Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat. (Amsal 15:13)
Seorang nenek yang sederhana sering terlihat tersenyum setiap hari, meskipun hidupnya tidak berlimpah harta. Rumahnya kecil, makanannya sederhana, tetapi ia selalu bersyukur dan bahagia. Sementara itu, seorang tetangganya yang kaya raya sering tampak murung, selalu mengeluh tentang banyak hal yang masih kurang. Di sinilah kita melihat bahwa kebahagiaan sejati bukanlah soal kekayaan, melainkan soal hati.
Amsal 15:13 menyampaikan kebenaran sederhana tentang pengaruh hati terhadap seluruh hidup kita. Hati yang penuh sukacita akan terpancar keluar, terlihat pada wajah dan semangat kita sehari-hari. Sebaliknya, hati yang terluka atau dipenuhi kekhawatiran akan membawa kemuraman dan merusak semangat. Salomo juga menekankan bahwa makan sedikit dengan kasih jauh lebih baik daripada makan berlimpah dengan kebencian (ayat 17). Ini adalah pengingat bahwa hubungan dan ketulusan lebih bernilai daripada kemewahan yang diwarnai perselisihan.
Kita sering terjebak dalam mengejar harta, karier, atau kesuksesan hingga lupa bahwa kebahagiaan sejati datang dari hati yang dipenuhi kasih dan damai sejahtera. Kebahagiaan sejati tidak bisa dibeli atau dicapai dengan kesuksesan materi. Amsal ini mengajak kita untuk menjaga hati, menemukan sukacita dalam hal-hal sederhana, dan menghargai relasi yang tulus. Dengan hati yang bersyukur dan gembira, kita bisa menjalani hidup dengan damai dan tidak terpengaruh oleh tekanan dari luar. [Pdt Sri Agus Patnaningsih]
DOA:
Ya Tuhan, kiranya kasih-Mu mengisi hidup kami sehingga kami dapat menikmati setiap momen dengan hati gembira. Amin.
Ayat Pendukung: Ams. 15:13-1; Mzm. 112; 1 Ptr. 3:8-12
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.