Kata-kata, merupakan sesuatu yang biasa kita gunakan dan kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak dalam tahap awal pertumbuhan mereka, akan diajarkan untuk dapat mencerna dan mengungkapkan sesuatu melalui kata-kata. Kata-kata merupakan media komunikasi yang sangat umum digunakan manusia. Tapi tahukah kita bahwa kata-kata pada dasarnya bersifat ilahi dan berkuasa?
PL: Kisah Penciptaan
Ingatkah kita akan kisah penciptaan? Dalam Kejadian pasal 1, dituliskan bahwa pada mulanya bumi belum berbentuk dan kosong, gelap gulita menutupi samudera raya. Ada suatu kekacauan yang terjadi dalam alam semesa. Dalam situasi ini Allah memulai karya penciptaan dengan satu aksi, yaitu BERFIRMAN. “Berfirmanlah Allah: ‘Jadilah terang.’ Lalu terang itu jadi.“ (Kejadian 1:3) Dalam bahasa aslinya, kata ‘berfirman’ (vayomer) dapat diterjemahkan dengan berkata. Karena itu dalam Alkitab terjemahan King James Version & NIV, kata ini dituliskan: ‘And God said’ (dan Allah berkata).
Hal yang menarik! Rupa-rupanya dalam menciptakan dunia, perkataan Allah memiliki peran yang begitu besar. Alkitab mencatat penggunaan kata vayomer (berfirmanlah/ berkatalah) sebanyak 9 kali dalam kisah penciptaan.* Dan secara ajaib seluruh komponen alam semesta tercipta, hanya dari perkataan Allah! Betapa suatu perkataan dari Allah memiliki wibawa dan kuasa yang luar biasa!
Melalui Firman-Nya (perkataan-Nya) Allah menciptakan sesuatu yang tidak ada, menjadi ada (creatio ex nihilo), dan membuat apa yang kacau, yang tidak baik, menjadi baik dan tertata. “Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu sungguh amat baik” (Kejadian 1:31).** Inilah esensi utama kata-kata yang berasal dari Allah, ia menata yang tidak baik menjadi baik, ia memberi kekuatan dan memulihkan.
PB: Inkarnasi Sabda Allah
Bagaimana di Perjanjian Baru? Injil Yohanes mencatat suatu kesaksian dalam pembukaan kitabnya:
Yoh 1:1-3, 14 “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. 2 Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. 3 Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan… 14 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.”
Rupanya, Injil Yohanes mempersaksi-kan hal serupa dengan Kejadian 1, bahwa Firman Allah (Logos= kata, perkataan Allah) memang dari semula bersama-sama dengan Allah dan turut berperan dalam karya penciptaan Allah. Firman Allah bukan sekadar objek/ benda mati yang dipakai Allah. Ia adalah Subjek yang menciptakan dunia ini! Di ayat 14 terlebih lagi dituturkan bahwa Firman itu telah menjadi Manusia! Dialah Kristus sang Sabda Allah, yang berkarya menyembuhkan dunia yang sakit jasmani dan rohaninya. Dia menguatkan iman yang lemah, Dia memulihkan relasi Allah dengan manusia yang rusak dan kacau melalui karya keselamatan-Nya.
Dari dua ungkapan baik di PL dan PB ini kita melihat satu hakikat yang sama, bahwa kata-kata yang berasal dari Allah bukanlah sebuah benda mati. Ia hidup dan memiliki kuasa untuk mencipta, menata, dan memulihkan dunia.
Manusia: Imago Dei
Pertanyaannya: Bagaimana dengan keberadaan manusia dan kata-kata yang diucapkannya?
Kejadian 1:26a,27 “Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita,’ … Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.”
Secara alkitabiah, manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah (Imago Dei). Artinya, manusia memiliki akal budi, kreasi mencipta, kemandirian dan kehendak bebas, serta kemampuan berkata-kata, sebagaimana Allah. Sebab itulah Allah dapat berkomunikasi dengan manusia, bahkan memberikan mandat untuk melakukan kehendak-Nya, memelihara dan menatalayani alam semesta. Namun karena manusia memiliki kehendak bebas, maka tindakan dan perkataannya justru sering kali menentang dan memberontak kepada Allah. Gambar diri Allah dalam pribadi manusia telah rusak oleh dosa.
Syukur!! Karya penebusan Kristus memang telah memulihkan relasi manusia dengan Allah dan memulihkan gambar diri Allah dalam diri manusia. Hanya saja, penebusan yang diberikan Allah rupanya tidak menjamin setiap orang Kristen dapat bertindak dan berkata-kata dengan bijak! Bukan hal asing bagi kita jika kata-kata yang diucapkan oleh orang Kristen tidak mendatangkan penguatan dan berkat, tapi justru mendatangkan malapetaka dan luka hati.
Kita tentu teringat akan banyaknya perang yang mengatasnamakan agama, retaknya hubungan persahabatan dan rumah tangga Kristen, yang didorong hanya oleh penggunaan kata yang tak tepat dan menyakiti satu sama lain. Hal ini tentu menjadi keprihatinan bagi kita sebagai umat Tuhan yang diciptakan segambar dan serupa dengan Allah.
Firman Tuhan dalam Amsal 12:18 menyatakan: “Ada orang yang lancang mulutnya seperti tikaman pedang, tetapi lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan.”
Berkata-kata merupakan pilihan setiap orang. Jika kita memilih berkata-kata untuk sekadar memuaskan hati, menuruti kehendak duniawi, maka tak jarang orang-orang di sekitar kita akan terluka. Tapi jika kita berhati-hati dalam berkata-kata, mau menyingkirkan ego, lalu memohon tuntunan Kristus sang Sabda Allah untuk memenuhi hati, pikiran dan perkataan kita, maka niscaya kuasa-Nya akan menolong perkataan kita untuk dapat menguatkan sesama, menciptakan kebaikan, menyembuhkan luka dan mendatangkan berkat Allah bagi orang lain.
Mari ingat, kita diciptakan segambar dan serupa dengan Allah. Karena itu, mari bertindak dan berkata-kata dalam pimpinan-Nya yang membawa sukacita dan kebaikan bagi dunia sekitar kita.
Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku! (Mazmur 141:3)
Guratan P. Pragolaesa
* Dalam kisah penciptaan di kitab Kejadian, kata yang digunakan adalah ‘vayomer’ (kata kerja) karena menjelaskan aksi Allah: berfirmanlah. Namun kata benda untuk kata Firman/Kata/Sabda dalam PL adalah ‘Davar ‘ yang kuat korelasinya dengan kata ‘Logos’ (Firman/Sabda/Kata) dalam PB, yang menunjuk kepada subjek Firman Allah yaitu Yesus Kristus.
** Selain dalam kisah penciptaan, di Perjanjian Lama juga ditemukan banyak sekali kata ‘vayomer’ (berfirman/ berkata) dalam maksud Allah untuk menuntun umat-Nya. Misalnya saja kata-kata Allah kepada Nuh, Abram, Yakub, dsb. Hemat kata, perkataan Allah memang memiliki kekuatan yang besar dalam rangka mencipta, menuntun dan menguatkan kehidupan umat-Nya.•
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.