Dan dengan hati pedih ia (Hana) berdoa kepada Tuhan sambil menangis tersedu-sedu
(I Samuel 1:10).
IN PRAYER IT IS BETTER TO HAVE A HEART WITHOUT WORDS, THAN WORDS WITHOUT A HEART.
(John Bunyan)
“Mengenai aku (Samuel), jauhlah daripadaku untuk berdosa kepada Tuhan dengan berhenti mendoakan kamu . . . (I Samuel 12:23).
IF YOU PRAY FOR ANOTHER, YOU WILL BE HELPED YOURSELF.
(Yiddish Proverb)
Doa dan Air Mata
Ini bukan suatu keharusan untuk kita lakukan di hadapan Tuhan. Tapi, manakala air mata menandai kesungguhan hati kita dalam berdoa, hal itu sangat dihargai oleh Tuhan. Saat itu Hana berbuat demikian dalam doanya. Hidupnya memang memprihatinkan sebab selalu direndahkan oleh madunya, yaitu istri lain dari Elkana, suaminya. Persoalannya sangat sederhana bagi kita, tapi tidak bagi mereka saat itu. Hana tidak mempunyai anak, sedangkan madunya punya. Kekurangan Hana dijadikan alasan bagi Penina, madunya itu, untuk sering menghina dan merendahkannya. Padahal mereka hidup serumah, dan Elkana, suaminya itu seperti memberi angin kepada Penina.
PRAYER IS THE BREATH OF THE NEW-BORN SOUL, AND THERE CAN BE NO CHRISTIAN LIFE WITHOUT IT (Rowland Hill)
Apakah Anda berdoa dengan air mata? Maksud saya, apakah Anda berdoa dengan kesungguhan hati? Saya rasa bahwa kita berdoa dalam kesungguhan, hanya pada saat kita sedang menghadapi masalah yang serius. Itu sangat wajar dan manusiawi. Dan Tuhan tentu memahami, meski Tuhan lebih senang melihat anak-anak-Nya bersungguh hati di hadapan-Nya. Anehnya, ada juga anak Tuhan yang walaupun sedang menghadapi masalah yang serius, tetap saja kurang bersungguh hati dalam doanya. Hal itu menunjukkan bahwa orang seperti itu kurang memercayai Tuhan, kurang beriman. Ia berpikir, “Apakah Tuhan mau mendengar doaku? Apakah Tuhan dapat menolongku? Apakah Tuhan peduli kepadaku? Apakah pengabulan doaku tidak terlalu menyulitkan Tuhan? Atau tidak terlalu remeh bagi-Nya?” Timbul keraguan,”Apakah Tuhan mampu menyimak doa-doa yang dinaikkan oleh jutaan umat-Nya, pada saat bersamaan?” Nah, saya tertarik untuk membicarakan keraguan yang satu ini.
Anak Tuhan patut meyakini bahwa ia sedang berhadapan dengan Tuhan yang Mahahadir, Mahamendengar dan Mahakuasa. Tuhan melebihi peralatan yang paling mutakhir di dunia ini, untuk mampu menangkap setiap doa anak-anak-Nya pada saat yang sama, atau secara serentak, baik yang terucap maupun yang tersembunyi di lubuk hati kita. Ketahuilah, kalau Tuhan tidak seperti itu, maka Dia bukan Tuhan atau tidak perlu kita sembah sebagai Tuhan. Setiap orang yang menghadap Tuhan harus memercayai kehebatan-Nya yang jauh melebihi manusia itu.
Hana Pendoa yang Setia
Gelar seperti itu sangat lazim di dalam gereja, sudah sejak dulu. Saya sangat setuju, sebab kita dapat menarik kesimpulan demikian dari kiprahnya saat ia berdoa di dekat Imam Eli. Kepedihan hatinya sebab ia tidak mempunyai anak, sehingga hidupnya direndahkan di tengah keluarganya, mendorong Hana untuk rajin berdoa. Karena ia ingin bisa keluar dari penderitaan batiniahnya, dan sebab ia percaya bahwa di dalam Tuhan ada pengharapan.
