Buat hari tua, sebetulnya lebih tepat kalau membangun rumah hari tua sendiri. Konotasi rumah jompo sering kurang mengenakkan bagi yang bakal menghuninya. Kenyataan di Indonesia lantaran melepas lansia ke rumah jompo lebih sering berarti sebuah cara pengasingan. Trauma itu yang menyebabkan mengapa tidak semua lansia, kalau bisa tidak sampai dirumahjompokan. Citra itu perlu digeser menjadi lebih positif. Lalu idealnya seperti apa rumah hari tua?
DALAM tulisan saya yang lalu, saya sebutkan makin banyak orang asing merencanakan hari tua di Bali. Lebih dari itu, sebagian memang kepingin meninggal di Bali. Permintaan visa retirement kian tahun kian bertambah di Bali. Artinya orang juga merencanakan terciptanya hari tua, dan kematian yang mudah-mudahan indah.
Kelemahan rumah jompo di kita masih menyimpan trauma sebagai sebuah pengasingan. Institusi dan fasilitasnya betul dirancang lengkap dan bagus. Namun penghuninya tetap saja merasa kesepian. Sebagian merasa teralienasi. Tak ubahnya ditaruh di sangkar emas. Dikirim ke rumah jompo lalu menjadi momok.
Rumah jompo terbaik di Indonesia yang saya lihat hanya menyediakan fasilitas, layanan, dan suasana yang mendukung bagi kehidupan lansia. Sayang tetap saja tanpa komunikasi memadai, tanpa kegiatan yang dibutuhkan ketika umur penghuninya tidak lagi muda. Tanpa aktivitas berarti, hidup kemudian tetap terasa sia-sia.
Loneliness industry
Sisi kemiskinan kelompok lansia di negara maju lebih karena kehilangan komunitas. Benar umur bisa diulur lebih panjang, kesehatan dijamin lebih bugar, kamar lebih mewah, dan fasilitas lansia serba lengkap, namun tak ada yang bisa diajak bicara. Sedang pendamping di rumah jompo bukan terlatih untuk mendengar dan menjadi teman berbicara yang selevel. Ujungnya para penghuni rumah jompo tetap merasa kesepian.
Benar di rumah jompo banyak teman selevel untuk bercengkerama, namun tidak terbangun interaksi antar warga. Mereka sibuk sendiri-sendiri, atau masing-masing berdiam diri saja. Di puntung kehidupan terasa hambar. Kebosanan hidup menjadi penghambat tetap bahagia sampai di penghujung umur.
Di negara maju, kehilangan komunitas bikin orang tidak bergairah hidup. Maka industri yang bikin orang tidak merasa kesepian lagi kian berkembang. Bukan dengan musik dan ingar-bingar keseharian orang menjadi tidak kesepian. Bukan dengan mendapatkan yang serba wah maka orang tidak merindukan kesepian lagi. Di tengah keramaian dan kemewahan orang bisa merasa sepi. Apa yang salah?
Mungkin orang merasa tidak hadir sebagai pribadi. Mereka tidak merasa tampil. Tidak ada yang mendengar, selain kehilangan teman untuk berbicara. Maka krisis center di mana-mana negara menjadi satu-satunya tumpuan bagi mereka yang merencanakan bunuh diri lantaran hidupnya sepi tanpa siapa pun peduli kepadanya.
Krisis center menjadi tempat orang katarsis untuk segala yang sudah lama menyumpeki dirinya. Kebosanan hidup, dan merasa hidup tak bermakna, salah satunya.
Solusi lansia kesepian, bagaimana menciptakan sebuah ruang agar para lansia masih merasa hadir, tampil, dan punya orang lain yang mau mendengar, selain menjadi teman bercengkerama. Untuk itulah rumah jompo, atau rumah hari tua pribadi harus mampu menyelenggarakan yang seperti itu.
Pensiun tidak berarti berhenti beraktivitas
Benar. Bagi semua yang sudah pensiun lalu memasuki usia lansia, perlu berupaya agar tidak diam, melainkan tetap beraktivitas setiap hari, apa pun bentuk kegiatannya. Dua hal perlu dipertimbangkan. Melakukan aktivitas yang disukai, tanpa beban, tanpa merasa terpaksa, dan memberikan kepuasan hidup pribadi.
Apa pun kesibukan dan bentuk kegiatannya, hendaknya membuahkan rasa bergairah setiap hari. Hanya apabila setiap hari ada jadwal kegiatan, lansia punya harapan setiap kali bangun tidur pagi. Tanpa perasaan bergairah hidup terasa kosong.
