Demam berdarah dengue (DBD) diberitakan berjangkit di sejumlah daerah sekarang ini. Penyakit ini buat kita dianggap jamak. Apakah memang selalu begitu, setiap tahun harus muncul?
DBD bukan saja berisiko merenggut nyawa bila terlambat ditangani, melainkan makan ongkos juga. Sekurangnya perlu beberapa juta rupiah buat bayar sekali masuk rumah sakit, yang sebetulnya bisa dihemat, karena sejatinya masih mungkin tidak harus berjangkit. Caranya?
DBD adalah penyakit virus yang ditularkan lewat nyamuk kebun Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kalau tidak ada kasus, dan nyamuknya tidak ada, penyakit tidak berjangkit lagi. Untuk membasmi virus di tubuh yang terlanjur sakit, belum ada caranya. Yang bisa dilakukan adalah membasmi nyamuk pembawa virusnya. Maka mulai dari jentik sampai nyamuk dewasa pembawa virus adalah sasaran tembak kita, supaya bisa terbebas dari DBD. Dan ini yang sampai sekarang tak kunjung rampung kita kerjakan.
DBD berjangkit dan berisiko menjadi wabah setiap memasuki musim penghujan, karena banyak air tergenang. Nyamuk DBD suka air jernih yang tergenang di dalam wadah, dan bukan yang bersentuhan langsung dengan tanah, bukan pula air kotor comberan. Jadi kalau saja kita menyingkirkan semua air tergenang di kaleng bekas, di talang air, di gentong, di bak mandi, di jambangan bunga, dan bahkan di baki alas kulkas, mestinya kita tidak memberi kesempatan nyamuk berinduk dan berbiak. Air jernih tergenanglah yang dipilih nyamuk untuk bersarang.
Cara menekan populasi nyamuk DBD adalah dengan membunuh jentik calon bayi nyamuk dengan pemberian bubuk abate pada air tampungan yang tergenang. Dengan demikian, populasi nyamuk DBD bisa ditekan. Nyamuk dewasa umurnya pendek saja, dan hanya perlu dibasmi lewat pengasapan atau fogging apabila sudah ada kasus terjangkit, yakni pada area seradius 100 meter dari lokasi rumah pasien DBD yang perlu disemprot fogging, karena jarak tempuh terbang nyamuk bisa sejauh itu. Jadi bukan untuk semua wilayah. Ini yang sering salah kaprah, warga minta disemprot padahal belum ada kasus terjangkit DBD. Yang perlu dilakukan di semua wilayah cukup program 3-M: menutup, menguras, dan mengubur wadah yang berpotensi menampung air, selain menyiangi lingkungan, dan air tergenang dibubuhi bubuk abate. Ini kebijakan membasmi DBD.
Ada 4 tipe virus penyebab DBD yang berjangkit di Asia, yang tidak saling kebal silang. Artinya orang yang sama bisa terjangkit ulang bila virus penyebabnya tidak sama dengan yang menjangkitinya sebelumnya.
Buat kita di Indonesia, penyakit DBD bersifat endemik, artinya senantiasa ada. Sukar membasmi penyakit ini, karena masyarakat sulit diajak untuk bersama-sama membangun “daerah bebas nyamuk”. Misalnya, tidak membiarkan rumah kosong tak berpenghuni. Rumah kosong sering menjadi sumber sarang nyamuk karena ada genangan air hujan tanpa ada yang peduli.
Disebut endemik, atau senantiasa ada penyakitnya pada musim penghujan, apabila musim DBD berjangkit. Maka bila mengalami demam lebih seminggu, selalu harus dicurigai kalau itu kemungkinan DBD. Apalagi kalau demam tinggi, nyeri kepala, mual, nyeri perut, dan muncul gejala perdarahan. Obatnya hanya infus. Sering bila terlambat diinfus, dan penyakitnya tergolong berat, nyawa pasien mungkin tak terselamatkan. Mengetahui kalau itu betul DBD, dari pemeriksaan darah di laboratorium.
