Holiday With Jesus 2011 dan Konser Gabrielle

Holiday With Jesus 2011 dan Konser Gabrielle

1 Komentar 28 Views

Logo HEROBerawal dari pembicaraan pada suatu hari Minggu siang di bulan Februari 2011 antara Joyce, Kak Ina, Kak Ira, Meilita dan Franky, tentang Hero Head Quarters (HHQ), diputuskanlah untuk menyelenggarakan Holiday With Jesus (HWJ) pada musim liburan kenaikan kelas bulan Juni ini dengan menggunakan tema HHQ (HERO HEADQUARTERS).

Komisi Anak bersama para tokoh HERO HEADQUARTERS mengajak anak-anak Sekolah Minggu mengawali liburan bersama Tuhan dan mengenal Tuhan Yesus lebih dekat melalui tokoh anak-anak di dalam Alkitab.

Anak-anak juga didorong untuk menjadi pahlawan kecil dalam kehidupan sehari-hari. HWJ kali ini disampaikan melalui cerita, lagu dan aktivitas yang seru dan ceria, lalu ditutup dengan penampilan Konser Paduan Suara Anak Gabrielle. HWJ diselenggarakan pada sore hari tanggal 17-19 Juni 2011 di GKI Pondok Indah dari pukul 4 s/d 6. Kegiatan dibagi dua: untuk anak-anak Play Group hingga TKB di lantai III dan untuk anak SD kelas 1 s/d kelas 6 di Gedung Gereja.

  • Tema hari 1: “Heroes do the UNEXPECTED.” Tindakan sederhana yang berdampak besar bagi orang lain (2 Raja-Raja 5:1-14).
  • Tema Hari ke-2: “Heroes SAVE THE D-DAY.” Belajar mengenai pemberian yang menjadi mukjizat (Yohanes 6:1-13).

Paduan Suara Anak Gabrielle berperan melayani Tuhan dalam HWJ dengan menggelar “konser” kecil pada penutupan HWJ.

Waktu persiapan HWJ ternyata tidak lebih dari 4 (empat) bulan, sejak Februari sampai dengan tanggal yang ditentukan, 19 Juni 2011. Wah, anak-anak Gabriel harus sungguh-sungguh belajar lagu-lagu baru dan gerak dalam waktu yang singkat.

Dimulailah latihan demi latihan pada hari Minggu seperti biasa, setelah selesai Sekolah Minggu pukul 11.000-12.00 dengan pelatih vokal dan gerak Meilita (Kak Mei) dan dengan diiringi keyboard oleh Kak Franky, kemudian ditambah latihan-latihan pada hari Sabtu pukul 10.00-12.00 (walaupun kadang-kadang terlambat karena sesuatu hal, mohon maaf kepada para orangtua yang mengantar jemput anak-anak), Walaupun dalam setiap latihan hari Sabtu tidak seluruh anak bisa berkumpul karena kesibukan masing-masing (ada yang les, ada yang sakit atau mengikuti acara bersama keluarga), namun mereka tetap bersemangat untuk berlatih. Satu bulan menjelang tanggal yang ditentukan, latihan-latihan pada hari Sabtu ditambah dua sampai tiga jam.

Urusan konsumsi menjadi masalah yang penting pada setiap latihan, apalagi menjelang persiapan terakhir. Karena waktu latihan cukup lama, anak-anak tidak hanya butuh makan siang tapi juga snack tambahan. Puji Tuhan, Kak Ira sigap menangani masalah ini, sehingga anak-anak tidak pernah kelaparan… Terima kasih Kak Ira!

Sementara anak-anak sibuk latihan, muncullah masalah kostum. Kostum yang bagaimana yang akan mereka kenakan? Kak Ina mengusulkan untuk memakai batik. Oke, setuju… biar menumbuhkan cinta batik kepada anak-anak. Setelah diskusi antara Kak Ina, Kak Ira, Meilita, akhirnya diputuskan model rok batik untuk anak perempuan dan sarung untuk anak laki-laki.

Wah, banyak banget butuhnya nih, hampir 40 orang dengan para pemusiknya (karena pada saat “konser,” Gabrielle akan diiringi langsung oleh band pengiring).

Akhirnya, untuk memperoleh batik yang murah, bagus, dalam jumlah banyak dengan anggaran yang terbatas, kami mulai berpikir… mau beli di mana ya? Kebetulan dalam suatu kesempatan, saya harus pergi ke Solo, sehingga saya berburu batik di sana dengan dibantu oleh dua orang teman penduduk setempat. Akhirnya di sebuah butik batik, kami menemukan gulungan batik baru, yang baru dikirim dari pabriknya. Wah, fresh from the fabric… he… he… Setelah melakukan penawaran dengan harga terendah, kami membeli 70 m batik dengan motif (yang menurut saya) paling bagus untuk anak-anak, bergambar kipas berwarna-warni.

