APAKAH KOMUNIKASI YANG EFEKTIF?
Kolose 4:6 berkata, “Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang.”
Komunikasi adalah saling memberi informasi, yang dilatarbelakangi oleh pengertian, emosi, dan maksud di balik informasi tersebut. Komunikasi bukan sekadar menyampaikan pesan kepada lawan bicara kita, tetapi lebih dari itu, lawan bicara kita harus mengerti apa yang kita katakan.
Komunikasi efektif merupakan kombinasi dari keterampilan komunikasi nonverbal, mengelola stres, mendengarkan dengan keterlibatan, mampu meyakinkan dan mengerti emosi kita maupun lawan bicara kita, dan tahu waktu yang tepat untuk menyampaikannya. Ia merupakan perekat yang dapat merekatkan hubungan dengan lawan bicara kita dan meningkatkan kerja sama dalam tim, dalam mengambil keputusan dan memecahkan masalah. Komunikasi efektif memampukan kita menyampaikan kritik atau hal yang sulit tanpa menimbulkan konflik atau merusak kepercayaan yang sudah dibangun. Perlu waktu dan usaha keras disertai banyak latihan untuk menjalin komunikasi seperti ini.
HAMBATAN-HAMBATAN DALAM BERKOMUNIKASI SECARA EFEKTIF
Stres dan emosi yang di luar kendali. Dalam situasi demikian, percakapan kita menjadi terganggu dan sering menimbulkan kesalahpahaman. Sebaiknya kita mengambil waktu untuk menenangkan diri dulu sebelum melanjutkan percakapan kita, atau percakapan itu kita tunda. Amsal 15:1 mengatakan, “Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan amarah.”
Banyaknya pekerjaan membuyarkan konsentrasi sehingga menyebabkan kita tidak berfokus dengan baik. Sebaiknya kita menyediakan waktu untuk berfokus menyampaikan berita kita.
Bahasa tubuh yang tidak konsisten. Komunikasi nonverbal harus memperkuat apa yang kita katakan dan bukan mengingkarinya. Kalau kita mengatakan sesuatu, tetapi kita tidak menatap lawan bicara kita, atau kita melipat tangan kita ke belakang, maka lawan kita akan mengira bahwa kita tidak berkata dengan jujur. Misalnya kita bilang ‘ya’ padahal kita menggelengkan kepala.
Bahasa tubuh yang negatif. Kita boleh tidak setuju dengan pendapat lawan bicara kita, tapi janganlah kita melipat tangan, memandangnya dengan sinis, dsb., karena hal ini akan menyebabkan lawan bicara kita defensif. Kalau kita tidak setuju dengannya, kita dapat mengatakannya dengan sikap dan cara yang baik.
MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI
Menjadi pendengar yang baik. Orang sering fokus pada apa yang ingin dikatakannya, namun komunikasi yang efektif harus sedikit berbicara dan lebih banyak mendengarkan. Jakobus 1:19 berkata, “Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah.” Menjadi pendengar yang baik bukan hanya mengerti apa yang ingin disampaikan atau dikomunikasikan oleh lawan bicara kita, melainkan juga memahami emosinya.
Jangan hanya sekadar mendengarkan apa yang dikatakan oleh lawan bicara kita, tapi dengarkanlah dia dengan keterlibatan, agar memberi kesan kepadanya bahwa ia didengarkan dan dipahami, sehingga menjalin hubungan dengannya. Amsal 10:19 berkata, “Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi.”
Jika lawan bicara kita berbicara dengan tenang, kita pun akan tenang. Namun bila lawan bicara kita berbicara dengan tidak tenang, kita harus tetap tenang dan mendengarkan dengan penuh perhatian sehingga ia merasa diperhatikan.
Mendengar dengan keterlibatan sama dengan mendengarkan secara efektif. Sering komunikasi kita dengan orang lain tidak efektif, karena sebelum lawan bicara kita selesai berbicara, kita sudah memotong pembicaraannya. Hal itu seperti kita pergi berobat ke dokter. Sebelum kita selesai berbicara, si dokter sudah menulis resep. Dapatkah kita memercayai dokter itu? Rasul Paulus, di dalam Filipi 2:3-4 berkata, “… dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri dan janganlah tiap-tiap orang hanya memerhatikan kepentingan diri sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.”
