Hanya saja, tempat-tempat pemujaan tidak disingkirkan. Orang masih mempersembahkan kurban sembelihan dan membakar dupa di tempat-tempat itu. (2 Raja-raja 15:4)
“Tak ada gading yang tak retak”. Peribahasa itu berarti tidak ada manusia yang sempurna. Ungkapan itu biasanya dipakai untuk menganggap lumrah atau memaklumi kekurangan seseorang.
Bila kita abai atau bersembunyi di balik ungkapan “tidak ada manusia yang sempurna”, maka akibatnya bisa fatal. Ini adalah hal yang amat serius. Lihatlah yang terjadi pada Raja Azarya. Azarya, Raja Yehuda, menggantikan ayahnya, Raja Amazia. Azarya masih berusia 16 tahun ketika menjadi raja menggantikan ayahnya. la melakukan apa yang benar di mata TUHAN. Hanya saja, ia tidak menyingkirkan tempat pemujaan, sehingga rakyatnya masih menyembah ilah lain. Kata “hanya saja” itu menunjuk kepada pengecualian atas hal yang dianggap kecil atau digampangkan. Akhirnya, miris sekali, pemerintahan dan hidupnya berakhir tragis. la ditulahi Allah dengan penyakit kulit hingga hari kematiannya, dan mati dalam pengasingan. Itulah akibat ketika ia abai terhadap hal yang dianggap kecil, tetapi berakibat fatal.
Periksalah dengan seksama kehidupan beriman keluarga kita kepada Tuhan. Pastikanlah tidak ada yang kita kecualikan dalam kepatuhan kepada Tuhan. Misalnya, setiap Minggu beribadah di gereja, hanya saja sering datang terlambat, sibuk dengan gawai, atau tidak ada anggota keluarga yang mau ikut aktivitas pelayanan di gereja. [Pdt. Em. Dianawati S. Juwanda]
DOA:
Tuhan, kami mau beribadah kepada-Mu dengan sepenuh hati. Tolonglah kami untuk mewujudkannya. Amin.
Ayat Pendukung: 2 Raj. 15:1-7; Mzm. 61; Mat. 10:5-15
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.