Sesampai di Jakarta, saya ternyata tidak salah pilih, karena banyak yang menyukainya. (terima kasih,.terbayar sudah lelahnya…).

Tugas selanjutnya adalah mendatangkan penjahit untuk mengukur anak-anak. Dalam waktu singkat, ia harus mampu membuat sekitar 40 potong pakaian, baik untuk anak-anak perempuan dan Meilita (rok) maupun untuk untuk anak-anak laki-laki dan pemusik (sarung).

Kembali ke latihan anak-anak. Dalam suatu kesempatan, ada beberapa anak laki-laki yang “hanya diam” dalam latihan, kurang bersemangat dan kelihatan tidak berminat. Demi sempurnanya pelayanan Gabrielle, maka Meilita sebagai pelatih memanggil anak-anak itu dan memberikan “wejangan,” bahwa apabila mereka tidak sungguh-sungguh berlatih, maka teman-teman yang berlatih dengan serius akan ikut menanggung akibatnya. Juga bahwa mereka mengikuti latihan ini bukan karena keinginan orangtua, tetapi karena mereka sendiri memang menginginkannya. Beberapa “hukuman” kecil terselip dalam latihan ini, misalnya harus berdiri di pojok dan tidak boleh ikut latihan, tetapi tetap memperhatikan teman-teman yang berlatih. “Hukuman” itu bertujuan untuk mendisiplinkan anak, agar anak-anak tahu bahwa mereka ikut Gabrielle karena memang ingin ikut melayani Tuhan. Terima kasih ya anak-anak yang manis…

Semakin dekat waktu HWJ, semakin heboh latihannya. Apalagi beberapa anak sudah duduk di kelas 6, sehingga pelayanan mereka di HWJ ini merupakan pelayanan terakhir sebelum mereka memasuki jenjang SMP dan meneruskan pelayanan melalui Paduan Suara Remaja “Shema”.

Kami sempat deg-degan juga, apakah anak-anak mampu menghafal lagu dan gerak yang begitu banyak dalam waktu singkat. Puji syukur, Tuhan memampukan mereka menghafalnya dengan cepat. Dalam Gladi Resik (GR), anak-anak tetap semangat berlatih walaupun dilakukan sore hingga malam hari (langsung dengan band pengiring, terima kasih kepada semua Kakak yang mengiringi Gabrielle!).

Tibalah d-day, Minggu, tanggal 19 Juni 2011.

Pagi. Anak-anak sudah disendirikan sejak pagi di lantai 2 gedung Serba Guna. Kemudian, karena ruangan lantai 2 akan dipakai untuk Kebaktian Pemuda, atas izin Majelis, anak-anak diperbolehkan memakai ruang Konsistori. Sementara orangtua mengikuti kebaktian pukul 09.00, anak-anak juga mengikuti Sekolah Minggu dalam ibadah bersama yang dipimpin oleh Kak Aiko. Terima kasih Kak Aiko!

Seusai kebaktian anak-anak, acara pertama dimulai, yaitu memakai kostum, kaos kuning dan rok/sarung batik. Ramainya… anak-anak mencari kostum masing-masing. Ternyata ada yang belum beres. Beberapa lubang kancing di rok anak-anak masih terjahit. Dengan tergesa-gesa saya menuju ke kantor gereja untuk meminjam gunting. Hebohlah anak-anak, karena mereka harus antri satu per satu untuk membuka lubang-lubang kancing itu. Kebetulan pada waktu itu Ibu Purboyo melihatnya, sehingga ia ikut membantu. Terima kasih, Bu!

Selesai sudah urusan kostum, rambut dan riasan. Terima kasih kepada Kak Shinto yang siap dengan pernak-pernik meriasnya, pita dan karet rambut. Yang lucu, anak-anak perempuan susah disuruh memakai lipstik… he… he… akhirnya hanya memakai lips gloss saja, biar kelihatan segar pada saat diabadikan dengan video.

Kini saatnya berbaris di luar gereja untuk menanti giliran Gabrielle di penutupan HWJ. Waktunya pun tiba. Dengan lagu pembukaan “Kereta Apiku, …Jes-Jes-Jes…” anak-anak memasuki gereja dengan berbaris “menuju Sekolah Minggu,” lalu menempatkan diri di posisi masing-masing yang telah disediakan di panggung.

