Manusia diciptakan menurut gambar Allah, dengan harapan ia akan bersifat dan berkepribadian seperti (yang dikehendaki) Allah, serta dirancang untuk hidup bersama Allah. Dengan demikian ia akan tetap bersama Allah dalam keabadian serta menjalani kehidupan yang harmonis, penuh sukacita dan damai sejahtera di tempat yang Allah sediakan baginya, Taman Eden. Tidak ada gambaran yang lebih ideal dari gagasan itu dalam merancang kehidupan bersama Allah.
Manusia Jatuh Dalam Dosa
Dimuliakannya manusia oleh Allah dianggap berlebihan oleh Iblis. Ia tidak merelakan manusia hidup dalam rancangan dan ketetapan Allah seperti itu. Ia sangat iri dan bersumpah untuk menggagalkan rencana Allah atas manusia ini. Ketika menggugat Allah sudah sangat tidak mungkin, maka ia mencari celah lain yang memungkinkan, yakni membujuk dan memperdaya manusia.
Peristiwa di Taman Eden bersama Hawa, dan akhirnya juga Adam, membuat manusia jatuh dalam dosa dan mengingkari serta menggagalkan rencana Allah. Peristiwa itu benar-benar merusak hubungan manusia dengan Allah. Allah harus merelakan rencana indahnya bagi manusia digagalkan oleh ulah dan keputusan bodoh manusia. Bahkan Allah mengusir mereka dari Taman Eden. Sejak saat itu terputuslah hubungan langsung antara manusia dan Allah.
Pada akhirnya dosa merusak semuanya. Manusia membentuk sendiri sifat dan kepribadiannya dalam cengkeraman dosa yang mengotori pikiran, perasaan, hidup serta lingkungannya. Pembunuhan, pencurian, pencederaan, pemberontakan serta perlawanan terhadap Allah dimulai dari kepribadian dosa ini.
Manusia makin menjauh dari Allah, meskipun senantiasa timbul kerinduan untuk kembali kepada-Nya. Namun natur dosanya mengantar manusia untuk berusaha dengan cara dan kekuatannya sendiri. Makin ia berkeras berusaha menemukan Allah, makin melebar jarak antara Allah dan dirinya. Peristiwa Menara Babel menjelaskan tentang hal itu. Manusia terhilang dan tersesat, tidak mampu menemukan jalannya untuk kembali kepada Allah. Sepanjang sejarah, manusia terus berupaya menemukan jalan dan mengadakan pendamaian dengan Allah, tapi tidak berhasil. Sangat diyakini Iblis juga berperan aktif dalam hal ini untuk menahan manusia kembali kepada Allah.
Misi Penyelamatan Allah
Sebenarnya Allah bisa saja tidak peduli dan tetap bersemayam dalam kemuliaan-Nya serta membiarkan manusia mendapatkan konsekuensi dari pilihan sikapnya untuk berdosa dan melawan Allah. Allah bisa saja tetap murka karena manusia yang diciptakan menurut gambar-Nya dan diistimewakan-Nya berbalik memberontak, melawan, bahkan mengingkari-Nya sebagai Pencipta yang harus dimuliakannya.
Namun Allah yang begitu mengasihi dunia dan isinya, termasuk juga manusia yang diciptakan dengan indah dan baik, bahkan sangat baik ini, tidak merelakan semuanya rusak dan binasa karena dosa. Allah tidak membiarkan manusia terus terhilang. Memahami ketidakmampuan manusia, maka Allah berprakarsa untuk menyambung jembatan yang terputus itu dari pihak-Nya sendiri. Dia menyusun Misi Penyelamatan dengan mengirim Utusan Surgawi guna turut mewujudkan proses penyelamatan manusia melalui penebusan dosa yang dilakukan baginya. Karena upah dosa adalah maut, maka mautlah yang akan menjadi bayaran bagi dosa-dosa manusia itu. Maut yang semula akan ditanggungkan kepada manusia, diambil alih oleh Allah agar terjadi penebusan itu. Karena oleh satu orang semua manusia berdosa, maka oleh satu orang Manusia pula segenap dosa manusia akan ditebus.