Rumah jompo plus adalah rumah jompo yang bukan saja lengkap paripurna segala fasilitas dan infrastruktur penunjangnya, terlebih perlu memiliki program yang bersesuaian dengan kebutuhan lansia, siapa pun mereka. Hanya bila bermukim di rumah jompo yang berprogram itulah setiap pagi kegairahan hidup sempat muncul. Selalu ada yang bisa diharap setiap bangun tidur pagi.
Rumah hari tua pribadi pun perlu menciptakan program pribadi yang bersesuaian dengan kesukaan, kompetensi, pengalaman masa lalu, sehingga menjadi berkat bagi orang lain, selain menambah kegairahan hidup pribadi juga. Kita bisa merancangnya sendiri.
Tak cukup hanya beraktivitas di dalam rumah jompo, atau rumah tua pribadi, melainkan juga ada bentuk aktivitas sosial lainnya. Menempuh hari tua yang tetap sehat tak cukup hanya dengan pandai mengontrol penyakit, dan mencegah jatuh sakit belaka.
Perlu juga menyehatkan secara sosial, serta spiritual. Sehat total (total fitness) itu berarti sehat secara fisik, jiwa, selain sosial serta spiritual. Kurang satu saja anasir sehatnya, belum menjadi sehat paripurna. Semua lansia mendambakan yang seperti ini juga.
Tentu saja desain rumah jompo harus dirancang profesional disesuaikan dengan kondisi lansia. Ada desain khusus rumah jompo maupun rumah lansia pribadi. Tidak perlu rumah tingkat, lantai tidak berundak-undak, bahan tidak licin, kalaupun harus naik tanpa undakan melainkan bentuk tangga ramp, dan kamar mandi, kamar tidur dirancang serba aman bagi lansia (safety first bagi lansia).
Lebih penting dari sosok fisik rumah, rumah hari tua maupun rumah jompo haruslah menjelma menjadi sebuah “home”. Di dalam rumah ada ruh yang akrab dengan kelompok lansia. Interaksi antar penghuni, atau bila rumah hari tua pribadi tumbuh kontak sosial dengan tetangga, dan para kerabat.
Program harian
Selain itu semua, sebagaimana kebutuhan dalam “industri kesepian” di negara maju, diperlukan program harian. Bukan saja jadwal kegiatan harian di dalam rumah, melainkan juga kegiatan luar rumah, seperti ada jadwal belanja ke mal, pasar tradisional, pergi ke bank untuk urusan pribadi, selain ada jadwal nonton bioskop, atau mungkin juga outbond, kalau bukan live-in ke kampung-kampung dan desa.
Bahwa kekurangan dan kelemahan rumah jompo dan yang rata-rata dialami para lansia kita adalah hidup tanpa jadwal kegiatan yang terancang. Itu maka kegairahan hidup langsung padam. Tidak ada gairah mau melakukan apa hari ini setiap bangun tidur pagi hari karena memang tanpa jadwal. Sebaliknya bila sudah tersusun jadwal, gairah itu mekar karena ada yang akan dituju. Sisi ini yang mendukung hidup menjadi lebih bermakna setiap hari.
Selain itu perlu ada pekerja sosial terlatih yang bisa menghidupkan suasana di rumah jompo. Yang mampu menambah kegairahan di rumah sama baiknya dengan kegiatan di luar rumah. Acara berdebat, bertukar pikiran, atau permainan (role-playing) yang mengajak otak berputar, cara lain brain-gym. Otak yang dibiarkan diam, lekas menjadi ciut (atrophy). Makin lekas otak menciut, makin menurun kemampuan beraktivitas.
Di Bali sudah mulai bermunculan rumah-rumah hari tua pribadi maupun kelompok bangsa-bangsa tertentu. Kelompok Jepang, Korea, dan nanti konon bakal ada perkampungan kelompok bangsa Jerman. Tujuannya membangun komunitas, demi umur terulur lebih panjang selain masih tetap sehat.
Hanya bila masih ada kesempatan, ada kemampuan pula untuk masih bisa berbicara, dan masih ada orang lain yang mau mendengar, lansia merasa dirinya hadir. Masih diwongake, masih dihitung sebagai manusia. Kerinduan itu yang sering tidak dikabulkan oleh situasi merasa diasingkan, disingkirkan dari domain kaum muda. Termasuk oleh anak, mantu, dan cucu sendiri.
Idealnya agar semua itu tercipta sudah dirancang jauh-jauh hari demi siap menempuhnya. Tak perlu uang besar, namun paripurnanya rancangan membangun hari tua yang matang, setiap lansia punya kesempatan memilihnya yang tak mungkin datang dua kali. Semoga seperti itu yang bakal Anda lewati. Salam sehat.
