Natal adalah proklamasi datangnya sang Firman dan Terang, ke dan bagi dunia yang terperangkap dalam kebingungan, kekacauan, dan kegelapan. Dunia kita adalah dunia yang terasing dari Allah, dari segenap ciptaan, dan dari dirinya sendiri. Sang Firman dan Terang itu adalah Tuhan sendiri yang berkenan untuk memulihkan ciptaan-Nya yang dikasihi-Nya. Namun dunia tidak mengenali-Nya, bahkan menolak-Nya. Dunia terlalu sibuk dengan dirinya sendiri, sehingga gagal “melihat” tangan kasih Tuhan yang terulur kepadanya. Dunia terlalu sibuk dengan “hal-hal lain” yang lebih mengasyikkan dan menarik hatinya, sehingga tidak menyadari betapa parah keadaannya sendiri, serta menjadikannya kian tidak peka pada niat baik Tuhan baginya.
Namun demikian IA tetap datang ke dan bagi dunia. Kekacauan dan kebingungan tak dapat menghampakan makna kebenaran-Nya. Kegelapan tak dapat menutupi atau menguasai-Nya. Kasih-Nya yang tak terukur itu datang dan dinyatakan, untuk membarui dunia yang tak mengenali bahkan menolak-Nya. Kasih yang dinyatakan tanpa syarat. Kasih yang tetap membara walau ditolak.
Kasih yang sama ditunjukkan-Nya kepada kita. Kita yang pada hakikatnya kerap menolak-Nya dengan berbagai cara. Dengan pengingkaran kita atas iman dan tugas panggilan kita sebagai orang percaya. Dengan kecenderungan untuk hidup menurut ukuran kita sendiri bahkan dunia. Dengan egosentrisme kita. Dengan tipisnya integritas kita, dan banyak lagi.
Maka Natal mestinya menjadi momen untuk membarui diri. Momen untuk menyadari betapa tidak layaknya kita, namun betapa Tuhan berkenan merengkuh kita dalam pelukan kasih-Nya. Momen bercermin pada kasih-Nya dalam relasi-relasi kita. Momen untuk bangkit mewartakan kasih-Nya yang tak terukur itu.
Selamat Hari Natal 2016 dan Tahun Baru 2017 dalam kasih-Nya yang murni, tulus dan agung itu.
PWS
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.