Berprakarsa Turun ke Dunia
Yohanes 3:16 menjelaskan: Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Jadi misi penyelamatan manusia itu murni prakarsa Allah sebagai jawaban dan solusi-Nya terhadap ketidakmampuan manusia untuk menemukan jalan dan cara kembali kepada Allah. Dan misi penyelamatan itu dimulai dengan pengutusan Yesus Kristus yang berinkarnasi menjadi manusia, hidup dan berkarya di tengah manusia di dunia, agar nantinya mati di kayu salib sebagai tebusan atas dosa-dosa manusia. Tujuan kelahiran Kristus adalah untuk mati di kayu salib…
Bagaimana manusia percaya kepada Anak-Nya? Dengan meyakini bahwa Dia diutus Allah untuk datang ke dunia karena kasih-Nya yang teramat besar bagi manusia. Juga mengimani bahwa Dia mati di kayu salib untuk menebus dosa-dosa manusia dan menyelamatkannya dari kematian kekal yang seharusnya diterima sebagai ganjaran atas dosa-dosanya. Itulah hakikat Injil atau Kabar Baik.
Namun demikian Iblis tidak membiarkan rencana Allah itu berjalan mulus. Ia tetap berupaya menggagalkannya melalui manusia-manusia lemah yang bisa dibujuk untuk tidak bekerja sama dengan Allah dalam misi penyelamatan itu. Kemungkinan pertama yang diharapkan adalah penolakan Maria atas perkenan Allah untuk menggunakannya sebagai perantara kelahiran Sang Juru Selamat. Pokok persoalan yang dikemukakan adalah soal eksistensi, kehormatan, nama baik, serta budaya keluarga dan masyarakat. Iblis gagal menggunakan Maria karena Maria berserah kepada Tuhan. Sasaran keduanya adalah Yusuf yang dibebani dengan isu kesetiaan, kesucian, harga diri, dan nama baik, agar meragukan dan menolak Maria menjadi istrinya. Namun iblis juga gagal karena Yusuf merendahkan hatinya terhadap rencana agung Allah. Tak berhenti sampai di situ, Iblis menggunakan Herodes untuk menjadi penghalang rencana Allah dengan berupaya membunuh bayi Yesus yang baru dilahirkan. Melalui upaya ini pun Iblis gagal. Rencana Allah berjalan terus.
Mengalah Terhadap Kematian
Pelayanan Yesus di dunia sungguh menakjubkan. Dalam waktunya yang sangat singkat, kemuliaan Allah diberitakan dan dinyatakan. Banyak orang ingin menjadikan-Nya raja orang Yahudi. Mereka melihat-Nya sebagai sosok yang sangat berwibawa, penuh kuasa, dan sarat hikmat.
Namun ketika kematian-Nya tiba, Yesus tak hendak ingkar terhadap misi-Nya. Meskipun sempat terjadi konflik batin untuk bisa terus melayani dan menghindari kematian yang dirasa terlalu cepat menghampiri, Dia memilih untuk melaksanakan kehendak Allah dengan teguh hati. Seperti yang tercermin dari doa yang dinaikkan-Nya di Getsemani: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu daripada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki” (Matius 26:39). Dia pun siap menyerahkan nyawa-Nya. Mengalah terhadap kematian untuk mendatangkan keselamatan.