Handrawan Nadesul
12 Comments
Lee
Oktober 6, 2010 - 4:44 pmSaya rasa, panti jompo bukanlah pilihan utama utk para warga usia lanjut di Indonesia yang masih memiliki keluarga. Yang paling tepat adalah geriatric day care. Konsepnya sama seperti baby day care. Pagi hari keluarga membawa ortunya ke day care tersebut agar mereka dapat bersosialisasi, melatih kelenturan sendi dan otot, serta melatih intelektualnya di sana, di bawah supervisi dokter ahli. Sore harinya keluarga dapat menjemputnya lagi, sehingga warga usia lanjut ini masih merasa diperhatikan oleh keluarga, bukan dibuang begitu saja. Pemantauan kesehatan mereka juga lebih baik dan upaya-upaya preventif dapat lebih efektif melalui evaluasi kesehatan berkala di day care.
Kalau ada Gereja yang terbeban utk mendirikan geriatric day care, boleh hubungi saya via e-mail, saya bersedia membantu tanpa dibayar.
Aston
Desember 4, 2010 - 8:34 amSaya sangat setuju dengan pendapat Lee mengenai geriatric day care. Apakah ada yang tahu tempat di Jakarta yang mempunyai program day care untuk lansia di Jakarta? Mohon sharing informasinya. Thanks.
-obi-
Juni 21, 2011 - 2:51 amThis is EXACTLY what I’m planning to have! Seperti membaca isi pikiran saya. Terima kasih atas artikelnya yg sgt komprehensif. 🙂
Rudy Djauhari
Februari 20, 2012 - 8:02 amSetahu saya ada Griatric Day Care di Jakarta,yaitu di Pantai Indah kapuk dekat rumah sakit PIK.Tapi sayangnya saya lupa nama GDC tersebut.
Patrick
April 16, 2012 - 6:38 pm@ lee, bisa minta email anda, saya ada sedikit gagasan yang ingin disampaikan, terima kasih
Sinaga
April 24, 2012 - 10:05 amSy menghargai pendapat rekan yg diatas. Tp sy rasa kita tdk ada yg tdk menghormati org tua kita yg lansia, apalagi membuang bgt sj. Menrt sy dengan adanya panti jompo adlh sbg alternatif bagi yg ada permslhan dalam mengurus org tuanya yg lansia. Mungkin sj krn kesibukan kita, kita justru memenjarakan org lansia di rmh kita…..
Harry Rahmat
Oktober 1, 2012 - 10:00 amPendapat diatas adalah benar. Bagaimana keadaan ditiap keluarga tsb. Sy berencana utk membuat panti jompo +, dan ada geriatric day care juga. jadi para lansia itu bisa dititipkan apabila mereka sdh merasa kerasan bisa tinggal di panti.
Sy perlu pendapat dan arahan supaya dapat terealisasi. Sekarang ini sy sdh memiliki lokasinya cukup luas +/- 20.000m2 dan yg specialnya ada sumber air panas serta lokasinya tidak jauh dari pusat kota Bandung. Masih banyak yg perlu dikerjakan mungkin survey ke panti2 yg sdh ada sebagai bahan untuk disain perencanaan. Sy berharap bisa bekerja sama dengan panti yg sdh baik dan berpengalaman.
Cira wong
Oktober 4, 2012 - 8:10 amIdenya bagus tuh,pasti banyak jg berminat
Ngurah Durya
November 2, 2012 - 4:54 pmOrang Tua saya punya bukit
Bukit Seraya
di lovina
Singaraja Bali
kalau kerja sama membuat panti jompo di sana pasti bagus
bgmn?
ogie
Desember 14, 2012 - 1:46 ambuat pa harry rahmat sy tertarik dengan idenya.. apa sy bisa gabung .. lokasinya dimana pa..
Andreas
Agustus 4, 2013 - 9:26 pmSaya sangat setuju dg pendapat lee mengenai geriatric day care,dan saya sangat tertarik untuk mangelola geriatric day care dibawah naungan gereja kami .agar saya dapat berkomunikasi dg lee untuk kelanjutan dari pengelolaan ini apakah lee dapat memberi informasi ke email saya.thks.GBU
Rahayu
November 24, 2013 - 1:14 amAss.sy….salut..dg gagasan tsb.namun.sy.telat..membacanya, klo saja sdh ada panti jompo plus, sy tertarik.jd .pendamping para jompo,krn sy punya penglmn mengelola panti milik pemerintah, skrg sy sdh pensiun .sy ms ingin beraktifitas,Tks