ruang bagi remaja-pemuda dari seluruh GKI untuk memberikan talenta dan kerinduannya dalam...
  • Mata Air Kasih-Nya
    Yesus adalah Raja, ya benar, tetapi Ia berbeda dari raja yang lain. Sebuah Kerajaan, memiliki bendera, apapun modelnya, bahkan...
  • BELAJAR MELAYANI SEDARI KECIL
    Ibadah Anak/Sekolah Minggu sudah selesai, tapi masih banyak Adik adik Sekolah Minggu yang belum beranjak meninggalkan sekolah Tirta Marta...