Di dalam gelap terbit terang bagi orang benar; pengasih dan penyayang orang yang adil. (Mazmur 112:4).
Aku akan memberikan kepadamu harta benda yang terpendam dan harta kekayaan yang tersembunyi, supaya engkau tahu, bahwa Akulah TUHAN, Allah Israel, yang memanggil engkau dengan namamu (Yesaya 45:3).
Di dalam kegelapan malam kita bisa melihat sinar bintang-bintang, yang tidak bisa kita lihat ketika matahari bersinar terang. Harta kekayaan yang tersembunyi pun lebih mudah kita temukan di tempat yang gelap, karena kilau cahayanya mengarahkan pandangan kita ke sana.
Seorang perempuan Kristen di Eropa, bangun pagi hari di tengah gelapnya hujan salju dan melihat ke pohon apel di halamannya. Di dalam kegelapan, ia yakin bahwa pohon apel itu akan menghasilkan buah ketika musim panas tiba, meskipun saat itu pohon tersebut sedang meranggas, tidak berdaun atau berbunga, karena sedang musim dingin. Perempuan itu tahu bahwa pohon tersebut menyimpan benih kehidupan yang akan bertunas ketika musim semi tiba.
Demikian juga Paulus di dalam kegelapan penjara, meskipun tidak tahu kapan akan dibebaskan, menulis surat kepada jemaat-jemaat yang pernah dikunjunginya tentang kasih karunia Tuhan yang diterimanya. Ia membagikan kabar sukacita itu kepada mereka sambil menyampaikan salam “Kasih Karunia Tuhan besertamu”. Paulus tahu bahwa Tuhan memberkati benih-benih Injil yang telah disiramnya, sehingga kelak akan berbuah lebat.
Di dalam kegelapan kita mencari harta yang tersembunyi dengan senter iman.
Sebagai orang Kristen, kita tidak luput dari penderitaan, ujian, kesusahan, kehilangan orang yang kita kasihi, frustasi di dalam pekerjaan, sakit-penyakit, dll. Kita harus menghadapi semuanya itu dengan sikap yang benar, dengan meyakini bahwa Tuhan tidak akan membiarkan sesuatu terjadi pada kita, kecuali untuk suatu maksud yang baik. Kegelapan yang kita hadapi tidak selalu terjadi karena dosa kita, tetapi diizinkan Tuhan untuk memperdalam pemahaman kita akan kasih-Nya. Di dalam kegelapan, kita dapat diingatkan kembali untuk lebih dekat kepada-Nya.
Seperti pada peristiwa 11 September 2001 di Amerika dan kerusuhan Mei 1998 di Indonesia. Setelah itu, gereja-gereja mulai dipenuhi, bukan saja oleh orang-orang yang terkena musibah, sanak keluarga dan teman-teman mereka, namun juga oleh orang-orang yang disadarkan bahwa bencana bisa terjadi setiap saat dan keselamatan jiwa hanya datang dari Tuhan.
Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya (1 Korintus 10:13).
Pada waktu pencobaan menimpa kita, Tuhan akan memberikan jalan keluar dan kekuatan kepada kita untuk menemukan “harta yang tersembunyi”, yaitu kasih sayang Tuhan. Tuhan selalu menepati janji-janji-Nya dan Dia setia. Dia tidak akan pernah membiarkan kita sendirian. Dia juga akan memampukan kita untuk menjadi manusia yang lebih kuat dan lebih tahan uji di dalam kehidupan ini. Hal itu dengan tepat dikatakan oleh seorang anak Sekolah Minggu: “Tuhan Yesus tidak hanya menanggung salib, tetapi memanfaatkannya untuk keselamatan kita.”
Kegelapan tidak bisa kita duga datangnya, namun yang penting adalah bagaimana kita menyikapinya. Kita bisa mengasihani diri sendiri, merasa frustasi, membiarkan pencobaan menjatuhkan kita atau menyerah pasrah, tapi sebaliknya kita juga bisa bereaksi dengan yakin dan berani karena Tuhan ada di belakang kita. Jangan biarkan kegelapan menjadi groaning point (hal untuk mengeluh), tetapi jadikanlah sebagai growing point (pertumbuhan iman).
Banyak orang yang lari dari kenyataan, misalnya mencari jalan pintas dengan bermabuk-mabukan atau mengonsumsi narkoba, dan akhirnya menjadi pecundang. Mereka berusaha mencari comfort zone (zona nyaman) untuk melupakan kepahitan mereka, padahal lasting comfort (kenyamanan yang abadi) hanyalah di dalam Tuhan Yesus.