Apakah Anda termasuk pendoa yang setia juga? Biasanya seorang ibu yang berbuat seperti Hana itu. Tapi itu adalah anggapan yang kurang tepat. Siapa saja dimungkinkan untuk menjadi pendoa yang setia. Mengapa perlu kesetiaan dalam doa? Bukan memaksa agar Tuhan mengabulkan doa kita. Tetapi untuk menunjukkan kesungguhan serta kerinduan hati kita di hadapan Tuhan. Seorang anak kecil yang menginginkan sebuah sepeda, tiap-tiap kali membicarakan sepeda di depan orangtuanya. Tak jarang mengeluarkan suara, ”Kring, kring, kring ada sepeda.” Atau Ting-tong! Menirukan bunyi bel sepeda. Semua itu pasti jauh lebih menarik hati orangtuanya, daripada jika anak itu hanya satu kali saja menyatakan keinginannya.
Bukankah dalam perumpamaan-Nya, Tuhan Yesus juga memuji seorang janda miskin yang tekun meminta agar haknya dibela oleh seorang hakim yang kejam (Lukas 18)? Sedangkan seorang hakim yang kejam saja bisa tergerak hatinya (walaupun dengan terpaksa) untuk mengabulkan permohonannya, apalagi Tuhan, Hakim termulia dan Mahapengasih itu. Tuhan selalu memerhatikan permohonan anak-anak-Nya dan mengabulkan dengan sukacita.
Ada Kesinambungan Antara Ibu dan Anak
Jikalau Hana kita kenal sebagai sosok pendoa yang menarik, maka Samuel, anak—anugerah yang menjadi buah—doa ibunya itu, ternyata telah mengikuti jejak ibunya. Bahkan bagi Samuel, jikalau ia sampai berhenti mendoakan orang lain (saja) sudah merupakan dosa di hadapan Tuhan (ISamuel 12:23). Hal itu menunjukkan ketekunan Hana dalam mendidik anaknya, walaupun hanya memiliki waktu beberapa tahun saja. Sangat mungkin hal itu juga menunjukkan adanya ikatan batiniah yang kuat antara sang ibu dan anaknya. Sejak masih di dalam rahim, Samuel sudah tidak asing terhadap doa-doa ibunya. Dilanjutkan dengan pengasuhan ibu pada masa batita dan balita, apalagi kemudian Samuel juga berada di bawah pengawasan seorang imam di Bait Allah.
THE GOD TO WHOM LITTLE BOYS SAY THEIR PRAYERS HAS A FACE VERY LIKE THEIR MOTHER’S.
(James M. Barrie)
Siapa Sang Penerus Pesan Teragung?
Dalam Buku “Kisah-kisah Rohani” ada yang menarik:
Sistem darurat 911 memiliki kemampuan menakjubkan. Di kebanyakan tempat di Amerika Serikat, seseorang hanya perlu menghubungi ketiga nomor tersebut untuk langsung disambungkan ke seorang penerus pesan. Di sebuah layar komputer, si penerus pesan langsung melihat nomor telepon dan alamat si penelepon. Sistem darurat 911 memiliki kemampuan menakjubkan. Yang juga mendengarkan sambungan telepon itu adalah polisi, pemadam kebakaran, dan para asisten paramedis. Seorang penelepon tidak perlu mengatakan apa pun begitu sambungan telepon dilakukan. Bahkan batuk-batuk parau serta teriakan-teriakan histeris langsung menimbulkan respons. Si penerus pesan tahu dari mana telepon itu berasal dan pertolongan dikirimkan.
Kadang-kadang, beberapa situasi dalam kehidupan kita membuat kita begitu putus asa dan penderitaan kita menjadi begitu dalam sehingga kita hanya dapat menaikkan doa-doa 911 kepada Tuhan. Ini disebut doa-doa “SOS” dan sering kali menggunakan kata-kata yang sama: “Tuhan, aku butuh pertolongan!” Tuhan mendengar masing-masing doa itu. Dia mengetahui nama kita dan setiap detail situasi kita. Bagaikan penerus pesan surgawi, Dia akan mengirimkan orang yang tepat untuk menolong kita. Juga seperti penerus pesan 911, Penerus Pesan Surgawi kita mungkin memberikan beberapa nasihat untuk membantu kita bertahan menghadapi suatu krisis. Tetaplah pasang telinga Anda … dan ingat, pertolongan sedang dalam perjalanan!
Pdt. Em. Daud Adiprasetya
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.