Pertunjukan ini digelar oleh anak-anak Gabrielle yang berperan sebagai anak-anak Sekolah Minggu, dan Meilita sebagai guru mereka. Mereka bercerita tentang kasih Tuhan melalui beberapa lagu yang dinyanyikan di awal, yaitu King Kong, Happy Ya, Burung Pipit, Terima kasih Seribu.

Selanjutnya Meilita sebagai Guru Sekolah Minggu memberi pelajaran kepada anak-anak tentang “How Wonderful God’s Love In Our Life,” yang artinya “Betapa Indahnya Kasih Tuhan Dalam Hidup Kita.” Anak-anak menyambutnya dengan lagu “The Love of Jesus” dan “Look at the World.”

Di tengah keceriaan tersebut, seorang anak (Danesh) duduk diam bertopang dagu dengan muka sedih. Ia kemudian curhat kepada Guru Sekolah Minggunya. Intinya adalah, papa dan mamanya sibuk bekerja, ia merasa kesepian dan mengenang masa kecilnya dulu yang selalu bersama dan bercanda dengan papa dan mama.

Ia menginginkan perubahan, lalu menyanyikan lagu “I Wanna Make a Difference.” Kemudian anak-anak yang lain berteriak, bahwa perubahan itu susahhhh…

Lalu datanglah seorang guru Sekolah Minggu lain (Andreas), yang menanyakan mengapa kelas gaduh. Mereka menceritakan bahwa Danesh lagi sedih, karena orangtuanya sibuk dan tidak memperhatikannya, tapi di sisi lain ia harus tetap sabar dan sayang kepada mereka. Anak-anak bingung, bagaimana mereka bisa menerima keadaan seperti ini? Kak Andreas menasihati bahwa mereka bisa melakukannya, dengan tetap berdoa. Ia kemudian menyanyikan “Nothing Is Too Hard For You,” yang diikuti anak-anak.

Akhirnya, pelajaran yang ditarik ialah bahwa segala perubahan untuk menjadi lebih baik tidak akan terasa sulit kalau anak-anak berdoa dan meminta tolong kepada Tuhan Yesus, karena Tuhan Yesus adalah Pahlawan buat kita semua.

Pada akhir cerita, anak-anak dengan penuh semangat menyanyikan “God Is My Hero” bersama-sama dengan teman-teman Sekolah Minggu lainnya. Sungguh Tuhan Yesus adalah Pahlawan kita semua.

Selesai sudah “konser” kecil Gabrielle dalam melayani Tuhan melalui HWJ pada tahun 2011. Anak-anak luar biasa! Terbayar sudah rasa lelah selama berbulan-bulan latihan.
Selanjutnya, acara foto bersama. Alangkah serunya! Oh senangnya anak-anak!

Terima kasih Tuhan, karena Engkau mampukan anak-anak untuk melayani-Mu. Semoga acara ini membuat anak-anak lebih bersemangat melayani-Mu, Tuhan.
Dengan berakhirnya HWJdan usainya “konser” Gabrielle, bukan berarti bahwa pelayanan anak-anak Gabrielle kepada Tuhan berakhir. Justru ini merupakan babak baru untuk melayani Tuhan: sekarang, lusa, dan selama-lamanya.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah turut membantu pelayanan ini, teristimewa para orangtua Gabrielle yang senantiasa mengantar jemput anak-anak, menunggui latihan dengan sabar serta terus mendorong anak-anak mereka untuk tetap latihan dan melayani Tuhan.

Sampai jumpa dalam pelayanan berikutnya. Tuhan Memberkati.

Jakarta, Agustus 2011. (a.r.y-71)

1 Comment

  1. Nicholas Ledurinta

    Children restraint digunakan sebagai pengikat sabuk keselamatan agar dapat dengan tepat mengikat anak kecil pada tulang tulang terkuat mereka.

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Antar Kita
  • WEEKEND PASUTRI
    WEP adalah singkatan dari Weekend Pasangan Suami Istri, suatu program belajar bersama selama 3 hari 2 malam untuk pasangan...
  • GKI ORCHESTRA: Kidung Pengharapan
    Sekilas tentang GKI Orchestra GKI Orchestra merupakan ruang bagi remaja-pemuda dari seluruh GKI untuk memberikan talenta dan kerinduannya dalam...
  • Mata Air Kasih-Nya
    Yesus adalah Raja, ya benar, tetapi Ia berbeda dari raja yang lain. Sebuah Kerajaan, memiliki bendera, apapun modelnya, bahkan...
  • BELAJAR MELAYANI SEDARI KECIL
    Ibadah Anak/Sekolah Minggu sudah selesai, tapi masih banyak Adik adik Sekolah Minggu yang belum beranjak meninggalkan sekolah Tirta Marta...