Alunan suara lembut Eldysa Hutasoit sebagai MC mengawali kunjungan Komisi Senior GKI-PI ke Panti Werda Karya Kasih di Kwitang pada tanggal 30 Juni 2012 yang lalu. Setelah Ketua Senior, Ibu Srihadi Kusumahati, menjelaskan bahwa kunjungan ini dilaksanakan dalam rangka HUT GKI-PI ke-28, MC meneruskan dengan nyanyian-nyanyian bersama yang diikuti dengan penuh kegembiraan oleh para penghuni. Siraman rohani disampaikan oleh Sdr. Catur Novian Adi Tama (mahasiswastage UKDW), lalu disambut dengan lagu-lagu pujian dari beberapa penghuni, dan diakhiri dengan curahan hati (curhat).
Curahan Hati Para Penghuni
Kebetulan ini hanya dihuni oleh para oma, mungkin karena Pengurus Yayasan takut terjadi masalah apabila ada opa di dalamnya. Karena itu, para oma senang melihat banyak opa pelawat Senior GKI-PI yang berkunjung.
“Sudah berapa usia Oma?”
“20!”
“Wah, masih remaja nih!”
Satu oma tua yang hanya menyendiri, menjawab: “Aku 60,” padahal menurut Pengurus, ia sudah berumur 86 tahun. Rata-rata usia para penghuni Panti Werda ini memang antara 70–90 tahun.
“Kalau Oma ini, berapa umurnya?”
“Nggak mau ah,dipanggil Oma!”
“Panggil apa dong?”
“Nona!”
“Tapi senang ya tinggal di sini, ramai dan banyak teman!”
Seorang oma menjawab: “O, aku dibuang anak-anakku di sini!”
“Tapi anak-anak dan cucu-cucu sering datang bawa oleh-oleh, kan?!”
Banyak oma menjawab: “O, anak-anak sudah melupakan kami!”
Salah satu oma yang sedang sakit di kamar dijenguk oleh Ibu Srihadi dan beberapa pelawat. Mereka bertanya kepada Oma Tiene yang sudah berusia 87 tahun itu:
“Sakit, ya Oma?”
“Ya, sakit tidak bisa jalan, bosan di kamar terus!”
Salah satu opa pelawat nyeletuk: “Wah, oma ini cantik lo, berapa anak dan cucunya?” Sambil merintih sakit setengah menangis, oma ini menjawab:”Aku tidak kawin, tidak dikasih kawin sama mamaku. Dia bodoh, orang kampung bodoh!” Ternyata oma ini hidup sendiri tanpa keluarga!
Rata-rata para oma memang mengeluh karena sudah jarang dikunjungi oleh keluarga mereka, kecuali pada hari-hari raya. Para pengurus dan pengerja Panti Werda inilah yang menghibur dan merawat mereka dengan penuh kesabaran dan cinta kasih. Kadang-kadang berbagai persekutuan Kristen juga datang berkunjung untuk beribadah dan makan bersama para oma ini, lalu membagikan kenang-kenangan sekadarnya, mendengarkan curahan hati mereka dan mendoakan mereka masing-masing.
Curhat dari para penghuni Panti Werda ini perlu diperhatikan oleh anak-anak yang tak sanggup mengurus orangtua mereka sehingga memasukkannya ke tempat ini. Meskipun demikian, jangan tinggalkan kesan di hati para orangtua ini bahwa mereka dibuang. Mereka rindu bertemu dengan anak-anak dan cucu-cucu mereka, dan tidak hanya setahun sekali. Perjumpaan ini akan memberikan sukacita dan kenangan manis di dalam hidup mereka. Melaksanakan hal ini berarti menghayati dan memenuhi firman Tuhan dalam Kel.20:12, “Hormatilah ayahmu dan ibumu supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan Allahmu kepadamu!” Tidak mustahil bahwa anak-anak yang menghormati orangtua mereka telah menerima berkat Tuhan di dalam kehidupan mereka.
Meskipun mungkin pernah ada ketegangan di masa lalu antara orangtua dan anak-anak, hal itu wajar dalam hidup berkeluarga. Namun hidup di bawah panji-panji Kristus harus didasarkan pada kemauan untuk saling mengampuni, dan sangat indah apabila inisiatif ini dimulai dari anak-anak atau cucu-cucu sebagai penghormatan kepada orangtua, atau sebaliknya orangtualah yang terlebih dulu membuka pintu maaf. Dan semuanya itu hanya dapat dilakukan di bawah terang firman Tuhan! Dengan demikian mukjizat akan terjadi di dalam kehidupan keluarga dan berkat-berkat Tuhan dialirkan ke sana (Maz.133)!
Yan Watung
2 Comments
Achir Arianto
Januari 21, 2013 - 9:19 amSayang sekali….mereka melupakan ortu. nggak bisa ngrawat atau ogah ngrawat…
saya juga punya Ibu yg sudah lanjut usia 78th…ngeselin..sich kadang2…tapi dia itu Ibu kita.
Suherjanto
September 18, 2013 - 8:39 amSaya merasa tersentuh membaca masukan ataupun keluhan para orang tua disitu, ada yang merasa ditinggalkan anak2nya, sendiri dll. walaupun sebenarnya tujuan didirikannya Panti Werdha adalah agar para orang tua itu mempunya komunitas yang sama (orang2 tua) sehingga mereka bisa ngobrol, bermain, bersenang dll.
Jika aku mencoba membandingkan dengan rumah kost. kan mestinya sama, masing2 tinggal dikamarnya, jauh dari orang tua, harus mandiri dll. lalu kenapa hal tersebut tidak bisa dirasakan oleh para orang tua itu? Mungkin karena beda motifasi. ketika anak2 tinggal di Kost. mereka merasa bahwa itu hanya temporari saja, ada harapan untuk cepat tuntas, dan untuk itu mereka punya kesibukan untuk giat belajar, agar cepat luus dan tuntas dari rumah kost itu.
Nah jika iya demikian, apa Rumah jompo bisa menterjemahkan konsep motivasi itu kedalam mindset dan aktifitas disana?
By the way, GKI Pondok Indah belum ada rencana buka Panti Werdha sebagai ujud pelayanan kita?
salam.
Jan