MENGAPA MENDENGARKAN ITU BEGITU PENTING?
Ketika kita mendengarkan seseorang berbicara, kita harus menunjukkan bahwa ia penting dan menunjukkan rasa hormat kepadanya, sehingga dengan sendirinya ia akan mendengar dengan baik apa yang kita bicarakan. Demikian juga kalau dokter tadi mendengar dengan serius keluhan pasiennya, maka dengan sendirinya si pasien akan membeli obat dari resep yang dibuat oleh dokter tersebut.
MENGAPA KITA SERING MENDENGARKAN TETAPI TIDAK EFEKTIF?
Sering terjadi selagi berbicara, kita sudah mengeluarkan penyelesaian masalah tanpa mendengarkan dulu dengan baik. Kadang-kadang juga sudah ada rencana di benak kita sebelum lawan bicara kita menyelesaikan percakapannya. Amsal 18:13 berkata, “Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaan.” Bagaimana pun kita harus menghargai lawan bicara kita sebagai individu yang penting.
Ada beberapa hal penting di dalam berkomunikasi secara efektif:
- Tetap tenang, bahkan di bawah tekanan. Di dalam situasi yang menekan, kita jangan terlarut dalam emosi, tetap tenang dan rasional.
- Gunakan taktik mengulur waktu. Beri kesempatan atau waktu untuk kita berpikir, kalau perlu kita tanya penjelasan dari lawan bicara kita sebelum kita memberikan respons.
- Berikan satu pendapat dan berikan contoh untuk informasi yang kita berikan. Jangan memberi respons yang terlalu panjang/banyak pendapat, karena kita akan kehilangan perhatian dari lawan bicara kita. Lihat dulu reaksi lawan bicara kita, kalau kondusif baru dilanjutkan dengan memberi pendapat kedua, apabila masih diperlukan.
- Sampaikan kata-kata kita dengan jelas. Di dalam banyak kasus, cara kita menyampaikan sesuatu itu sangat penting. Berbicaralah dengan jelas, pertahankan nada suara yang tenang, buatlah kontak mata. Jagalah agar bahasa tubuh tetap santai.
- Buat humor. Kadang-kadang kita tidak bisa menghindari situasi yang tegang, karena itu mungkin perlu melontarkan sedikit humor agar mencairkan keadaan.
- Bersedia untuk berkompromi. Kadang-kadang kita menghadapi sedikit perbedaan pendapat, namun kalau hal itu tidak prinsipiil, kita bisa berkompromi demi lancarnya pembicaraan saat itu maupun untuk hubungan mendatang (misalnya soal istilah yang dipakai).
- Sepakat untuk tidak sepakat. Kadang-kadang ada perbedaan pendapat yang mendasar. Cobalah beristirahat sejenak, namun setelah pembicaraan dimulai lagi dan masih tidak ada titik temu dari kedua belah pihak, kita bisa sepakat untuk tidak sepakat, artinya kedua pihak saling menghormati pendapat masing-masing.
- Belajar untuk berkata “Tidak”. Kadang-kadang kita menghadapi situasi yang berhubungan dengan integritas, masalah waktu yang tidak memungkinkan, dsb. Dalam situasi seperti ini kita harus berani berkata “Tidak”, tetapi mengatakannya dengan kasih, seperti dikatakan di dalam Efesus 4:15, “Tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.”
Contoh komunikasi yang baik terdapat di dalam Ester 7:1-6. Pada saat itu Ester berkomunikasi dengan Raja Ahasyweros, untuk menyampaikan apa yang dialami bangsanya yang dijadikan budak, dibunuh dan akan dimusnahkan. Ester menyampaikan dengan jelas dan benar, padahal orang yang menganiaya bangsanya datang bersama raja (Haman). Ahasyweros mengerti dan percaya kepada Ester sehingga Haman dihukum mati.•
» Nugroho Suhendro
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.