Kalau sakit, penduduk pribumi Amerika Selatan, lebih senang minum obat tradisional daripada obat-obat baru yang tidak terasa pahit. Meskipun obat tradisional terasa pahit, tapi mereka meyakini bahwa obat itu manjur dan menyembuhkan. “Pahit itu baik,” kata mereka.
Kita bisa membuat kegelapan “terasa baik”, ketika kita melihat bahwa di dalam menghadapi kegelapan ada kesempatan-kesempatan untuk lebih bergantung kepada Tuhan, mengembangkan iman kita dan memperbaiki karakter kita sehingga lebih menyerupai Yesus.
Tuhan itu Mahakuasa, namun mengapa Dia membiarkan kita menghadapi kegelapan dan pencobaan? Justru karena Kemahakuasaan-Nya, Dia ingin agar kita diuji, sehingga iman kita bertumbuh dan kita mendapatkan keselamatan jiwa (1 Petrus 1:9).
Bentuk Kegelapan Lainnya Adalah Kesepian
Kesepian bukan berarti sendirian. Meskipun kita berada di tengah kumpulan banyak orang, kita bisa merasa kesepian. Kesepian adalah salah satu masalah terbesar umat manusia. Perasaan sunyi itu membuat kita merasa ditinggalkan teman, dikucilkan, tidak berguna dan hampa.
Tuhan Yesus pernah dua kali merasa ditinggalkan seorang diri.
- Matius 26:56, “Akan tetapi semua terjadi supaya genap yang ada tertulis dalam kitab nabi nabi. Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri.”
- Ketika di kayu salib, Dia berseru: “Eli, Eli, lama sabakhtani” (Bapa, Bapa, mengapa Engkau meninggalkan Aku?).
Orang yang kesepian, biasanya membawa dirinya ke dalam kesendirian. Hal ini sebenarnya dipicu oleh tindakan dan sikapnya sendiri. Kesepian lebih mengarah kepada sikap ketimbang keadaan, lebih merupakan pengaruh dari batin ketimbang dari luar. Kesepian bukan masalah dikucilkan, tetapi lebih pada menutup diri sendiri, namun kemudian orang itu mengeluh atau menyalahkan kenyataan dan keadaan yang dihadapinya.
Orang yang kesepian cenderung cepat marah, mengasihani diri sendiri dan mengurung diri. Ia menyalahkan teman-temannya yang dianggap telah meninggalkannya, sedangkan ia sendiri tidak mau berteman. Ia menghendaki agar orang lain memperhatikan dan mengasihinya, namun ia sendiri tidak peduli terhadap mereka.
Kristus yang hadir di dalam hati kita menjadi teman kita, dan menjadi teman berarti kita tidak hanya memperhatikan diri kita sendiri tetapi juga peduli kepada orang lain. Yesus mengajar kita di dalam Roma 12:13 untuk membantu orang-orang kudus yang berkekurangan dan berusaha untuk selalu memberi tumpangan kepada mereka.
Ketika seorang pengerja sosial berkunjung ke rumah orang jompo, ia merasa kasihan kepada seorang kakek penghuni tempat itu yang tampak begitu rapuh dan renta. Tetapi dengan bangga kakek itu berkata: “Saya tidak tinggal di rumah jompo. Saya tinggal bersama Allah.”
Dalam menghadapi kegelapan, kita perlu menggunakan senter iman kita agar dapat menemukan harta yang tersembunyi, yaitu kasih sayang Yesus. Dengan demikian kita tahan uji dan kuat menghadapi kehidupan, serta makin serupa dengan-Nya, penuh kasih kepadaTuhan dan sesama kita.
Ikutilah teladan seorang janda tentara Amerika yang tidak larut dalam kesedihan dan depresi ketika suaminya gugur di Afganistan dan kini harus merawat anak-anaknya seorang diri. Di dalam kegelapan hidupnya, ia bisa menemukan harta yang tersembunyi, yaitu mengampuni dan berbuat baik kepada sesamanya. Dengan kasih ia mengumpulkan dana dan menggerakkan teman-temannya untuk membantu kaum perempuan Afganistan keluar dari keterpurukan mereka dengan memberi mereka pengetahuan yang baik di dalam mendidik dan merawat anak-anak mereka. Hidupnya bermanfaat karena ia menjadi berkat bagi orang lain.
Melbourne, Januari 2013
» NUGROHO SUHENDRO
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.