Perlu dicatat, bahwa serangan pertama virus dengue tidak langsung menimbulkan DBD, melainkan demam dengue (dengue fever) atau “demam lima hari”. Baru pada serangan kedua kali oleh virus type yang sama (ada 4 type virus dengue), akan memunculkan DBD. Pada serangan pertama, hanya gejala demam yang sering luput dari perhatian. Diobati atau tidak, akan sembuh sendiri. Hanya apabila pada saat itu dilakukan pemeriksaan darah, kita tahu bahwa tubuh sedang terserang virus dengue, IgM dengue positif.
Dokter bisa saja—kalau bukan sering—luput mendiagnosis DBD karena memang gejalanya sering menyerupai flu biasa. Hanya apabila melakukan pemeriksaan darah dengue, penyakit terungkap. Sekurangnya memeriksa jumlah trombosit yang gambarannya cenderung menurun, selain Hb dan hematokrit (sel darah merah muda). Namun perlu mewaspadai setiap demam, terlebih pada musim penghujan, apalagi kalau di sekitar ada kasus DB, curigai kalau DB sudah berkembang. Lebih penting pada pemeriksaan darah awal adalah reaksi kekebalan (immunoglobulin). Cara lebih cepat mendeteksi DB dengan pemeriksaan darah NS-1.
Obat DBD hanya infus di awalnya. Namun pada kasus yang berat, perlu pemberian transfusi darah, baik darah segar atau sel pembekunya saja (packed cell). Kasus DBD tergolong ganas bila langsung menimbulkan renjatan atau syok (shock) yang kita sebut Dengue shock syndrome (DSS), yang menurut berita sekarang banyak ditemukan pada kasus anak.
Kondisi pasien langsung anjlok, lalu merenggut nyawa, walau sudah lekas mendapat pertolongan. Rata-rata kasus DBD tertolong kalau lekas diinfus. Begitu mulai naik, tanda DBD menyembuh, maka pasien boleh meninggalkan rumah sakit. Patokan trombosit 50 ribu, pasien diperbolehkan pulang.
Yang perlu dilakukan selama musim DBD berjangkit, apalagi bila di dekat rumah atau di wilayah kita bermukim sudah berjangkit DBD, adalah memakai kelambu saat tidur siang, memakai piyama, atau membaluri kulit lengan dan tungkai dengan antinyamuk (repellent). Jangan bermain di kebun karena nyamuk DBD menggigit di luar rumah, siang hari, bukan nyamuk malam. Jam kerja nyamuk pukul 8-10 dan pukul 3-5 sore. Maka tergigit nyamuk di sekolah perlu mendapat perhatian. Nyamuk menyukai pakaian yang tergantung, dan hinggap di ruang gelap.
Dulu DBD tergolong penyakit anak. Kini sudah merambah menjadi penyakit orang dewasa juga. Hindarkan seberapa bisa dari gigitan nyamuk. Bukan nyamuk rumah. Tentu tidak semua nyamuk kebun membawa virus di tubuhnya. Namun oleh karena kita tidak mungkin membedakan mana nyamuk bervirus mana tidak, semua nyamuk kebun kita jauhi.
Dengan makin pesat laju dan mudahnya transportasi, nyamuk pembawa virus bisa saja ikut terbawa dalam kabin pesawat terbang, kereta api, bus umum dari satu tempat ke tempat lain, selain orang yang sedang sakit sendiri bila dalam keadaan sakit bepergian, dan digigit nyamuk kebun di tempat dia singgah, dengan cara itu nyamuk di tempat lain tercemar virusnya. Laporkan setiap menemukan ada kasus DBD ke RT atau kepala desa supaya meminta dinas kesehatan melakukan fogging di wilayah terjangkit.
Konon nyamuk DBD sekarang sudah lebih kebal terhadap obat fogging saking salah kaprah melakukannya. Fogging baru dilakukan apabila di suatu wilayah sudah ada kasus DB. Radius 100 meter dari rumah pasien di-fogging, karena sejauh itulah nyamuk terbang. •
|DR HANDRAWAN NADESUL
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.