Dalam hal ini pun Iblis tidak berpangku tangan. Pertama ia menggunakan Petrus untuk membujuk Yesus agar tidak menjalani rencana kematian-Nya. Namun Yesus tahu upaya dan pekerjaan Iblis. Dia menghardik Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia” (Matius 16:23). Selanjutnya Iblis juga menggunakan kemanusiaan Pilatus untuk mencoba menggagalkan akhir Misi Allah. Karena Pilatus tidak melihat kesalahan pada Yesus, ia bermaksud membebaskan-Nya. Namun karena ia juga ingin menunjukkan prestasinya kepada kaisar dalam menjaga ketertiban di Yudea (juga karena takut kepada orang-orang Yahudi), maka akhirnya ia menyerahkan Yesus untuk disalib. Iblis kembali gagal menghalangi rencana penyelesaian Misi Penyelamatan Manusia oleh Allah.
Yesus disalibkan. Menjadi korban tebusan bagi dosa-dosa manusia. Karya Keselamatan dibuka seluas-luasnya oleh Allah. Tidak ditujukan untuk bangsa Yahudi sebagai ‘bangsa pilihan’ saja, tetapi kepada seluruh umat manusia yang mau percaya kepada-Nya dan kepada Misi-Nya. Kepada mereka juga akan diberikan sebutan sebagai ‘bangsa terpilih’, seperti diungkapkan oleh surat 1 Petrus 2:9, Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.
Sampai di sini misi Allah untuk menyelamatkan manusia telah berakhir. Misi-Nya telah berjalan secara tuntas dan sempurna. Manusia telah beroleh Juru Selamat yang mati menggantikan mereka dan menanggung dosa–dosa mereka. Jalan keselamatan bagi manusia terbuka. Sarana rekonsiliasi dengan Allah telah tersedia. Bukan melalui upaya yang tidak mampu dilakukannya lagi, melainkan dengan percaya. Yaa … percaya saja!
Kemenangan Kebangkitan
Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu.
(1 Korintus 15:14).
Bahwa Yesus datang ke dunia dan mati sebagai tebusan dosa manusia adalah inti dari pengakuan percaya iman Kristen, namun kebangkitan Kristus adalah dasar semangat pemberitaan Injil, kekuatan iman, serta pengharapan Kristen untuk keluar sebagai pemenang.
Banyak orang lain dapat melakukan hal seperti yang Yesus lakukan. Berkorban bagi kepentingan orang lain, bahkan menyerahkan nyawanya sekalipun. Namun tidak ada satu pun dari mereka yang mampu menyamai dimensi keselamatan yang dibawa oleh Yesus dalam misi keselamatan-Nya. Dan tidak ada satu pun dari mereka yang dibangkitkan dari kematian. Yesus dibangkitkan dari kematian, hidup mendampingi dan tetap berkarya bagi karunia keselamatan yang dianugerahkan-Nya guna memberikan jaminan kehidupan abadi bagi mereka yang percaya kepada-Nya serta melakukan kehendak-Nya.
“Sebab Dia hidup ada hari esok, oleh karenanya ku tak gentar, karena ku tahu Dia pegang hari esok, hidup jadi berarti sebab Dia hidup..” tulis Gloria & William Gaither dalam lagu mereka ‘Because He Lives’. Lirik lagu ini menggambarkan iman yang teguh dan bertumbuh dari mereka yang meskipun hidup susah, namun masih mampu membangun harapan, karena mereka tahu pasti kepada siapa mereka berharap, yakni kepada Yesus Kristus Juru Selamat mereka, yang bangkit dari kematian dan hidup mendampingi mereka.
Jadi bila kematian Yesus di kayu salib adalah akhir dari rangkaian misi penyelamatan manusia, maka Kebangkitan adalah lembaran baru dalam hidup yang menang karena suksesnya misi penyelamatan tadi. Di sini Iblis tidak mampu lagi menyentuh karya Allah karena tidak ada obyek yang dapat diperdayanya. Semuanya adalah peran dan otoritas Allah. Kebangkitan Yesus dari kematian menunjukkan bahwa maut, representasi tertinggi dari kemenangan Iblis telah dikalahkan, bahkan ditaklukkan. Itulah Kemenangan Kebangkitan…
***
» Sujarwo
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.